Andris, Nandes, Frans dan Bass (namanya Bastian tetapi di panggil Bass, supaya huruf belakang empat sekawan ini tetap eksissss) mereka murid di salah satu STM di Pulau Flores. Seperti biasa, sepulang sekolah empat sekawan ini pulang bersama. Bukan karena mereka sahabat saja tetapi demi menahan malu ketika melewati SMA Debrito yang merupakan SMA unggulan dan tentunya murid-muridnya kece badai, kece erupsi dan kece tsunami pastinya.. hehe
Sembari berjalan,.. "brow, Su mau dekat Smader ni... (nama singkat tuk SMA Debrito) sedikit lai anak smader su kluar" Nandes memberi kode.
"Usahakan busungkan dada, jangan senyum memang" sahud Frans.
"Pasang muka seram memang" tamba si Bass, sambil menyeram-nyeramkan mukanya. Padahal ga perlu di buat, mukanya emang uda seram... Tante Kunti aja gak berani natap matanya Bass, dengan perawakan yang besar, kulit bagaikan desa yang belum tersambung ma arus listrik, sehingga otomatis mata serta gigi Bass menyala-nyala bagaikan kunang-kunang di tengah hutan, hehe...
Kita kembali ke anak Smader.
Dengan tampang yang dibuat sok cool Andris memberi kode tanda mengerti "OK"
Karena siswa siswi SMA Debrito sudah keluar gerbang....., dengan serentak, ke empat sekawan ini mengambil baju praktek (ketelpak) yang ada dibahu dan mulai mengusapkan pada wajah yang penuh keringat, kusam serta debu. Dengan mantap mereka melewati kerumunan siswa-siswi SMA Debrito. Tak ada yang memberikan senyuman, sekalipun ditegur mereka hanya membalasnya dengan mata sinisss,..... seolah seperti cicak di dinding yang diam-diam merayap, sembari menunggu datangnya seekor nyamuk..... happ, lalu ditangkap dan dimakan bersama martabak manis Red Velvet special, dengan toping oreo dan kacang sukroo.... Hehe.
Setelah melewati kerumunan siswa-siswi SMA Debrito, mereka pun legahhh.
Huuuuuuuuf......... "saya punya punggung ni su kaya mau terlepas saja e.., kita buat diri kaya anggota Brimob sa.." celetuk Nandes.
"Tuhan Yesus e.... saya punya baju praktek suda jadi apa ini, bagini su kalau muka arang tempurung mau buat kaya kk Afgan, saya pung mama pasti marah e...." Andris balas dengan menyesal.
"Aduh,.. itu nona yang tegur saya tadi, pung manisss e,.... Kayaknya itu saya pung teman waktu SD, dia sekarang su kaya Raissa begitu. Menyesal e, saya hanya balas dengan mata menyala sa. Ini malam saya tidak bisa tidur, bukan karena kasur penuh kutu busuk tapi karena nona manis sepupunya Raissa tadi" Gerutuk si Bastian.
"Oleh karena itu, besok dan seterusnya kita tidak usah lagi lewat depan Smater ini, hanya buat siksa diri saa.." tambah Frans yang seolah tak ada yang disesalkan. Perlu diketahui, disaat keempat sekawan ini melewati kerumunan siswa siswi SMA Debrito, sepatu si Frans tersangkut diantara jeruji kawat yang dipasang tuk perbaikan selokan yang tepat berada disamping pagar SMA Tater, sehingga terjatuh.. dengan sigapnya ia bangun dan terus berjalan seolah tak terjadi apapun dan pastinya Frans tetap memasang muka bengisnya... karena ia berjalan paling belakang, tak satu pun ketiga sahabatnya itu tau tentang kejadian tersebut. Hehehe
"untung e, anak Smader tadi tak satupun ynag mengenal saya.. terus Nandes, Bass, dengan Andris tidak tau kejadian tadi, kalau tidak... mereka pasti bilang..., saya tukang buat nama STM jelek, mau taruh dimana harga diri kita... hehe, begini su kalau cuma mau jaga gengsi, tidak pikir baju jadi kotor penuh keringat, punggung dengan bahu keseleo, terus sepatu lobang kena kawat..." omel Frans dalam hati.
*******************************
KAMU SEDANG MEMBACA
BUKAN ANAK SMA
Teen FictionKami siswa, bukan si rusuh. Cerita kehidupan kamipun juga penuh dengan suka maupun duka. Kami tidak anarkis tetapi selalu romantis. Ini cerita kami. Bukan anak SMA, tetapi kami anak STM