Maybach itu masih bergerak lurus menembus keramaian kota. Reynald mengalihkan pandangannya dari jendela, menatap dingin pada sosok Alvero yang sejak tadi terus bersenandung di sepanjang perjalanan. Membuat ketenangan yang dia inginkan lenyap karena terganggu dengan kebahagiaan yang hanya dirasakan Alvero sepulang dari Club. Tanganya bergerak, menekan tombol off pada musik player yang menyetel lagu romantis milik Bruno Mars, yang sekejap berhenti berputar.
Alvero menghentikan siulnya dan menatap sekilas pada Reynald yang terpejam sembari bersedekap sesaat sehabis merendahkan sandaran tepat di sampingnya. Sebuah senyum terulas di bibir sebelum Alvero kembali fokus menyetir. Reynald dan mood-nya yang selalu buruk, Alvero sudah sangat terbiasa dengan perubahaan suasana hati pria itu.
Mobil itu berhenti setelah memasuki pekarangan sebuah rumah mewah bernuansa Eropa modern-classic dengan tiang penyangga yang berdiri gagah di bagian terasnya. Rumah dominasi cat putih dan krem ditambah dinding batu sebagai ornamen, melebur, menjadikan suasana teduh dan rileks dalam sekali pandang. Berbanding terbalik dengan seseorang pria yang baru saja masuk dengan langkah garang ke dalam rumah tersebut.
Reynald keluar dari mobil meninggalkan Alvero yang berlari kecil di belakangnya sehabis mengusung kantong drive thru yang sempat mereka beli sebentar tadi. Semasuknya Alvero, Reynald sudah menaiki tangga menuju kamar, sedang Alvero masih berjalan mengendap ke arah lain, mencari sesuatu yang telah menunggunya sejak tadi.
Salah seorang pengurus rumah memanggilnya dari arah dapur untuk kemudian Alvero bergegas menghampiri. Dengan memastikan tiap langkahnya tak mengeluarkan suara apapun yang membuat Reynald curiga dan kembali hanya untuk memergokinya mengendap seperti seorang perampok.
Alvero berjongkok di hadapan lemari penyimpan di dapur sehabis memberi isyarat pada wanita bertubuh tambun tadi bahwa ia akan mengurus semuanya mulai dari sini. Memastikan tak ada siapapun, ia kemudian membuka pintu lemari pelan. Di hadapannya, terlihat seorang gadis kecil setengah mengantuk, meringkuk sambil memeluk teddy bear-nya.
"Hi. Sweety. Wake up. I'm home."
Suara Alvero pelan, selembut bulu teddy bear yang ia ambil dari dekapan gadis itu dan ia letakkan di atas meja. Ia lalu menggandeng tangan kecil gadis yang matanya nyaris terpejam, untuk kemudian menitahnya keluar perlahan dari ruang sempit persembunyiannya.
"Kenapa menunggu di dalam sini?" Alvero bertanya. Tangannya mengusap-usap rambut lurus gadis itu yang berantakan sebelum berhenti menangkup di kedua belah pipi gembilnya.
"Aku tidak mau Daddy memergoki kita." Katanya sambil mengucek mata ringan.
Oh, ternyata gadis kecil ini memutuskan untuk bersembunyi di lemari penyimpanan supaya lebih aman jika sewaktu-waktu 'seseorang yang tak diharapkan tahu' itu masuk ke dapur. Err, tapi situasinya malah jadi terdengar seperti, Alvero sedang menjalin hubungan terlarang dengan keponakannya.
Jadi, tadi Alvero mendapat telepon dari bubble tersayangnya yang terbangun tengah malam dan meminta dibelikan makanan yang ia suka karena lapar dan menginginkan sesuatu yang enak tapi bukan masakan rumah.
"Kau benar. Okay...sekarang bagaimana kalau ke halaman belakang saja, princces?"
Alvero menggunakan satu tangannya menggendong bubble kecilnya. Berdiri diam untuk beberapa saat menunggu bibir mungil itu memutuskan, sampai akhirnya kepalanya saja yang mengangguk setuju.
.
Keduanya sudah berada di halaman belakang kediaman Peterson's yang luas. Mereka memilih sebuah gazebo disisi barat. Mencari tempat nyaman untuk duduk sambil menikmati santap Drive Thru. Alvero membeli banyak French Fries untuknya dan Big Mac untuk gadis tersayangnya. Pria itu juga membeli 2 Freshpack medium Baskin-robbins untuk dessert.

KAMU SEDANG MEMBACA
Beating Again
ChickLit*+17 Warning! mengandung istilah-istilah dewasa. Membaca ini menyebabkan anak dibawah umur menjadi dewasa belum pada tempatnya. Fiona tidak menyangka akan berurusan dengan seorang Reynald. Berawal dari pesona Alvero yang membuatnya buta hingga terg...