"Bu, Valen pergi dulu yaa," aku menuruni anak tangga terakhir dengan memegang bola basket yang kini berada di sisi lengan kanan ku."Kamu mau kemana Val?" kepala nenek muncul dari arah dapur, lebih tepatnya dari pantri.
"Latian basket, uda ya Bu Valen berangkat dulu, Assalamualaikum," setelah aku mengecup pipi kanan kiri dan kening nenek, aku langsung berlari dari rumah menuju alun - alun yang kebetulan jaraknya tidak terlalu jauh dari rumahku.
*
"Val!" aku berhenti memasukkan bola ke dalam ring, dan menoleh pada sumber suara.
"Nunggu ya? Maaf ya, tadi motor gue mogok," Tomi datang dengan setelan baju olah raga nya, lebih tepatnya celana panjang selutut dan kaos, tidak lupa sepatu Nike berwarna Biru tua.
"Oh gak papa kok, lagian gue juga baru dateng," sebenarnya aku uda nunggu hampir 15 menit disini, buktinya keringat gue aja uda kayak air yang jatoh dari langit kena tubuh gue. Oke abaikan!
"Mulai sekarang?" Tomi meletakkan tas ransel nya yang tidak terlalu besar di pinggir lapangan basket yang memang ada di alun - alun disini.
"Dasar dari maen basket itu kita harus bisa mendribel bola dulu," aku mulai memantulkan bola basket ku yang berwarna coklat ini pada lantai lapangan yang aku tahan dengan telapak tanganku, lalu aku pantulkan kembali pada lantai lapangan.
"Coba deh," aku memberikkan bola basket ku pada Tomi.
Tomi mulai mendribel bola. Aneh, caranya mendribel bola sudah benar dan hampir mendekati benar 100%. Katanya dia gak bisa maen bola basket, tapi ini mendribel sebentar saja sudah bisa.
"Itu lo bisa Tom,"
"Kalok kayak gini mah di pelajaran olah raga SMP juga di ajarin kalik Val, maksut gue, gue gak bisa yang kayak lo," aku mengkerut kan dahiku.
"Kayak gue?"
"Iyaa, lo itu hebat tau gak kalok lagi maen, apa lagi lo tambah cantik kalok pas megang bola , giring bola ke ring lawan sama keringet lo yang bercucuran, lo tau gak aura ke- sexi an lo itu muncul,"
Blus! Pipi ku langsung memanas mendengar ucapan Tomi.
"Aw! Sakit lagi Val!"
"Lagian lo kalok ngomong suka ngasal !" aku melepas cubitan ku pada lengan nya. Entahlah, mengapa aku mencubit lengan nya yang jelas - jelas sangat berbeda dengan perasaan ku yang rasanya aku ingin memeluk nya. Oke mungkin gue agresif sekaran
Aku terus memberi nya pelajaran dasar tentang bermain basket, mulai dari Lay Up, Shooting, dan hal hal dasar lain nya. Semua nya dikerjakan oleh Tomi dengan SEMPURNA! Bahkan menurutku untuk orang yang benar - benar tidak bisa bermain basket, semua itu akan di lakukan dengan kaku. Tetapi sepertinya itu tidak berlaku pada Tomi, dia bermain sangat baik seperti orang yang sudah terlatih.
"Nih!" Tomi menyodorkan minuman kaleng dingin padaku saat aku mengelap keringat ku. Ya, kami memutuskan untuk beristirahat karena sudah hampir 1 jam kita bermain, atau lebih tepatnya aku yang melihat Tomi bermain atau mencoba apa yang sudah aku contohkan. Entahlah Tomi ini benar - benar tidak bisa bermain basket atau ... Ah lupakan!
"Thank's" aku mengambil minuman kaleng dari tangan Tomi.
"Btw, lo jago juga maen basketnya," aku mencoba membuka pembicaraan setelah di antara kita --aku dan Tomi sibuk dengan minuman masing - masing.
"Gue itu cuma turutin apa yang lo omongin," ucap Tomi dengan senyum yang mampu membuatku meleleh.
Obrolan - obrolan kecil pun tercipta, tanpa sadar matahari telah terbenam dan terganti oleh sinarnya yang berwarna orange.
"Gue anter pulang yaa," tawar Tomi padaku dengan mencangklongkan tas ransel nya.
"Gak usaa deh, gue bisa pulang sendiri," tolak ku lembut. Jaim kalikk kalok langsung nerima, nanti gue dikira cewek gampangan lagi ..
"Langsung mau kenapa sih? Gak usa jaim - jaim napa," aku menggaruk tengkuk ku yang sama sekali tidak gatal, dia seperti bisa membaca pikiranku. Apa jangan - jangan dia punya indra ke-6?! Oh c'mon Valen!, kenapa fikiran lo jadi kayak gini sih!?
"Ayoo naik,"
"Oh iyaa," aku menaiki motor nya yang sedikit tinggi itu, motor ninja hitam milik Tomi harus beberapa kali berhenti karena terjebak macet, tidak heran karena sekarang adalah jam pulang kerja. Huh.. Moga aja Ibu gak ngomell gue pulang agak telat.
"Val, pegangan yaa, gue cari jalan pintas , ini uda malem takutnya lo di cari'in orang tua lo. Oke," begitulah kata Tomi yang sedikit bisa aku dengar karena ia memakai helm dan suara gaduh dari kendaraan lain.
Karena aku tidak begitu mendengar apa yang dikatakan Tomi, aku masih berusaha mencerna apa yang di ucapkan oleh Tomi, tetapi Tomi langsung tancap gas yang membuat aku mau tak mau memeluk perutnya.
Tomi mengendarai motornya dengan kecepatan yang lumayan tinggi dan... Kabar buruknya aku takut jika di bonceng dengan kecepatan yang tinggi! Aku meremas apa saja yang ada di depan telapak tanganku berharap supaya ketakutanku sedikit hilang.
"Lo ketakutan?" aku langsung membuka mataku ,melepas cengkraman tanganku dari jaket Tomi dan melepas pelukan ku.
"Ah, sorry sorry gue.."
"Lo kok gak bilang sih kalok takut, kan gue bisa pelanim motor gue," ucap Tomi.
Aku turun dari motornya, "Gak papa kok," aku berusaha berdiri tegap walaupun kaki ku sudah setengah mati gemetaran.
"Valen, temen nya kok gak di ajak masuk ?" aku dan Tomi sama - sama menoleh pada suara Nenek yang ternyata uda berdiri di ambang pintu.
"Malem tante, saya Tomi," Tomi menyapa nenek ku setelah turun dari motor nya.
"Ayoo masuk dulu, kebetulan baru selesai masak , sekalian makan malam disini,"
Aku menatap Nenek ku dengan tatapan yang .. Entahlah seperti apa tatapan ku ini yang jelas aku sangat malu Nenek berkata seperti itu.
"Em, makasih banyak tante, tapii ini uda malem. Mungkin lain kali aja Tomi mampir lagi," aku langsung menghembuskan nafas lega.
"Aduh, jangan panggil Tante, panggil saja Oma. Uda tua juga," tawa tercipta di antara aku, Tomi, dan Nenek. Nenek memang suka bercanda dan sangat ramah, jadi bukan hal yang baru untuk ku melihat teman - teman ku bisa langsung dekat.
"Oh iya Oma.. Kalau begitu, Tomi izin pulang dulu, Assalamualaikum, "
"Waallaikumsalam," ucap Nenek.
"Gue pulang dulu ya Val," Tomi menatapku.
"Oh iyaa, ati - ati yaa," aku membalas nya dengan senyum yang aku tampakkan semanis mungkin.
Motor Tomi sudah tidak terlihat ketika ia membelokkan di tikungan depan.
"Hey! Ayoo masuk," aku sedikit kaget dengan tepukan tangan Nenek yang menepuk pundak ku.
Aku masuk ke rumah, disana nenek sudah berada di ruang keluarga sedang menonton televisi dengan senyum - senyum padaku.
"Ada apa Bu?" aku bertanya pada Nenek ku dengan kerutan yang ada di keningku.
"Siapa eh?"
"Temen Bu,"
"Temen apa temen,"
"Ih Ibu mah, tadi itu cuma temen Bu.. Bukan siapa - siapa," ucapku dengan melepas sepatu ku dan ku letakkan di rak sepatu yang berada di sebelah pintu dapur.
"Temen kok bisa buat pipi kamu merah gituu sih,"
Aku langsung menyentuh pipi ku dan kebetulan ada kaca di samping ku ,aku langsung berkaca dan Benar! Pipiku memerah.
Ohh Tuhan ... Kenapa dengan kuu???...
•••••••
Makasih uda mau baca 😘
Ikuti terus yaa😍😘
KAMU SEDANG MEMBACA
My Happiness
RomantikKau tau alasan dulu mengapa aku tidak membuka hati? Simple, aku hanya masih belum siap. Aku belum siap menerima orang asing. Aku belum siap membuka hatiku untuk orang baru. Aku belum siap menerima luka nantinya. Ya, hanya se- Simple itu! Tapi saat...