Pertama kali Yook Sungjae melihat Park Sooyoung, gadis itu menangis.
Gadis kecil berambut coklat tua itu tersedu dengan kedua tangan menggenggam tangan ibunya. Dari yang Sungjae dengar, gadis itu tidak mau ibunya pergi meninggalkannya. Kim sonsaengnim, yang dulu menjadi guru Sungjae, membujuk Sooyoung dengan sebuah boneka beruang.
Tangisan Sooyoung mereda dan pegangannya pada eommanya merenggang. Ibu Sooyoung mencium dahinya sebelum memujinya sebagai anak baik dan berjanji menjemputnya tepat waktu. Sooyoung mengangguk lalu menyeka air mata dan ingusnya dengan tangan kiri.
Hari itu hari pertama masuk sekolah. Sooyoung bukan satu-satunya yang tidak mau ditinggal di taman kanak-kanak. Sungjae juga dulu begitu di hari pertamanya tapi dia tidak menangis dan menarik perhatian semua orang di lorong kelas.
Noona terlambat lagi menjemputnya. Ini sebabnya ia tidak suka kalau noona yang jemput. Ia suka dijemput eomma atau appa karena mereka tidak akan terlambat dan akan membelikannya makanan enak. Noona juga mentraktirnya sih, tapi cuma permen yang ia tahu noona beli di toko sebrang sekolahnya.
Anak-anak yang dijemput terlambat selalu dikumpulkan di satu kelas khusus menunggu yang dipenuhi dengan mainan dan buku. Sungjae sudah sering masuk kelas ini karena noona bersikeras kalau dia yang harus sering menjemput Sungjae adik kesayangannya (Sungjae tidak tahu harus menangis terharu atau menangis karena nasib buruk waktu mendengarnya).
Anak-anak yang ia lihat di kelas menunggu juga jadi 'langganan' kelas itu. Misalnya Mir si rusuh yang sekelas denganya itu, lalu si kembar, Youngmin dan Kwangmin. Kemudian beberapa anak nol kecil yang dia tidak kenal dan Park Sooyoung.
Sooyoung duduk sendirian di lantai dengan kepala tertunduk sambil memeluk boneka beruang yang sama dengan boneka yang Sungjae lihat pagi tadi. Ia terlihat sedih.
Sungjae berjalan mendekati Sooyoung. Eomma bilang kita harus melakukan kebaikan setiap harinya dan Sungjae ingat ia masih punya permen di kantung celananya.
"Hey," Sungjae menendang pelan paha Sooyoung, kedua tangannya masuk ke kantung celana menggenggam permen, "aku juga dijemput terlambat." Sooyoung mengangkat kepalanya dan menatap Sungjae kebingungan dengan mata yang berair.
Sungjae terdiam karena Sooyoung hanya menatapnya tapi tidak membalas perkataannya. Permen di kantungnya sudah hancur karena dia genggam kuat-kuat, tangannya sekarang lengket. Tidak tahan dengan keringat yang membasahi tangannya, Sungjae menjulurkan kedua tangannya yang lengket dan memperlihatkan dua permen yang sudah hancur pada Sooyoung. "Ambil satu."
Sooyoung mengulurkan tangannya perlahan dan mengambil permen coklat di tangan kanan Sungjae. "Terimakasih."
-
Yook Sungjae tidak suka diejek, sekali pun dengan Park Sooyoung.
Sungjae baru berusia 10 tahun tapi teman-temannya sangat gemar mengejeknya akan menikah dengan Sooyoung yang merupakan adik kelasnya 1 tingkat. Sungjae sudah mengenal Sooyoung sejak di taman kanak-kanak tentu saja mereka dekat. Apalagi rumah Sungjae dekat dengan komplek apartemen Sooyoung, sudah jelas mereka akan pulang bersama.
Tapi teman-teman Sungjae tidak bisa diberi penjelasan dan Sungjae lelah mendengar mereka menirukan wedding march setiap Sungjae bertemu dengan Sooyoung. Jadi Yook Sungjae, sebagai laki-laki sejati, akan mengambil tindakan berani dengan menjauhi Park Sooyoung.
"Sooyoung-ah, mulai sekarang jangan pulang bersamaku lagi."
Sungjae dan Sooyoung kini tinggal beberapa meter lagi dari belokan tempat mereka berpisah, Sungjae akan berjalan ke kanan dan Sooyoung ke kiri.