Nien?

2 0 0
                                    

Ibu mengajari putra putrinya berbagai hal, ketulusan, kesabaran, kepedulian dan masih banyak lagi. Meski ibu sosok cerewet, namun Asia tahu itu semua untuk kebaikannya juga adik-adiknya. Dari dirinya juga ia belajar tentang kerja keras dan keikhlasan. Dalam kondisi ayah yang lemah, ibu tidak pernah mengeluh ia bekerja keras untuk dapat membiayai suaminya. Hampir setiap hari semenjak ayah sakit ia lembur. Demi lebih banyak mengantongi rupiah. Keikhlasan menghiasi dirinya setiap kali menjalani cobaan ini, disaat Asia saksikan banyak istri yang meninggalkan suami dalam kondisi seperti ini. Namun tidak dengan Ibu, ia yakin kekuatan cinta bisa melalui semua ini.

"Asia sepertinya bahan makanan sudah mau habis" Anisa memulai percakapannya lagi, namun gadis yang diajaknya bicara tak melontarkan respon.

"Asia?" Kali ini ia mendekati gadis dengan mata sipit itu seraya menepuk bahunya.

"Oh iya?" Terperanjat

"Kok melamun? Itu sepertinya bahan makanan sudah mau habis Asia"

"Oh oke aku akan periksa"

Semua telah selesai dilist tinggal membeli bahan makanan saja.

"Listnya sudah selesai Asia?"

"Sudah, tapi kali ini aku saja yang membelinya, restoran cukup ramai mbak disini saja"

Seperti biasa ia meraih jaket tipisnya. Meski cuaca tidak dingin ia tetap ingin menggunakan jaket. Gadis aneh, seaneh namanya. Baru beberapa langkah keluar dari restoran ia memutar balikkan badannya.

"Ada apa Asia kok balik lagi?" Tanya Anisa

"List tertinggal hehe" dengan polos memamerkan senyum simpulnya.

Gadis ini selalu saja ada yang tertinggal. Dasar ceroboh, mana mungkin dapat membeli semua kebutuhan jika listnya saja tertinggal. Namun jangan remehkan dia, meski ceroboh ia mempunyai rasa tanggungjawab yang tinggi. Salah satu hal yang selalu ayah tanamkan pada dirinya dan kedua adiknya.

Matahari siang ini begitu terik, Asia menanggalkan penutup kepala yang menempel di jaketnya.

Asia memicingkan mata sipitnya memerhatikan sekitar.Kondisi jalanan sangat lengang. Diperhatikannya jarum jam yang berjalan perlahan dalam benda yang melingkari pergelangan tangannya. Pukul 03.00 WIB pantas saja belum begitu ramai oleh kendaraan. Lalu lalang manusia serta jejeran kendaraan biasanya akan menghiasi sepanjang jalan ini ketika pukul 05.00 WIB. Saat pejuang kehidupan berhamburam dari gedung pencakar langit, berburu kendaraan. Berlalu lalang di jalanan. Kota sibuk, hampir tidak pernah tidur.

Matanya terus mengedar. Hingga tertuju pada mobil yang melaju amat cepat.

"Jalan sepi bukan berarti milik sendiri huh" desahnya

Pandangannya mengikuti mobil cepat itu yang kini mendekati dirinya juga seseorang di tengah jalan itu.

"Awaaas....!!!" Berlari berupaya menyelamatkan seseorang yang menyebrang jalan.

Asia mendorong tubuh seorang wanita. Wanita itu terdorong hingga kepinggir jalan.

Brughh....

Asia tertabrak seketika ia lemas terjatuh dan tak sadarkan diri. Hingga tubuhnya tertelungkup di jalanan. Tepat mencium aspal.

"Tolooong... tolooong... "

Wanita yang diselamatkan Asia membalikkan tubuh gadis bermata sipit itu. Menggerak-gerakan tubuhnya. Tak ada reaksi. Darah terus mengalir dari kening dan lengannya.

Beberapa orang menghampiri mereka. Menggendong Asia menuju mobil milik wanita cantik itu.

Seketika mobil itu melaju menuju rumah sakit. Asia masih belum sadarkan diri. Sementara wanita di kursi depan tetap berusaha tenang dan fokus menyetir. Ia tidak apa-apa tidak lecet secuilpun, lagipula saat didorong oleh Asia wanita itu terjatuh mengenai rerumputan. Namun, yang ia pikirkan adalah gadis itu. Gadis yang sama sekali tidak dikenalinya.

ThrowbackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang