Red Velvet dan Gadis Lavender

780 123 12
                                    

Naruto menenteng aneka belanjaan yang mengantung di lengan kecilnya. Bahunya seolah mau copot mengingat beberapa bahan yang dibelinya cukup. Bibirnya menggerutu jengkel, salahkan Sasuke yang seenak perutnya memaksa Naruto untuk belanja selama sebulan. Ah, harusnya saat itu ia tak menjanjikan untuk menuruti semua permintaan Sasuke. Naruto dan mulut besarnya. Hah. Ia jadi harus bangun 2 jam lebih pagi untuk memastikan stok bahan didapur terpenuhi. Lupakan saja tidur cantik untuk bulan ini.

Lamunannya terputus ketika matanya bersirobok dengan seorang gadis asing berambut indigo yang tengah berjongkok di bawah jendela mengintip ke dalam kafe. Mencurigakan sekali. Naruto mendesah, setelah meletakkan belanjaannya di dekat pintu masuk ia berjalan berlahan mendekati gadis itu. Dengan pelan ia menepuk pundak sang gadis.

"Sumimasen, ada yang bisa ku bantu?" tanya Naruto sambil tersenyum mengabaikan lawan bicara didepannya yang masih berjongkok dengan wajah kaku yang memucat seputih mayat.

"Ano, hmmm ....." gagapnya, keringat dingin mulai membanjiri keningnya, membuat Naruto merasa tak enak hati. Belum sempat Naruto bereaksi apapun gadis itu tiba tiba berdiri dan dengan cepat membungkukkan badannya. "Ah, maafkan aku." ucapnya keras sambil melarikan diri dari tempat itu.

Naruto menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Dasar aneh." ujarnya pelan, sambil menatap belokan tempat gadis itu menghilang. Samar-samar tercium aroma lavender di tempat gadis itu berdiri.

°°°°°°°°°°°°°°°

Naruto berusaha mengabaikan gadis aneh itu tapi lagi dan lagi gadis itu muncul kembali, berdiri diposisi yang sama pada jam yang sama. Awalnya cuma Naruto yang menaruh perhatian, tapi tingkahnya yang mencurigakan menarik rasa penasaran beberapa pengunjung kafe mereka di pagi hari.  Bahkan Sasuke si antisosial itu sedikit banyak merasa terganggu.

Sudah seminggu dan gadis lavender itu terus datang. Di jam yang sama juga tempat yang sama. Tapi entah bagaimana begitu Naruto hendak menghampirinya gadis itu selalu pergi dengan tergesa,  menyisakan wangi lavender di musim panas.

Tidak satu hal pun terlihat muram hari ini.

Langit luar biasa bersih. Biru tegas. Tanpa semburat putih, tanpa gumpalan kelabu. Nyaris seperti kolam cat. Matahari menyala kuat. Udara panas dan lembap. Tidak ada angin. Rumput dan tumbuhan tegak tidak bergerak. Pucuk-pucuknya yang licin berkilat. 

Naruto dan perjanjian bodohnya juga tugasnya belanja yang menyiksa. Gerutunya sepanjang jalan pulang. Langkah kakinya terhenti ketika dilihatnya gadis bermata lavender itu, diposisinya yang biasa, kini dapat dilihat jelas bagaimana rupa gadis itu, tapi yang menyita perhatian Naruto bukan rupa gadis itu yang bagai boneka, tapi pendar aneh di mata lavendernya yang tampak penuh cahaya.

Naruto tersenyum kecil, diangkatnya keranjang belanjaan yang entah kenapa berubah menjadi lebih ringan.

°°°°°°°°°°°°°°

"Siapa?" tanya Sasuke dengan kening berkerut, Naruto mencebik jengkel. Sia sia dia menahan diri tidak membicarakan teorinya tentang gadis lavender itu sepanjang hari, Sasuke yang tengah sibuk mengepel lantai dapur tampaknya sama sekali menyimak cerita panjang lebarnya.

Naruto menghembuskan nafas lelah dengan perlahan dia berkata. "Menurutku gadis itu suka dengan Kiba."

Sasuke mendecih, "Naruto apa kedobeanmu bertambah karena selalu kupanggil dobe?". Ucapnya sinis. "Apa yang disukainya dari penggila anjing itu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 31, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Happy CafeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang