1

33 5 0
                                    

1


Sebenarnya banyak yang harus dikerjakan, dari kerjaan kantor yang belum selesai, lalu tugas les bahasanya, dan harus membantu orang rumah menjaga adik sepupunya yang bisa dibilang sedikit bandel.

Dan sekarang, dirinya masih berada di luar rumah. Beberapa menit yang lalu, ia baru saja membeli cemilan untuk adik sepupunya itu. Tentu dengan membawa tas ransel berisikan pekerjaan kantor yang belum terselesaikan.

"Ad, dimana?" tanya Chelsea dengan tangan kiri memegang sebuah eskrim dan tangan kanan menggenggam ponselnya.

"Katanya mau jemput?" Chelsea tampak kesal, setelah mendengar jawaban dari orang di seberang telepon. "Udahlah, gue naik bus aja."

Chelsea segera memutuskan sambungan teleponnya, membuang sisa eskrim yang masih tersisa di tangan ke dalam tempat sampah, lalu berjalan cepat menuju halte terdekat.

Dirinya, masih bergumam tidak jelas. Seperti bersumpah serapah pada si orang yang di teleponnya, tentu dengan muka ditekuk, sambil menunggu bus yang akan ditumpanginya lewat.

"Chels." suara familiar menghentikan sumpah serapahnya.

Chelsea menepuk pundak orang itu, lalu mendorongnya sedikit. "Sana, lo."

"Ayo, tadi gue bercanda." Adrian, sahabat Chelsea, tertawa kecil. Merangkul pundak Chelsea. "Gue traktir makan"

Tanpa ba bi bu lagi, Chelsea langsung mengikuti langkah Adrian. Tak jauh dari halte bus, mobil kecil terparkir di pinggir jalan.

"Jadi, minggu ini, lo terakhir kerja?" Adrian membuka obrolan ditengah macetnya jalan Ibu Kota.

Chelsea mengangguk. "Udah berapa kali, lo tanya kayak begitu?"

Adrian terkekeh, lalu menjawab santai, "yah, paling nggak, lo pikir-pikir lagi soal keputusan itu."

"Nggak akan ada yang berubah, Ad." lirik Chelsea tajam. "Yah, lo dukung aja keputusan gue ini."

Adrian menghembuskan napas. "Ya, iya. Gue dukung apapun keputusan lo. Tapi, jangan sampe lo salah ambil jalan."

Chelsea menyodorkan ibu jarinya ke hadapan Adrian. "Siap, bosku." ucapnya mantap. "By the Way, mau makan dimana?"

"Ketoprak langganan aja, si opung."

Chelsea menjitak kecil kepala Adrian. "Si opung 'kan udah meninggal, Ad. Gimana, sih?"

Adrian meringis kecil, lalu tertawa. "Yaudah, makan bakso deket rumah lo aja, ya."

Chelsea menjawab dengan anggukan dan senyum ciri khas.

"Traktir,"

Adrian mengangguk dengan senyumannya.

***

Untuk beberapa saat, Chelsea tampak menikmati baksonya dengan di dampingi es Jeruk kesukaannya. Sementara, Adrian tidak melakukan apapun, selain memainkan sedotan dengan tatapan kosong.

"Ad, ayolah." keluh Chelsea, yang benar-benar sudah kesal dengan Adrian yang tidak makan makanannya.

Adrian tersadar akibat nada tinggi Chelsea, langsung meminum es teh manisnya terburu-buru. "Kemana?"

Chelsea mendengus, "lo yang ajak makan, tapi lo ngelamun. Gue kayak kambing congek disini."

"Maaf, maaf. Gue cuma lagi mikir," Adrian mengunyah suapan pertama, membuat kalimatnya tergantung. "Lo gimana, nanti?"

Chelsea terkekeh, menyeruput es Jeruk kesukaannya. Memakan bakso kembali, tanpa mau membahas masalah pekerjaannya. Untuk kali ini.
"Menurut lo, lo mau kerja apa?" tanya Adrian dengan mulut penuh isi bakso.

Can I be Yours?Where stories live. Discover now