That was Love

5.5K 418 106
                                    

Warning: au, first pov, top!Yoongi, bottom!Jimin

Ditulis dengan cinta dan luka untuk kamu yang tiba-tiba menghilang.

***

Untuk seseorang yang telah pergi meninggalkanku.

Untuk seseorang yang berada begitu dekat denganku, tapi terasa begitu jauh.

Untuk seseorang baru saja kusadari kucintai, sangat kucintai.

Apa kau baik-baik saja?


***

Aku menatap deretan rumah-rumah di sisi kiriku. Lalu, aku menatap ibuku yang sibuk mengumbar janji akan betapa nyamannya bisa tinggal di lingkungan ini. Mungkin karena cuacanya sejuk aku sedikit merasa tenang. Lalu, aku menghela napas panjang. Aku kembali menyandarkan tubuhku ke jok mobil dan menuntup mataku untuk sesaat. Aku tidak bisa menerima semua ini.

"Lihat, Jimin-ah, ada perpustakaan umum di dekat sini." Sekali lagi Ibuku berkomentar. Aku mengikuti arah pandang ibuku. Aku melihat sebuah perpustakan yang cukup besar. Terlihat sangat bersih dan indah. Pasti dirawat dengan baik.

"Karena kau suka baca buku, kau bisa datang ke sini." Ibu tersenyum senang. Berbanding terbalik dengan aku yang memasang muka masam. Aku suka sekali Busan. Kenapa kami harus pindah?

***

"Nah, ini kotak terakhir." Ibuku masuk ke kamar baruku sambil meletakan sebuah kotak kardus besar yang berisi semua buku-bukuku. Aku hanya mengangguk pelan sambil menata bajuku di lemari besar yang ayahku beli. Untung saja warnanya cokelat tua. Kami sempat bertengkar tetang warna mana yang lebih bagus. Ibuku lebih suka yang berwarna merah marun, tapi uh, aku benar-benar tidak suka warna merah. Jadi aku pilih opsi kedua.

"Apa di sini dingin saat musim dingin?" Aku bertanya saat kulihat ibuku tidak beranjak dari posisinya.

"Ya, di sini akan turun salju." Ibuku menjawabku dengan sebuah senyuman.

"Di Busan tidak akan turun salju walaupun musim dingin datang." Aku berkomentar lirih.

Sebenarnya itu adalah sebuah lolongan kecewa. Ibu dan ayahku tahu kalau aku adalah orang yang paling benci pindah dari Busan. Tapi, mau bagaimana lagi? Ayahku mendapatkan promosi jabatan yang tidak mungkin ditolak.

"Ya, nanti juga kita akan terbiasa. Bagaimana kalau kita beli beberapa sepatu bot dan mantel bulu nanti?" Ibuku tersenyum senang padaku. Ibu sangat berusaha membuat aku senang. Aku sangat bersyukur akan hal itu. Tapi, aku tidak bisa membohongi hatiku yang masih tertinggal di Busan, jadi aku hanya menggeleng pelan.

"Bu, setelah ini aku mau tidur. Boleh?" tanyaku hati-hati. Bagaimana pun juga aku tidak mau melukai hati Ibuku. Dia adalah orang yang sangat berharga untukku. Tapi, anggaplah aku manja dan menyebalkan, aku memang tidak mau pindah.

"Ah, tentu saja. Kau pasti lelah ya?" Ibu tersenyum lagi. Dia mendekat ke arahku dan mengusap kepalaku pelan lalu pergi meninggalkanku di kamar baruku sendiri.

Lalu aku membuka sebuah jendela besar di kamarku. Jendela itu memancarkan sinar matahari ke kamarku yang kubiarkan gelap tanpa lampu. Di depannya ada jendela besar rumah sebelah. Jendela itu kotor, mungkin jarang dibersihkan oleh pemiliknya. Warnanya putih, namun debu yang menempel membuatnya terlihat sedikit menguning. 

Ah, sial. Aku harus melihat jendela ini setiap kali aku membuka jendelaku. Walaupun aku tidak begitu suka bersih-bersih, ada sedikit dorongan kecil yang membuatku ingin membersihkan debu dari jendela itu. Kemudian aku menatap langit biru dan tersenyum kecut.

Amoureuse (YoonMin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang