Namja Itu, Yeoja itu!

185 2 0
                                    

“Yerin-a, apa yang terjadi” Min menghampiri Yerin yang melangkah tidak Normal. Bangun tidur pagi tadi pantat serta kakinya terasa sakit akibat insiden semalam. Harusnya ia tidak buru-buru pergi, setidaknya ia harus mendapatkan nomor telfon namja itu.
“Kau tak lihat aku kesakitan?” Yerin menjawab sinis.
“Memangnya apa yang terjadi. Kau mematahkan tulang ekormu? Siapa yang melakukan ini padamu?” Min terdengar khawatir.
“Aku terjatuh. Seseorang menabrakku” Yerin duduk meluruskan kakinya.
“Kau dapat nomor handphonenya? Kalau saja tulang ekormu patah, dia harus bertanggung jawab.”
“Gawaenchana” yerin tersenyum
“Mwo-ya, useo? (Kau tersenyum?) ” Min bertnya curiga. Bisa-bisanya Sahabatnya itu diam saja dan bahkan tersenyum saat seperti ini. Ia pasti akan mengutuk orang yang berbuat kejam padanya.
“Eotteohke Minyeong-a (Bagaimana ini Minyeong) ” Yerin menutup wajahnya malu. Mengingat namja semalam itu membuat jantungnya berdetak dan pasti sekarang pipinya memerah.
“Wae? Wae? Jeongsinchallyeo Kijibaeya (Kenapa? Kenapa? Sadarlah!)” Min mengguncang tubuh sahabatnya itu berusaha menyadarkannya dari kegilaannya sekarang.
“Namja yang menabrakku semalam sangat tampan” Yerin menyembunyikan pipinya di balik telapak tangan
“Neo paboya (Kau bodoh) , kalau dia tampan harusnya kau meminta nomor handphonenya!” Min memarahi sahabatnya tu. Kalau soal namja Yerin ini ibarat siput yang lambat.
“Keunika, Eomma ttaemune muleo mothaeyo (Makanya, Aku tidak bisa karena ibu)” Yerin tertunduk lemas menyesal.
Dari kejauhan sepasang mata menatap mereka. Jackson benar-benar menemukan seorang wanita yang mengabaikan dirinya semalam, Yerin. Saat TK dulu ia benar-benar lengket dengan Yeoja itu. Setelah bertahun-tahun berpisah, Yeoja itu mengabaikannya. Tidak, semua siswi di Sekolah ini menyukainya, bagaiamana dia bisa mengabaikannya seperti itu?
“Jackson Oppa” Seorang yeoja menghampirinya diikuti Yeoja lain yang ikut mengerumuninya.
“Kau mau kemana oppa?” Yeoja di samping kirinya bertanya manja.
“Aku mau ke kantin” Jackson menjawab sambil tersenyum akrab bersama gadis-gadis itu. Sifat Jackson yang membuat orang lain nyaman di dekatnya adalah saat ini. Ia tak pernah sinis pada siapapun. Ia berbaur dengan semua kalangan di sekolah ini.
“Bagaimana kalau kita pergi bersama Oppa, aku juga mau ke kantin”
“Kol, kkaja (Setuju, Ayo) ” Jackson berjalan bersama wanita-wanita yang mengerumuninya.

Setelah dari kantin, Jackson ingat peajaran selanjutnya adalah matematika. PR yang di tugaskan kemarin belum di kerjakan.  Jackson merasa lebih baik menunda dulu keinginannya untuk belajar matematika, dari pada ia harus hadir tanpa pekerjaan rumah yang selesai. Baginya, udara yang paling segar ada di bukit belakang sekolah yang penuh dengan pohon rindang dan suara burung yang saling bersahutan. Ia melangkahkan kaki melewati bangunan sekolah bagian belakang. Tampak sosok yang ia kenal masuk ke dalam gudang.
Pintu gudang tiba-tiba tertutup saat Yerin masuk mengambil alat peraga untuk kelas tata busana. Cahaya dari ventilasi membuat suasana gudang samar dan memantulkan bayangan di tembok.
“Nuguseyeo  (siapa) ” Yerin bertanya tanpa rasa takut.
Langkah di pintu semakin mendekat kearahnya. Yerin tak mundur sedikitpun. Ia benar penasaran siapa orang yang berani membuat perhitungan dengannya seperti ini. Yerin melihat jelas pemilik langkah itu adalah Jackson.
“Mwo-ya?“ Yerin mengawali pembicaraan. Jackson memasang wajah kesal. Bagaimana yeoja dihadapannya ini tak memperdulikannya.
“Dowajyoo”Jackson berkata serius. Yerin berdecak tak ingin meladeni Namja yang tiba-tiba mendekatinya dan berkata butuh bantuan seperti ini. Setelah mendapatkan alat peraga itu  Yerin melangkah keluar tak memperdulikan Jackson.
Jackson yang merasa diabaikan untuk kedua kalinya segera mendapatkan Yerin dan menutup mulutnya dan membawanya paksa kembali kedalam gudang. Yerin meronta. Namja ini ternyata kasar juga. Yerin berusaha menggigit tangangn Jackson yang menyekapnya dan membuatnya susah bernafas.
“Akkkk”Jackson berteriak kesakitan tapi ia masih memeluk Yerin.
“Ya!!! Mwohaneunggeoya? (Hei apa yang kau lakukan?)” Yerin berteriak juga.
“Kau ini! Aku butuh bantuanmu” Jackson meninggikan suaranya.
“Kau butuh apa dariku eoh?” Yerin berusaha tenang tak tersulut emosi.
“Tugas matematika ku, tolong kerjakan” Jackson mengeluarkan buku di dalam tasnya. “Aku biasanya tak minta tolong pada siapapun, kau harus menolongku”
“Naega wae? (Mengapa aku?)  Bukannya kau punya banyak penggemar? kau minta saja mereka mengerjakannya” Yerin menolak. Baginya ia dan Jackson bukan dalamhubungan salingan membantu.
“Ya! Mal Jeosimhae! (Hei! Hati-hati dengan kata-katamu) Sirheo!”
“Memangnya kau tak malu padaku? Aku bisa saja menyebarkan gossip” Balas Yerin dan membuat Jackson naik pitam. “Apapun tu, aku tak mau mengerjakan tugasmu. Kau anggap aku ini apa” Belum sempat Jackson merespon Yerin sudah berbicara lagi dan melangkah meninggalkannya.
“Ya! Kau tak mau membantu teman kecilmu?” Jackson berteriak seolah agar seisi sekolah ini harus tahu kalau dia dan Yerin memiliki hubungan teman kecil dulu.
Yerin mendadak menghentikan langkahnya di depan pintu saat ia mendengar kata teman kecil keluar dari mulut Jackson. Teman keci katanya? Ia sudah pindah sebulan ke Korea dan seminggu di sekolah ini dan baru kali ini ia menyapanya karena alasan PR Matematika? Yerin menatapnya sinis dan melangkah. “Kau sudah lupa kata-kata terakhirmu sebelum kau meninggalkanku?” Yerin menahan amarahnya, walaupun itu hal yang di katakan anak kecil berusia 5 tahun ia tak akan pernah lupa sampai kapanpun.
Aku akan pergi. Kita bukan teman lagi, Jangan menyukaiku, kata-kata Jackson kecil saat itu masih tersimpan dengan baik diingatannya.
“Ka!!! Ka!!!” Emosi Jackson tersulut. Yerin teman kecilnya memang sudah berubah. Harusnya ia melupakan apa yang anak kecil katakan. Harusnya ia bisa berfikir dewasa. Bukan hanya di abaikan tapi Yerin sudah membuatnya kesal sekarang. Ia benar-benar tulus minta tolong tetapi Yerin malah seperti itu. Dia bukan Yerin yang di kenalnya.
“Aku juga akan pergi tanpa kau suruh” Yerin melangkah pergi dan membanting pintu gudang. Ia benar-benar marah.
Setelah Yerin pergi Jackson berusaha menahan diri. Baginya untuk pertama kali ada seorang Yeoja yang mengabaikannya. Seumur hidup, Yeoja itu sendiri yang akan datang padanya. Jackson merasa memiliki magnet pengikat untuk membuat Yeoja-yeoja jatuh hati. Tapi kali ini tidak, Magnet dalam diriku ini tidak mempan, Jackson membatin.
Di tengah perseteruan pikirannya,Jackson merasakan handphonenya bergetar dan muncul sebuah panggilan tanpa nama di layarnya.
“Yeoboseyo” Jackson menenangkan dirinya sebelum menjawab telfon.
“Jackson-a, Eodieyo? (Jackson kau di mana?) ”
“Nuguseyeo (Siapa?) ” Jackson bertanya balik saat orang di seberang sana menanyakan dia berada di mana tanpa menyebutkan nama.
“Naya, Mark (Ini aku Mark)” Seorang bernama Mark tertawa ringan di seberang sana.
“Wow, Mark? Kau berbicara bahasa Korea?” Jackson terkejut.
“Tentu saja, Aku berada di korea sekarang. Mau bertemu?”
“Tentu saja, mari kita bertemu”

“Mwo? JYP Entertaintment?” Jackson tersedak. Buru-buru ia meminum air putih di hadapannya. Mengetahui Mark menjadi Trainee di salah satu Agency terbesar di Korea itu membuatnya sedikit kaget. “Wah Daebak Markeu-ssi”Jackson mengacungkan dua jempolnya.
“Ei… biasa saja Jackson” Mark merendah. Mark bukan orang yang sombong dan tukang pamer.
“Lalu mengapa kau disini? Kau tidak berlatih?” Jackson menikmati kembali sup mandu udang di hadapannya.
“Aku melarikan diri sebentar” Mark tertawa.
“Mwo-ya, kau adalah Siswa yang patuh Mark aku tak akan percaya kalau kau melarikan diri”
“Jinjjande “ Mark berbahasa korea yang membuat mereka tertawa. Bahasa korea Mark memang masih amatiran. Kata-kata yang ia ucapkan masih tak jelas. Tapi Jackson mendengar dan melihat kesungguhan yang ada pada diri sahabatnya itu. “Setelah kau meninggalkan Hongkong, aku merasa kesepian. Semuanya terasa hampa” Terselip rasa rindu dari kata-katanya. Baginya, Jackson sudah lebih dari seorang sahabat. Jackson sudah seperti saudara untuknya.
“Mwoya, sekarang kau kan sudah disini bersama ku” Jackson nyengir dan memperlihatkan giginya yang berjajar rapi.
“Aku mengikuti Audisi tahap akhir tepat di hari kepergianmu” Mark menerawang. “Aku berfikir, kalau aku ingin melihatmu lagi, aku harus melewati Audisi itu. Mianhae” Mark menjelaskan alasan ketidak hadirannya di bandara mengantar keberangkatan Jackson padahal ia sendiri sudah berjanji untuk datang.
“Ei, Gwaenchana. Kau ini, di saat hari yang membahagiakan ini jangan kau hancurkan dengan cerita seperti itu. Mumpung kita di sini, makan mandu sebanyaknya. Aku yang akan traktir.” Jackson berusaha mencairkan suasana hati Mark . Tragis memang. Hanya Jackson yang dekat dengannya. “Imo, Dumpling udang dan cumi tambah satu porsi dan jangan lupa Colanya” Jackson berkata pada seorang pelayan yang lewat di mejanya.
“Lihatlah dirimu, kau akan seperti udang lama-lama” Mark tertawa. Tawanya terdengar renyah. Ini yang ia rindukan, kehangatan dan keceriaan sahabatnya itu. “Kau tahu, kami akan debut dalam waktu 6 bulan” Mark menerima porsi kedua Mandu Cuminya.
“Oh ya, lalu kau masih bisa bermain-main seperti ini?” Jackson mencampurkan kuah dumpling kedalam nasi merah lalu melahapnya perlahan.
“Itulah maksudku, Kami akan debut bertiga, tetapi perusahaan kami sedang bingung”
“Waeyeo?” Jackson menatap keresahan di raut wajah Mark yang tampak jelas.
“Mereka belum menemukan seorang kunci dari projek ini. Hyung benar-benar menjadi gila karenanya”
“Hyung?” Jackson tak mengerti, Mark dari tadi membicarakan Hyung yang ia sendiri tidak tahu siapa.
“Park Jin Young, pelatih kami. Kau tak mengenalnya? Ku dengar dia adalah Artis terkenal di Korea”
“Dangyeonhaji Ara, Dia itu Artis yang sangat terkenal saat aku masih kecil” Jackson menggigit mandunya lalu memikirkan sesuatu. JYP Entertaintment, gumamnya dalam hati.
Porsi ke tiga mandu udang datang di hadapan Jackson bersamaan dengan seorang Pria bertopi hitam, berkaca mata hitam dan berpakaian serba hitam masuk ke dalam toko. Pria itu nampak mencurigakan. Jackson dan Mark saling berpandangan saat Pria yang membuat seisi restoran gempar itu mengambil tempat duduk di meja mereka.
“Nuguseyo?” Jackson bertanya.
“Hmmmm, bau mandunya sangat sedap” Pria itu bergumam tanpa menghiraukan pertanyaan Jackson lalu mengambil sumpit dan menyicipi dumpling udang yang sama sekali belum di sentuh Jackson.
“Yak! Kau siapa seenaknya saja kau mengambil dumpling ku” Jackson menahan dumpling kedua yang hendak di ambil pria bertopi misterius itu. Pria bertopi ini boleh terlihat misterius, tapi tidak dengan mengambil dumplingnya.
“heheheh” Pria bertopi itu tertawa memperlihatkan giginya. Di bukanya topi dan kaca mata yang melekat lalu melirik dua namja di hadapannya itu bergantian.
“Hyung….” Mark kaget lalu berdiri dan memberikan penghormatan.
“Hyung?” Jackson bingung dan menatap Mark penuh tanda Tanya.
TBC >>>

HAPPY DUMPLING Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang