Dua hari setelah Dito mengakhiri hubungannya dengan Alda, Alda tampak lebih tegar dari sebelumnya. Hari ini ia siap mendaftar sekolah di SMA 77 yang memang tidak terlalu jauh dari rumahnya. Hanya membutuhkan waktu 10 menit untuk kesana.
"Jadi kamu mau daftar dimana Dek?" tanya Tito, Papa Alda. Papanya memang aneh, padahal ia memiliki seorang adik tapi malah Alda yang dipanggil 'adek'.
"Aku mau nerusin di SMA 77 aja deh Pa, yang deket rumah," jawab Alda sambil mencomot roti berisi selai kacang.
"Ya udah buruan cepet, nanti telat loh."
"Ya ampun, Pa. Pendaftarannya dibuka jam 8, ini baru jam berapa?"
Papanya melirik jam tangan yang melingkar di tangan kirinya. Masih jam 06.55.
"Ya gapapa kan, Dek. Kita berangkat awal buat liat syarat-syarat pendaftarannya. Lebih cepat lebih baik."
"Agak nanti ya Pa. Alda males berangkat sekarang. Alda sarapan dulu," ucap Alda sambil nyengir ke arah Papanya.
"Malesan kamu Dek," Papa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah laku anaknya itu.
"Oh iya, Mama kemana, Pa?" Alda mengedarkan pandangannya ke seluruh ruang makan tapi ia tak melihat batang hidung Mamanya. Sejak bangun tadi, Alda belum melihat Mamanya sama sekali.
"Mama udah pergi ke pasar dari jam 4 tadi. Katanya lagi ada promo sembako murah di pasar."
"Oh...," jawab Alda singkat.
Baru saja dibicarakan, Mamanya datang mengucap salam dan menenteng banyak barang belanjaan di kedua tangannya.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam," jawab Alda dan Papanya serempak.
"Tumben Mama lama, keasyikan nawar ya sampek lupa rumah?" ucap Papa.
"Iya nih, yang Mama beli banyak banget. Mumpung ada pasar murah, jadi Mama sekalian belanja buat besok-besok," jawab Mama sambil menaruh barang belanjaannya di dapur yang letaknya di sebelah ruang makan.
"Loh, Dek, kamu kok belum berangkat sih? Katanya mau daftar sekolah?"
"Nanti Ma, jam 8."
Setelah selesai sarapan, Alda segera mengambil handuknya dan mandi.
"Eh, Pa," bisik Mama.
"Kenapa, Ma?" tanya Papa sambil memicingkan matanya karena istrinya berkata bisik-bisik.
"Itu si Alda mau masuk mana?"
"Katanya sih mau masuk SMA 77 yang deket rumah."
"Syukur deh kalo dia nggak minta di sekolah swasta. Bisa tekor nanti."
"Lagian kalo Alda pengen masuk swasta juga Papa nggak ngijinin."
"Hayo! Papa sama Mama lagi bisik-bisik apa tuh!" Papa dan Mama kaget seketika karena Alda tiba-tiba datang entah sejak kapan.
"Ngagetin aja kamu Dek! Nanti kalo Mama sama Papa jantungan gimana? Mau tanggung jawab kamu?" gertak Mama.
"Habis Mama sama Papa ngomongnya bisik-bisik gitu sih, Alda kan penasaran," ucap Alda tanpa merasa bersalah.
"Emang ngomongin apa sih?"
"Pengen tau aja kamu, urusan orang tua Alda nggak boleh tau," ucap Papa tak mau kalah.
Alda memalingkan wajahnya ke belakang sambil berkata dengan sangat pelan "Urusan orang tua aja anaknya nggak boleh tau. Eh pas urusannya anak malah maksa-maksa nyuruh kasih tau."
KAMU SEDANG MEMBACA
Gerimis Mengundang Rindu
Teen FictionAku sangat membenci waktu-waktu ini. Saat gerimis membasahi bumi. Tapi kini, setiap tetes air yang jatuh dari langit, saat itulah aku kembali mengingatmu yang telah pergi. Karena kamu pergi meninggalkan kenangan yang sulit untuk dilupakan. Bahkan bo...