Suara alunan musik edm menggema di aula SMP Persada. Laki-laki maupun perempuan, semuanya berpesta di sini. Ada banyak soft drink dan aneka junk food di pesta ini. Tidak mungkin mereka bermabuk-mabuk ria mengingat umur mereka yang masih remaja. Hari ini adalah hari kelulusan kelas 9 SMP Persada. Acara digelar secara sederhana, namun meriah.
"Habis ini lo mau lanjut kemana nih, Al?" seseorang menepuk pundak Alda yang baru saja mengambil hotdog.
"Pengennya sih kalo bisa masuk SMA 77 yang nggak jauh-jauh amat dari rumah."
"Widih, itu kan sekolahnya anak-anak hits. Pengen jadi anak hits lo disana?"
"Ya nggaklah, hits gak guna kali. Yang penting gue sekolah disana."
"Tapi Al...," belum sempat Widi meneruskan perkatannya, tiba-tiba seorang laki-laki menarik tangan Alda.
"Maaf nih gue ganggu kalian, gue boleh ngomong bentar gak sama Alda?" tanya Dito, pacar Alda.
Begitu diiyakan oleh Widi, Dito menarik tangan Alda dan membawanya menjauh dari Widi.
Akhirnya Alda dan Dito berhenti di depan kantin yang cukup jauh dari aula tempat pesta diadakan.
"Ada apa?" tanya Alda membuka percakapan.
"Sebelumnya gue minta maaf Al, kayaknya hubungan kita udahan sampai sini aja," kedua tangan Alda yang ada digenggaman Dito seketika menegang. Lalu Alda melepas tangannya dari genggaman Dito.
"Maksut lo, kita putus?" Alda berpura-pura tidak memahami maksut perkataan Dito untuk mengurangi rasa tegangnya.
"Maaf Al. Iya, gue pengen putus."
Sayang, rasa tegang yang dirasakan Alda malah semakin menambah. Tangan dan kakinya gemetar. Lidahnya kelu tak mampu mengeluarkan kata-kata. Perlahan air matanya keluar membasahi pipinya. Ia tak sanggup lagi berdiri dihadapan laki-laki yang kini sudah menjadi 'mantan'nya itu.
Dito panik melihat raut wajah Alda yang berubah seketika dan beruraian air mata. Ia meletakkan tangan kanannya di pundak Alda untuk menenangkannya. Namun, dengan cepat Alda menepis tangan Dito lalu pergi meninggalkannya sambil terisak.
Maafin gue Al. Gue gak mau terus-terusan ngorbanin lo karna temen lo yang nggak suka sama hubungan kita.
Dengan sekuat tenaga Alda kembali ke aula untuk mencari Widi. Tak peduli dengan pertanyaan orang-orang mengenai dirinya yang tiba-tiba sudah beruraian air mata. Begitu melihat Widi, ia langsung menarik tangannya dan mengajaknya pulang.
"Widi, please bawa gue pulang," Alda memohon pada Widi dengan kondisi tangannya yang masih gemetar.
"Lo kenapa Al? Kok lo nangis gini sih?" tanya Widi. Ia menyilakan rambut Alda yang berantakan hingga hampir menutupi wajahnya.
Alda yang sudah dirudung emosi menarik paksa tangan Widi. Seketika Widi mengaduh kesakitan karena Alda mencengkeram tangannya terlalu kuat.
"Lo kenapa sih Al? Cerita dong sama gue," tanya Widi panik.
"Dito, Wid. Dito mutusin gue tanpa sebab," Alda menekan kata 'mutusin' sambil terisak dan sesekali mengusap air mata yang membasahi pipinya itu.
"Brengsek tu cowok! Bisa-bisanya dia mutusin lo kayak gini!" Widi mengepalkan tangan kanannya.
"Gue harus samperin dia Al," Alda menahan tangan Widi sebelum ia kembali ke aula untuk menghampiri Dito lalu menonjoknya.
"Gak perlu Wid kalo emang Dito udah gak sayang gue lagi, dan, memang harus pu...," belum sempat Alda menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba Dito datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gerimis Mengundang Rindu
Novela JuvenilAku sangat membenci waktu-waktu ini. Saat gerimis membasahi bumi. Tapi kini, setiap tetes air yang jatuh dari langit, saat itulah aku kembali mengingatmu yang telah pergi. Karena kamu pergi meninggalkan kenangan yang sulit untuk dilupakan. Bahkan bo...