Part 29

29.9K 1.5K 24
                                    

Seminggu telah berlalu, tujuh hari yang begitu berat bagi Ariana. Namun ia sadar bahwa ia harus keluar dari kesedihan itu, takdirnya bukanlah untuk menangisi suami orang lain. Terlebih pria yang ia tangisi adalah pria yang telah membuat ia kehilangan sosok ayah yang sangat ia sayangi melebihi apapun.

"Mama, Ana berangkat!" teriak Ariana sambil mengenakan sepatu sneakers birunya yang ia padukan dengan celana jeans panjang dan kaos hitam yang kebesaran di badannya. Ia sungguh rindu bisa berpakaian seperti itu, karena sesungguhnya begitulah dirinya. Tidak menyukai hal-hal berbau feminim.

Setelah selesai mengikat tali sepatu kesukaannya itu. Ia menggosokkan kedua telapak tangannya, tanda bahwa ia sudah puas dengan hasil kerjanya. Ia menaikkan tali ranselnya yang sedikit kendur lalu memulai langkahnya menuju pagar hijau rumahnya.

Namun seseorang menyerobot langkahnya sehingga ia terpaksa harus berhenti jika tidak mau menabrak orang tersebut. "Ih, kakak! Bisa gak sih jangan nyerobot," gerutu Ariana.

"Aku yang nganter ya, sekalian mau keluar sebentar," balas Rivanno sambil kembali berjalan menuju motor model balap kesayangannya.

Sudah lama rasanya ia tidak mendengar tawaran itu, selama ini Rivanno tinggal terlalu jauh darinya. "Oke!"

Setelah Rivanno naik ke atas motornya dan mengenakan helmnya, ia menyerahkan helm lainnya yang berwarna pink.

"Pink?!" teriak Ariana tak percaya dengan warna helm itu.

"Hana yang beli," jelas Rivanno dengan santai. Hana benar-benar berbeda dengan Ariana sekalipun mereka memiliki wajah yang sama.

"Gak mau ah," balas Ariana sambil memberikan helm berwarna pink itu kepada kakaknya yang sedang mengernyit bingung.

"Lah trus kamu pakai apa?" tanya Rivanno dengan wajah polos.

"Pakai helm kakak."

"Terus aku pakai apa?"

"Pakai helm pink."

"Ogah! Aku kan cowok masa pakai helm pink," tolak Rivanno mentah-mentah.

Wajah Ariana berubah kesal, Rivanno mengenal raut wajah itu. Pria itu menghela napas dan mengumpat berulang kali. Ia melepas helm hitamnya dan memberikannya kepada Ariana. Dengan sangat terpaksa ia memakai helm berwarna pink itu. Ariana langsung menerima helmnya dengan begitu senang. Ia segera naik ke atas motor lalu memeluk pinggang kakaknya.

"Gila! Ini memalukan! Udah kayak ubur-ubur SpongeBob aja," gerutu Rivanno.

"Kali-kali imut dikit, Kak. Gak bosen apa ganteng mulu?"

"Ah senangnya, adikku yang tomboy ini mengakui kalau kakaknya ganteng," balas Rivanno sambil tersenyum genit.

"Udah ih, kak! Ayo berangkat nanti telat! Kalau sampai telat, kakak harus gendong aku sampai kelas," ancam Ariana.

Rivanno berdecak kesal. "Awas ya! Nanti aku bales dendam kalau kamu udah gak galau lagi."

Ariana hanya tersenyum simpul mendengar ucapan Rivanno. Belakangan ini Ariana memang tidak bisa tertawa lagi. jangankan tertawa, tersenyum saja susah.

"Udah siap, ya?"

Ariana mengangguk, Rivanno mulai menancapkan gasnya. Jalanan pagi ini begitu ramai, macet menghiasi setiap jalan utama.

"Eh pa, lihat deh! Ada bencong naik motor!"

Tatapan Rivanno langsung beralih ke arah sampingnya. Ada seorang anak kecil yang sedang membicarakannya dengan papanya. Ariana malah tertawa mendengar kepolosan anak itu. Perlu diulangi sekali lagi, ARIANA TERTAWA.

DamiAna [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang