Inget ga sama buku kenang-kenangan zaman SD? Mungkin zaman sekarang beda dengan zaman Nahla SD ya. Sekarang sih jamannya gadget, facebook, twitter, ig, wa, line ya.....
"Eh temen-temen isi dong data pribadi kalian di buku kenang-kenangan saya, ya...ya...ya.." kata Nahla kecil dengan riang kepada Dewi, Siti, Evi dan teman-teman SDnya. Seraya menyodorkan buku kenang-kenangan yang baru dibelinya kemarin di toko buku pelangi dengan uang jajannya.
Teman-temannya pun menyetujuinya dan bergantian mengisi buku kenang-kenangan Nahla. Hampir satu kelas semuanya mengisi data pribadi seperti nama, alamat, ttl, hobi, cita-cita dan kata mutiara. Termasuk Sigit, anak laki-laki paling tampan di kelas Nahla. Pokoknya hati Nahla senang sekali.
"Pulang sekolah nanti akan aku baca semuanya... hihihi..." seru Nahla dalam hati.
Benar saja, sepulang sekolah setelah berganti seragam sekolah putih merahnya dengan baju rumahan kaos dan rok lipit selutut, Nahla segera mengambil buku kenangan dari tas sekolahnya. Buku kenangan berwarna biru langit dengan gambar bunga yang cantik dan dijiid ring putih.
Sambil duduk di meja belajarnya, Nahla membuka satu persatu halaman-halaman dalam buku kenangan itu. Sesekali Nahla tersenyum-senyum sendiri membaca kata-kata mutiara temannya.
"Oh ternyata Sigit rasinya Leo... hohoho..."
"Calon yang berjiwa pemimpin dan tegas tapi romantis..ewh.." Nahla jadi berdebar-debar membaca data pribadi Sigit gebetannya di SD.
Nahla kecil hanya bisa memandang kagum ketampanannya ke arah Sigit atau sekedar meliriknya. Yah.. namanya juga baru naksir lagi pula Nahla baru kelas 2 SD ga mungkin dong pacaran. Yang mungkin dan jelas sudah terjadi teman-temannya suka menjodoh-jodohkan dirinya dengan Sigit. Tapi tak pernah berlanjut. Nahla cuma bisa senang dalam hati dijodohkan dengan Sigit yang ditaksirnya.
Sampai tiba saatnya kenaikan kelas ke kelas 3, Nahla sedih sekali karena ternyata keluarganya akan pindah ke Bandung. Ia harus berpisah dengan teman-temannya di kelas 2 SDN di pesisir utara Jawa Tengah. Berpisah dengan Dewi teman sebangkunya yang berdarah oriental dan juga sedih berpisah dengan Sigit gebetannya.
Lambat laun Nahla kecil bisa beradaptasi dengan lingkungan barunya di sekolah. Meskipun di awal Nahla suka sedih merindukan teman-temanya di Jawa sana. Bahkan kalau pelajaran bahasa Sunda, Nahla masih sering lupa menjawabnya dengan bahasa Jawa. Kacau memang. Pernah nilai ulangannya nol gara-gara bingung menjawabnya. Ya itulah bahasa daerah. Ternyata Indonesia memang luas dan beranekaragam budayanya.
Bahasa Sunda bukan lagi jadi momok untuk Nahla ketika Nahla duduk di SMP. Karena Nahla belajar keras untuk belajar bahasa daerah barunya. Jadilah Nahla juara umum di SMP berturut-turut dari kelas 1 sampai lulus SMP. Bahasa Sundanya pun lumayan dapat nilai 8 di raport dan ijasahnya.
* Flash back off
ASL please...
Kata-kata itu semakin sering Nahla ketikkan di chatroom yang Nahla pilih "Bandung". Ia semakin keranjingan mampir di warnet sejak internet mulai dikenalnya di 1996. Aplikasi ICQ yang bergambar bunga warna-warni.
Internet jadi pelariannya karena kesendiriannya selama kuliah. Nahla yang kuper mendapat tempat untuk bersosialisasi melalui internet dengan nama samaran. Nahla bisa menjadi siapa saja yang ada dipikirannya. Mencari teman virtual yang tidak akan tahu Nahla sebenarnya, rupanya, kepribadiannya dan betapa nerdynya.
ASL please.....
21 F Bandung.....
setelah itu chat pun berlangsung kadang serius kadang bercanda...
Beberapa bahkan sebagai ajang mencari jodoh atau pacar virtual, pacar real kalau lanjut ke kopdar dan sreg satu sama lain.
TBC
20 Januari 2017
Donald Trump Inauguration