*ps : kata bercetak miring merupakan flashback. Kata bercetak tebal-miring merupakan kata hati dan kosa kata asing.
"Apa kematian bisa dikatakan perubahan ? Jika begitu, apa aku harus menerima perubahan itu ?"
-----
Bulan bersinar terang, menggantikan tugas mentari yang sejak dua jam telah berlalu pulang. Dia masih disana, seperti menunggu, tapi tak juga ada yang kunjung datang mendekatinya. Dia hanya diam, tak bergeming. Namun air matanya mengalir, membasahi pipinya. Dia kecewa. Dia terluka. Dia kesepian. Hanya itu yang dapat matanya katakan.
Angin musim gugur menerpa wajahnya. Terasa dingin tapi juga menghangatkan secara bersamaan. Dia masih tidak bergeming. Entah apa yang ada dipikirannya. Tapi dia masih menerawang jauh ke angkasa. Menatap bintang yang bersembunyi dibalik awan hitam pekat yang datang tiba-tiba menyergap.
***
"Berikan Shin Hye pada saya !!!" teriaknya begitu lantang. Suaranya menggema dibawah derasnya hujan dimusim gugur. Tubuh tegaknya, tetap berdiri kokoh. Meskipun Shin Hye tau, dibawah hujan itu, prianya sudah menggigil kedinginan. Pria paruh baya itu pasti juga tau, tapi seolah tak perduli, dia hanya tetap diam. Tak menjawab. Ia masih setia berdiri disamping putrinya.
"Saya mohon. Izinkan saya untuk mengambil alih semuanya"
***
Dua minggu setelah pengakuan mengejutkan itu. Setelah pria paruh baya itu setuju. Mereka melakukan pernikahan. Seperti udara hangat untuknya. Dia bisa mendapatkan Shin Hye dengan caranya. Dia bisa bersama Shin Hye. Setiap hari. Untuk selamanya.
"Jadi apa kalian akan tinggal disini ?"
"Tidak ahbeonim, aku sudah membeli apartemen baru untuk kami tempati" jawabnya. Orang tua itu hanya mengangguk, lalu dia menyesep kopi panasnya. Entah apa yang harus di ucapkan. Yang jelas dia hanya ingin putri satu-satunya yang ia miliki bahagia. Shin Hye mencintai pria itu. Bahkan karena pria itu, Shin Hye masih bisa bertahan hingga sekarang. Dan itu membuatnya mau tidak mau harus rela mengikhlaskan segala hal tentang putrinya, untuk pria itu mempertanggung jawabkannya. Dan semua kewajiban yang selama ini dia emban untuk putrinya, kini sudah beralih tangan pada pria didepannya.
Untuknya, waktu berjalan begitu cepat. Rasanya baru kemarin dia menggendong Shin Hye dan mengajak gadis kecilnya pergi jalan-jalan. Dan rasanya baru kemarin, dia meciumi putrinya yang sedang menangis terisak. Tapi semua berjalan pada mestinya. Dan inilah akhirnya. Dia harus mengikhlaskan putrinya.
"Appa..."
"Eoh ? Ya, sayang ?"
"Apa appa ingin aku dan Yong Hwa tetap disini ?"
"Ya, tentu saja !!!" ...
"Tidak sayang. Aku disini dengan ibu mu. Kalian sudah harus memulai kehidupan baru kan ? Aku akan baik-baik saja" dan itulah yang ia katakan. Rasanya terlalu berat, tapi ini jalan yang sudah seharusnya diambil. Dia tidak ingin egois, meskipun gadis didepannya akan selalu dia anggap gadis kecilnya yang manis. Sebagai gadis kecilnya yang tidak tau menahu tentang apapun. Tapi kini gadis itu sudah menikah, mempunyai tanggung jawabnya sendiri sebagai seorang istri. Dan tentu dia juga harus mengerti dengan segala hal itu.
Mungkin benar kata orang. Ayahlah orang pertama yang merasa sangat senang saat melihat anak wanitanya akan dipinang. Tapi diam-diam, dia jugalah orang pertama yang akan merasakan sepi saat anak gadis yang dulu sering meminta untuk dia gendong harus pergi bersama pria lain yang bukan dirinya lagi. Ayah memang terlihat seperti itu kan ? menyimpan kesedihannya dalam diam tapi menyuarakan kesenangannya dalam senyuman. Dia selalu terlihat dingin, tapi sangat hangat didalam. Dia akan selalu seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saranghae, appa !!! [Clannad After Story : YongHye Ver]
Fanfiction"Aku tahu kadangkala kita melalui hal-hal yang sulit. Tapi tak peduli apa yang terjadi, tolong jangan pernah menyesali waktu yang kita habiskan bersama." -FurukawaNagisa- "Kamu seperti benih bunga, kamu akan terbawa angin dan memulai perjalananmu. k...