"Hye Jung-ah..."
"Nde appa ?" Yong Hwa tersenyum mendengar kalimat itu. Rasanya, hatinya menjadi hangat. Hye Jung mulai memanggilnya dengan sebutan 'appa' tanpa canggung.
"Apa kau ingin mendengar cerita tentang eomma ?" Hye Jung mengangguk antusias. Gadis itu turun dari tempat duduknya lalu berpindah kesebelah Yong Hwa setelah Yong Hwa memintanya untuk mendekat. Ini pertama kalinya ia membicarakan Shin Hye bersama orang lain setelah lima tahun. Padahal sebelumnya, ia hanya mampu mengenang istrinya sendiri dalam diamnya.
Sudah saatnya dia menceritakan pada anaknya tentang Shin Hye. Kali ini, dia tidak akan kabur lagi seperti waktu Hye Jung memintanya menceritakan sosok Shin Hye di motel waktu itu. Jika dia menangis nanti, setidaknya kali ini dia tidak sendiri lagi, dia mempunyai Hye Jung yang akan menguatkannya.
Dia menatap lama pada mata bulat Hye Jung, menelisik jauh kedalam. Benar-benar sama dengan yang Shin Hye punya. Dan itu mampu menguatkannya. Ia melingkarkan tangannya pada bahu Hye Jung. Pikirannya melayang jauh, mengingat semua yang terjadi antara dia dan Shin Hye.
Ia, kembali mengenang....
***
Rutinitas paginya seperti biasa. Bangun tidur lalu pergi untuk sekolah. Meskipun ia tidak menghadiri semua jam pelajaran tapi setidaknya ia mengisi absennya. Begitu juga pagi ini, dia melewati jalan itu lagi, tidak ada yang berubah, bunga-bunga tumbuh bermekaran, jalanan menguarkan bau tanah yang basah karena rintik hujan. Tapi baginya tetap saja, kota ini terlalu buruk untuk ditempati bahkan terlalu buruk untuk dikenang. Dia berjalan pelan, tidak memperdulikan apa dia akan terlambat atau tidak. Karena baginya semua sama saja, tidak berpengaruh. Hingga langkah lebarnya terhenti, saat ia dapati punggung mungil itu berada beberapa langkah didepannya.
"Kue mangkuk !!!" teriaknya. Dia hanya tetap diam disana mendengarkan setiap celoteh wanita itu.
"Aish, bagaimana jika tidak ada yang mau menjadi teman ku ? Bukankah itu terlalu buruk ?"
"Cari saja, bukankah itu yang harus kau lakukan ?" celetuknya. Wanita itu berbalik, menatap dia yang berjalan mendekat kearahnya.
"Kau tidak harus menunggu seseorang mau menjadi teman mu. Itu tidak akan mudah. Kau harus mencarinya. Ayo berangkat" tanpa berkata apapun. Wanita itu ikut melangkah, mengekorinya. Berjalan bersama tanpa suara.
***
Langit siang ini begitu cerah, bel tanda istirahat juga sudah berbunyi. Dia berjalan menyusuri koridor dengan roti isi dan air mineral ditanggannya. Hingga saat matanya menatap keluar jendela, ia menemui wanita itu lagi, duduk sendiri.
"Kau benar-benar tidak memiliki teman yah ?" ujarnya. Saat dia memutuskan untuk menghampiri wanita itu. Tapi tak ada jawaban apapun dari yang ditanya. Ia pun mengambil duduk disampingnya, membuka bungkus rotinya dan memakannya dalam hening.
"Aku baru selesai makan. Maaf, apa ada yang bisa aku bantu ?" katanya setelah ia menghabiskan kue mangkuk dan sekotak susunya.
"Apa kau benar-benar tidak memiliki teman ?"
"Itu....."
"Kau sangat pelit bicara"
"Tidak, aku tidak seperti itu"
"Lalu ?"
"Emm... aku...."
"Kau murid pindahan ?" dia hanya menggeleng.
"Kau..."
Seolah dia tau tentang pemikirannya, dia memotong ucapannya lalu menyuarakan apa yang ada dipikirannya.
"Aku tinggal kelas. Dulu aku mempunyai banyak teman, tapi sekarang aku benar-benar sendiri disini"

KAMU SEDANG MEMBACA
Saranghae, appa !!! [Clannad After Story : YongHye Ver]
Hayran Kurgu"Aku tahu kadangkala kita melalui hal-hal yang sulit. Tapi tak peduli apa yang terjadi, tolong jangan pernah menyesali waktu yang kita habiskan bersama." -FurukawaNagisa- "Kamu seperti benih bunga, kamu akan terbawa angin dan memulai perjalananmu. k...