Sweet Wine 03

16.1K 1.4K 20
                                    

Bab 3

Masa liburan Henna telah berakhir, kini perempuan cantik itu telah kembali ke rutinitasnya sebagai seorang Manajer Food and Beverage di sebuah hotel bintang lima. Henna sudah lebih dari lima tahun bekerja di hotel tersebut, dia mengabdikan banyak waktunya untuk karier yang dibangunnya. Seperti sekarang, Henna berdiri di depan cermin di dalam toilet sembari merapikan seragam berwarna hitam dengan lambang inisial hotel tempatnya bekerja di sebelah kiri dadanya.

“Semangat Henna! Ingat cicilan perhiasan yang belum lunas!” seru Henna di depan cermin menyemangati dirinya sendiri.

Setelah dari toilet Henna berjalan menuju ruangannya untuk mengambil sebuah map yang akan dibawanya menuju atasannya. “Karen kamu jangan lupa siapkan segera proposal untuk pengajuan pelaksanaan pesta perkawinan artis ternama yang sedang naik daun itu,” peringat Henna kepada asistennya sebelum dia pergi menemui atasannya Bapak Broto.

Karen hanya dapat menggelengkan kepalanya meihat Henna, dia sudah sangat terbiasa dengan sikap Henna yang suka berbicara cepat. Awal pertama kali dirinya bekerja di sana dia harus menyetel mode penangkapan otaknya agar lebih cepat dari biasanya, dan kini dia sudah terbiasa dengan nada bicara Henna yang selalu cepat. “Baru pulang dari Jerman bukannya dikasih oleh-oleh malah dikasih kerjaan,” omel Karen pelan dan tentu saja tidak dapat didengar oleh Henna yang sudah melenggang menuju ruangan Bapak Broto.

“Henna saya minta kali ini kamu menuruti semua kemauan clien kali ini, Beliau menginginkan wine jenis ini,” kata Pak Broto setelah sebelumnya dia menjelaskan bahwa hotel mereka akan dipakai untuk acara ulang tahun sebuah perusahaan yang sudah lama menjadi mitra kerja hotel mereka.

Henna mengambil selembar kertas yang diangsurkan Bapak Broto untuknya. “Tapi Pak! Hotel kita tidak menyediakan wine jenis ini, lagi pula akan sulit mencarinya hanya dalam waktu beberapa hari. Karena saya tidak mungkin mengimpornya dari luar,” bantah Henna yang merasa permintaan clien mereka kali ini akan sulit dipenuhi dan diwujudkan oleh Henna.

“Ini permintaan para Komisaris Henna! Kamu harus menyediakan wine jenis ini. Untuk harganya kamu jangan khawatir, serahkan saja seluruh tagihannya ke bagian finance dan semuanya akan diurus. Tugasmu hanya mencari wine ini kurang dari waktu satu minggu,” tukas Bapak Broto tidak terima dengan bantahan Henna.

“Tapi Pak! Sejak awal clien sudah menyetujui jenis wine yang kita miliki, bahkan clien meminta kita menyediakan lebih dari satu jenis wine,” Henna kembali membantah Bapak Broto.

“Tidak ada kata tapi untuk ketiga kalinya Henna! Semakin cepat kamu bergerak mencari akan semakin baik dan semakin cepat juga kamu menemukannya!” Bapak Broto secara tegas tidak menerima segala macam bantahan tidak terima dari Henna.

Henna hanya dapat menghela napasnya pelan karena mendapat teguran yang sebenarnya jarang diberikan Bapak Broto untuknya. Karena memang Henna terkenal dengan kedisiplinan dan ketepatan cara kerjanya. Henna perempuan pintar dan juga keras jika sudah berhubungan dengan pekerjaan yang sangat dicintainya. Dulu, perempuan cantik ini sempat menjadi koki restaurant saat dirinya masih mengenyam bangku kuliah. Cita-cita untuk menjadi koki terkenal kandas di tengah jalan karena kondisi ekonomi yang tidak memungkinkannya untuk sekolah koki. Untuk itu, berbekal gelar sarjana ekonomi dan jurusan semasa kuliahnya merupakan manajemen, kini Henna dapat menjadi seorang manajer yang berhubungan langsung dengan hobinya.

∞∞∞

Brak!

Henna masuk ke dalam ruang kerjanya dengan sedikit membanting pintu sehingga menimbulkan suara yang keras. Karen yang sedang duduk di dekat pintu satu ruangan dengan Henna harus terkaget-kaget karenanya. Ruangan kerja mereka yang kecil karena terletak dekat dengan area restaurant membuat Karen was-was barangkali ada orang yang terkena serangan jantung karena sikap bar-bar Henna. Gadis cantik itu bahkan sampai melongokkan sedikit kepalanya untuk mengecek keadaan di luar ruangan.

“Ada masalah apa Mbak?” tanya Karen hati-hati, jujur saja dia juga sedikit takut dengan atasannya itu.

“Karen kamu cari kontak supplier wine di Jakarta segera!” perintah Henna tanpa sedikit pun berniat menceritakan duduk permasalahannya. Mendengar perintah tersebut Karen berniat ingin bertanya karena dia merasa aneh, pasalnya mereka sudah memiliki supplier tetap untuk setiap barang apa pun di hotel. “Jangan banyak tanya! Kerjakan saja segera!” tukas Henna saat Karen sudah bersiap membuka mulutnya ingin bertanya.

Setelah memberikan perintah tersebut kepada Karen, Henna langsung menuju restaurant untuk mengontrol keadaan di sana. Wajah cantik Henna terlihat tidak begitu bersahabat, sehingga tidak banyak karyawan yang berani menegur perempuan itu. Bahkan Henna sempat marah-marah sejenak di dapur restaurant dikarenakan ada pengunjung yang komplain masalah masakan koki yang keasinan.

Sementara itu, di salah satu meja terdapat orang-orang yang baru saja duduk di sana. Salah satu orang yang duduk di sana begitu sangat dikenal oleh Henna. Laki-laki yang telah membuat Henna susah makan dan tidur di Jerman. Javas, laki-laki itu sedang bersama orang-orang yang terlihat penting dan membahas hal yang begitu serius.

“Hah! Ya sudah kalian lanjutkan pekerjaan kalian dengan benar,” Henna menyudahi aksi mengomelnya kepada beberapa orang pelayan resraurant saat itu juga.

Henna berjalan menuju ruang kerjanya sambil mengeluarkan smart phone miliknya. “Hallo Sa!” ujar Henna saat panggilannya disahut oleh Raisa.

“Ada apa Hen? Tumben nelpon di saat jam kerja,” sahut Raisa dari seberang panggilan.

“Ada Javas di sini,” kalimat singkat dan begitu datar terdengar membuat Raisa menghela napasnya. Dia tahu sahabatnya tersebut sedang dalam keadaan kecewa dan marah.

“Dia datang buat minta maaf? Ya udah maafin aja, biasanya juga seorang Henna tidak pernah meminta pendapatku soal yang beginian,” kata Raisa yang sepertinya salah menerka tentang maksud perkataan Henna tadi.

Henna, memandang ke arah luar jendela tepat berada di sebelah mejanya.  Kebetulan Karen sedang pergi keluar mencari supplier wine. “Dia di sini bukan untuk itu Sa, dia di sini untuk urusan kerjaan dan tidak ada hubungannya denganku,” kata Henna dengan nada pelan dan sarat akan kekecewaan yang mendalam.

∞∞∞

“Javas!” panggil Henna tepat saat Javas akan keluar dari lobi hotel. Henna sudah memantapkan hatinya untuk membicarakan semuanya sekarang, lagi pula jam sudah menunjukkan jam pulang kerja.

“Henna, kamu sudah pulang dari Jerman sugar?” tanya Javas santai. Ada kejanggalan dari pertanyaan Javas yang notabenenya adalah kekasih Henna tetapi tidak mengetahui kapan Henna kembali dari Jerman.

“Bisa kita bicara?” Henna langsung bertanya karena dia tidak ingin lebih membuang-buang waktu lebih lama.

“Sekarang?”

“Ya sekarang!” tegas Henna.

“Baiklah,” setuju Javas sambil laki-laki itu melihat jam tangan di pergelangan tangannya dan kemudan kembali berkata, “tetapi hanya sebentar saja.”

To Be Continue

Sweet Wine (Dreame)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang