Part 1

23 4 0
                                    


'''
Matahari baru bersinar di jendela kamarku . aku terbangun dengan lunglai.

Karena semalam aku mengerjakan tugas hingga tengah malam. Dan untungnya tugas itu beres dalam satu malam, kalau tidak aku akan kena marah dosen John yang killer itu.
Aku berjalan ke kamar mandi dengan mataku yang terus merapat itu.

Setelah mandi, aku langsung berpakaian rapi dengan kemeja putih yang lengannya di linting setengahnya dan levis panjang .Ditambah sneakers putih yang menambah penampilanku terlihat baik untuk di pandang.

Selesai aku merapikan tugasku itu, akupun langsung bergegas berangkat ke kampus ku tercinta .

Jarak rumahku dan kampus lumayan jauh. Untuk menempuhnya aku pun harus menaiki sepeda. Sepeda berwarna putih yang aku pakai sejak kelas satu SMA dulu. Memang umurnya sudah lama, tetapi itu sepeda yang sangat nyaman untuk dipakai.

'''
Sesudah sampai di kampus , aku langsung memakirkan sepedaku khusus di tempat parkir sepeda yang sudah disediakan.

“Rasti." Tiba tiba,seseorang telah memukul pundakku dari belakang. aku spontan menoleh kebelakang, jujur aku sedikit kaget.

“DIANA” aku langsung setengah berteriak karena terkejut.

Dan kini aku kenalkan kalian pada sahabatku yang satu ini, dia adalah Diana. dia adalah sahabatku satu-satunya yang sering bawel padaku. tapi dia adalah sahabat idaman bila dia di kategorikan seperti itu.

Dia selalu membelaku disaat ada orang membullyku. dia… ah sudahlah , bila aku terus menceritakannya. Novel ini akan habis dengan ceritanya.

“tugasmu bagaimana? Selesai?” Diana menggandeng pundak seperti biasa.

“sudah selesai” aku menyombongkan diriku padanya.

“hm, aku kurang percaya padamu” kata Diana ,sambil tangannya memegang dagu, tanda curiga.

“sungguh, aku sudah menyelesaikannya. Ini buktinya.” Jawabku dengan lancar dengan memberikan kertas tugasku padanya.

Ia membawa kertas itu dan langsung membacanya. Dengan muka tidak percaya, dia terus membacanya dengan bolak balik kasar .

Aku langsung membawanya tanpa permisi. Dengan masih menampakan muka tak percaya dia melihatku. Disitu pula aku juga memasang muka sombong.

Aku langsung berjalan menuju kelas tanpa menghiraukan Diana. Diana pun langsung mengejarku dengan sedikit berlari.

“ke-kenapa kamu bisa menyelesaikan tugas itu dalam satu malam.? akupun butuh waktu 5 hari untuk menyelesaikan tugas itu, tugas itu lumayan sulit. Itu tidak mungkin Rasti.” Ia terus tak percaya dengan apa yang aku buat.

“tentu bisa, tidak ada yang tidak mungkin bagi Rasti.” Aku terus menyombongkan diriku di hadapannya.

“uuu..” dia mendorong kepalaku.
“sudah sudah, cepat kita kekelas sebelum dosen John datang.” Aku langsung senyum dan menggandeng sahabatku itu kekelas.

'''
Untung saja, kami masuk ke kelas tepat waktu. Karena, tidak berselang lama dosen John pun datang.

Semua orang langsung terdiam dan duduk manis, yang sebelumnya sedang mengobrol atau pun sedang beraktifitas lainnya.

“Semua , keluarkan tugas kalian dan kumpulkan kedepan.” Dosen langsung memerintah dengan suara tegas yang menggelegar ke seluruh penjuru kelas.

Ketua kelas pun langsung berdiri dan langsung menuruti perintah dosen John tersebut. Tanpa ada suara sedikitpun semua tugas sudah terkumpul di meja dosen .

Aku hanya bisa menelan ludah saat dosen itu memeriksa tugasku. Semoga tugasku tidak ada yang salah.
Akhirnya aku memilih untuk memejamkan mata daripada melihat ekspresi sang dosen yang terus melihat tugasku.

“RASTI” Dosen John pun akhirnya memanggilku. Keringat dingin pun langsung membasahi sekujur tubuhku. Aku yang tadinya memejamkan mata , langsung membuka mata dan dengan takut menatap dosen John.

Ya ampun kesalahan apa yang aku buat hingga aku harus di panggil oleh Dosen John. Dengan ragu aku mengangkat tanganku.

“Kedepan.” Dengan satu tarikan nafas panjang aku langsung bergegas maju kedepan. Ya Tuhan lindungi aku. Jangan jadikan hari ini aku berakhir di Rumah sakit.

“Anak-anak , kalian harus belajar banyak pada Rasti. Karena tugasnya kali ini mendapat nilai yang sempurna.” Aku sangat terkejut dengan penyataannya tadi.

Aku langsung memandang Diana dengan muka yang melongo, ia pun melihatku dengan muka yang tidak percaya lagi. Aku benar benar tak percaya dengan semua ini.

"Rasti, ini tugasmu. Pertahankan prestasi ini." Ia memberikan kertas tugas padaku, dengan tersenyum.
Ini baru pertama kali melihat Dosen John tersenyum di kelasku.

Senyumnya cukup manis, tapi mukanya tetap seram. Aku hampir bergidik melihatnya. Dengan tubuh yang besar dan tinggi, Dosen John harus sedikit membungkukkan tubuhnya ke arahku.

Tubuhnya tepat di depanku, aku baru pertama kali melihatnya dari dekat.
Dengan cepat aku membawa hasil tugasku dan langsung pergi ke bangku yang aku tempati tadi.

Pelajaranpun dimulai lagi. Dengan biasanya.

Hari ini aku bahagia. Tak sadar, senyumku mengembang sejak tadi.

***
Sesudah kelas selesai, aku langsung mengajak Diana untuk membeli ice cream.

"ayo cepat, nanti ice creamnya habis ?." aku menarik narik tangan Diana.

"tunggu sebentar Rasti. tenanglah, ice creamnya tak akan habis."

sesampainya disana, kami pun langsung membeli 1 buah ice cream rasa vanilla.

diana memilih untuk tidak membeli ice cream sepertiku. tapi aku berjanji padanya akan mentraktir dia makan apapun yang ia mau, khusus hari ini.
"aku benar benar tak menyangka nya diana. aku mendapat nilai terbaik hari ini". aku sangat antusias menceritakan padanya.

" iya, kamu hebat. ya walaupun hanya satu malam , kamu bisa mengerjakannya dengan sempurna."

"Aku pun tak percaya Diana, ini luar biasa." Aku merentangkan tanganku sampai semua orang yang ada di ruangan kafe melihat ke arahku .

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 29, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Ice CreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang