Part III

308 6 2
                                    

**

Ella's POV

-

Pagi ini sepertinya matahari merasa terburu-buru untuk menyinari bumi. Dengan mata yang masih terpejam aku merentangkan tanganku ke atas dan menguap. Aku menoleh ke sampingku. Tidak, ternyata Justin tidak ada disampingku. Memang dari awal Justin tidak tidur bersamaku. Betapa aku menginginkan Justin disini, tapi ada sosok Selena diantara kita berdua.

Aku bergegas kekamar mandi untuk mempersiapkan diriku sebelum keluar dari kamar. By the way, aku tidur dikamar tamu. Seharusnya yang saat ini tidur di kamar tamu adalah Selena. Tapi ya sudahlah. Aku terlihat lemah dihadapannya, aku tidak bisa melawannya.

Setelah merasa sudah rapi - dress kuning yang tidak terlalu mencolok dan rambut ombak coklatku yang aku biarkan digerai, juga sentuhan make up natural - aku keluar dari kamar dan menuruni tangga untuk menemui Mom yang sepertinya sudah ada di dapur.

Aku mendapatinya sedang melihat-lihat isi kulkas. "Good morning, Mom."

"Good morning too, honey." Ia menoleh dan tersenyum ke padaku.

"Jadi.. pagi ini Mom mau masak apa?" Tanyaku yang tengah memainkan ponselku.

Aku melirik ke arah Mom, ia mengangkat kedua bahunya. "Entahlah, tidak ada bahan yang menurutku bisa aku jadikan sarapan."

Aku bangkit dari dudukku dan ikut melihat ke dalam kulkas. Aku menautkan alisku. Benar juga, sepertinya Mom belum pergi berbelanja ke supermarket.

"Nah.." Ucapku saat melihat sebuah kotak kecil bertuliskan 'Pancake Siap Saji'. Aku langsung mengeluarkannya dan tersenyum ke arah Mom. "Pagi ini, aku yang akan membuat sarapan untuk Justin." Kataku semangat.

Mom berdehem, "Jangan lupa, Ella. Ada Selena disini, buatkan lebih. Kalau tidak, ia akan mengamuk." Kata Mom sambil terkikik. Aku hanya terkekeh mendengarnya dan langsung memulai membuat pancake.

**

Justin's POV

-

Sayup-sayup aku mendengar suara bising disamping telingaku. Dengan beratnya aku mencoba untuk membuka mataku. Ternyata telefon genggamku berdering. Segera aku mengangkatnya.

"Hello.. Good morning.." Ucapku dengan suara serak.

Ugh.. Lagi-lagi Scooter yang menagih lirik lagu. Aku memutar bola mataku saat ia mulai menyeramahiku. Aku langsung memberikan telfon genggamku kepada Selena, biar dia yang berbicara pada Scooter. Aku terlalu malas untuk berdebat pagi-pagi.

"Justin, bangunlah sayang. Aku lapar.." Dengan mata yang masih terpejam karena mengantuk aku mencoba untuk mendengarkan Selena tanpa tertidur kembali. "Scooter bilang apa?" Tanyaku sambil mengucek mataku.

Selena mengambil nafas panjang, "Scooter bilang kapan kamu akan kembali ke studio? Aku bilang ini masih waktu cuti seharusnya Justin tidak ke studio. Kemudian dia bilang tapi kita harus segera menyelesaikan projek album ini, lalu aku menjawab 'Tapi Justin bilang kepadaku kalau projek dimulai 3 bulan lagi yang berarti liburan Justin masih lama.' Aku bisa mendengar Scoot menghela nafas panjang - sepertinya dia kesal, kemudian ia bilang harus mengurusi Carly dulu dan telefon berakhir."

Aku mengerang malas, menarik selimut, kemudian kembali tidur sambil membelakangi Selena. Ia berdecak, "Apa kamu akan menemaniku sarapan?" Katanya. "No." Kataku yang mulai terkantuk-kantuk. Ia menepuk punggungku, "Okay," dan bangkit dari kasur kemudian berjalan keluar kamar.

**

Ella's POV

-

Akhirnya aku selesai membuat pancake dan sudah meletakannya di meja makan. Saat aku akan berjalan ke dapur, suara nyaring itu kembali terdengar. Seriously, telingaku bisa pecah kalau setiap hari mendengarnya berteriak selamat pagi.

"Woah.. Mom bikin pancake? Sepertinya lezat yaa."

Dengan tatapan tidak percayaku - mulutku yang setengah terbuka dan mata yang membesar -, aku berjalan mundur dari dapur kembali ke meja makan. Selena, dengan lancangnya langsung melahap pancake yang seharusnya untuk Justin, bukan untuk dia. Sebenarnya aku membuatkannya satu, tapi sengaja aku masih simpan dimeja dapur, jaga-jaga kalau tiba-tiba dia ingin muntah dengan hanya melihat masakanku.

Mom meletakan garpu dan pisaunya, dia marah. "Selena, kalau kamu mau pancake, buat saja sendiri didapur."

"Untuk apa? Pancake yang sudah jadi kan sudah ada dimeja makan, aku tinggal memakannya." Katanya tanpa membalas tatapan Mom.

"Ella membuatkan pancake itu untuk Justin, bukan untuk kamu. Dasar kamu tidak tahu malu, sudah menginap dirumah orang tanpa izin, sekarang bertingkah."

Uh no.. Here's come trouble..

Ia memutar tubuhnya, menatapku tajam, dan kembali memandang sinis Mom. "Mom, kenapa cerewet sekali, sih? Ini sudah memang tugasnya dia kan? Dia pembantu disini, bukan?" Katanya sambil mendelik ke arahku.

"Tutup mulut kamu, Selena." Mom mulai geram dengan tingkahnya, begitu pun aku. Tapi aku tidak ingin mencari ribut dengannya.

"It's okay, Mom. Aku akan membuat pancake lagi untuk Justin." Tubuhku terhenti saat Selena mulai mencercaku dengan perkataannya.

"Ella.. Oh, Ella. Kamu itu memang perempuan bodoh ya, mau aja di jajah sama laki-laki. Justin punya tangan, dia bisa membuat pancake-nya sendiri. Rajin sekali kamu membuatkan dia pancake." Katanya penuh dengan pandangan meremehkan.

Aku tertawa hambar dan memutar bola mataku. "Aku melakukan apa yang harusnya saya lakukan. Kalau aku tidak seperti ini, apa bedanya Justin yang sekarang dengan Justin yang masih melajang?"

"Maaf ya, dulu dia pacarku."

"Membuat pancake saja gayamu sudah selangit. Bangga ya? Denger ya Ella, kamu tuh perempuan kampungan yang bodoh."

Apa?! Enak sekali dia berbicara seperti itu, rasanya aku ingin menghajarnya.

"Selena, mana ada sih perempuan bodoh seperti aku yang bisa masak untuk suaminya? Yang ada, perempuan bodoh yang bukan seorang istri tapi tidur dikamar dengan orang yang bukan suaminya."

Ya, aku bangga dengan apa yang aku katakan pada Selena. Nyalinya pasti sudah ciut. Enyahlah dari kehidupan kami Selena. Yeah, aku punya Mom dipihakku dan Selena seharusnya takut padaku.

Selena membanting garpu yang tadi ia genggam dan berdiri menghampiriku dengan tatapan mautnya. Aku mulai terbiasa melihatnya. "Kamu sudah berani sama aku ya?! Mulai ngelunjak ya!" Ia berteriak tepat didepan mukaku, aku hanya tertawa pelan.

Tangan Selena baru saja akan melayang dan mendarat di wajahku, tapi beruntung ada Mom yang membelaku disini. Mom menahan tangan Selena, "Kamu ini membuat onar saja sih! Sebaiknya kamu pergi, Selena. Pergi!"

Yang aku dengar hanyalah Mom dan Selena yang berdebat, Mom memaksa Selena sambil menarik tangannya sedangkan Selena membalas berteriak enggan keluar dari rumah ini. Aku hanya bisa melerai mereka berdua, jangan sampai ada salah satu dari mereka yang terluka.

"HEY STOP!" Justin datang melerai mereka berdua. Well, sepertinya aku termasuk dari mereka, jadi yeah.. "Apa-apaan kalian ini?!"

Mom melepaskan genggamannya dari lengan Selena. "Justin, kamu itu sudah gila. Sama gilanya dengan perempuan ini." Aku hanya bisa diam seribu bahasa.

"Sayang.. " Ucapnya manja, ia langsung berlari kecil dan memeluk Justin. Selena membuatku muak dan ingin memutar bola mataku berkali-kali. "Justin, aku ingin pulang. Aku terus dimarahi disini. Ayo Justin.." Katanya sambil menarik-narik tangan Justin.

"Pulang saja kalau mau! Kalau perlu kamu tidak usah kembali lagi kesini!" Selena mendengus kesal dan langsung berjalan keluar rumah.

Akhirnya aku bisa bebas dari suaranya yang nyaring, matanya yang terlihat tidak mengerikan tapi begitu mengancam, dan sosoknya yang cukup mengganggu saat dia sedang bersama dengan Justin.

-------------------------

maaf garing ._.

>.<

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 24, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Stealing My Baby [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang