chapter 1

77 1 0
                                    


Perempuan ?

Apa yang salah dengan kata ini .

Apakah salahku jika aku terlahir sebagai perempuan . Aku melihat ketidak adilan , tapi apa yang bisa ku perbuat saat itu , aku masih kecil tapi aku melihat penderitaan yang begitu memilukan karena terlahir sebagai perempuan.

Namaku Jena.

Aku punya keluarga bahagia , setidaknya dulu .Ayahku seorang guru dan ibuku ibu rumah tangga . Dua bersaudara , kakak perempuanku bernama Indira . Usiaku dengannya terpaut jauh sekitar sepuluh tahun . Ibu berkata , mereka pikir hanya akan memiliki satu anak saja karena dokter mengatakan rahim ibu bermasalah hingga kemungkinan kecil untuk bisa melahirkan kembali .

Aku tinggal di sebuah desa di pedalaman suatu negara . Aku menyaksikan bagaimana hinanya seorang perempuan .

Seorang perempuan tidak diperuntukkan menuntut ilmu atau bersekolah karena pada akhirnya seorang perempuan akan berakhir di dapur saja .

Bukan hanya itu saja , kehinaan sesungguhnya adalah ketika menikah atau seorang janda apalagi perawan tua.

Mereka di kucilkan seolah berbuat sesuatu yang nista. Tanpa sebab yang jelas mereka membenci atau menggunjing . Itu sebuah diskriminasi .

Dan aku menyaksikannya terjadi didepan mataku . Keluargaku.

***

Rumah sangat ramai .

Beberapa orang berkunjung untuk membantu menghias rumah karena besok kak Indira akan menikah .

Sebenarnya pernikahan digelar sederhana saja tapi kami tetap menghiasnya agar terlihat rapi dan cantik .

Aku membantu menata kursi dengan rapi dan sesekali menatap kak Indira yang dikerumuni banyak orang mengucapkan selamat .

Senyumnya tersungging bahagia . Aku juga bisa merasakannya .

Ketika suasana sedikit lengang . Aku juga melihat kak indira sibuk menelpon seseorang dan sesekali tertawa . Aku yakin sekali itu calon suaminya yaitu kak Juan .

Kak Juan sudah seperti kakak lelaki bagi ku . Dia baik dan seorang pekerja keras .

Kak Juan dan kak Indira sejatinya adalah teman sewaktu kecil . Besar bersama-sama . Tapi beberapa waktu yang lalu kak Juan berangkat ke kota untuk bekerja disana karena setelah menyelesaikan studinya dia mendapat pekerjaan disana .

Tapi hatinya tetap sama , dia mencintai kakak ku sepenuh hati terlihat dari pengorbanannya yang begitu besar dan dia akan menikah dengan kak Indira dan memboyongnya ke kota .

Sekarang pun dia sering bolak-balik ke kota yang begitu jauh berkilo-kilo meter jaraknya .

Suasana lengang .

Di ruang tamu hanya ada aku dan kak Indira seorang . Dia sedang duduk dan aku mendekatinya , duduk bersamanya . Setelah selesai menghias.

'' apakah kakak bahagia ?''

'' tentu saja, inilah impian kakak ... suatu hari nanti ketika kau sudah besar dan dewasa , hmm.. tentu ada seseorang yang mencintaimu dan kalian saling mencintai . Kau akan merasakannya ,'' ucapnya lembut sedikit tertawa tapi itu bukan tawa yang lucu melainkan tawa bahagia yang bersumber dari hatinya.

Apakah seseorang yang telah menemukan sesuatu yang di sebut cinta akan tertawa seperti itu ?

Sungguh aku tidak tahu.

'' apa dia sudah kembali dari kota ?'' Tanyaku antusias .

Kak Indira lagi-lagi tertawa membuat aku cemberut , memang ada yang salah dengan pertanyaaanku .

'' ih kakak, aku serius... memangnya aku lucu kenapa dari tadi kakak tertawa terus . Apa seseorang akan seperti itu jika hendak menikah ? Seperti yang kakak rasakan sekarang ,'' aku merajuk .

Tangan Kak indira mencubit dua pipiku gemas dengan rajukan ku dan berkata , " tentu saja , kak Juan sudah kembali satu minggu yang lalu . Dia tidak datang kesini karena dirumahnya juga sedang sibuk mempersiapkan semua ini . Jadi kau tidak perlu khawatir , besok kau juga akan bertemu dengannya ." Lagi -lagi dia tertawa dan mengusap kepalaku membuat rambutku berantakan kemudian beranjak masuk kedalam karena ibu memanggil .

***

Fajar telah menyongsong harinya.

Hari bahagia yang di nantikan oleh keluarga kami terutama kak Indira tiba .

Para tamu sudah hadir , sebenarnya tamu itu adalah warga sekitar saja yang ingin menyaksikan akad nikah .

Aku memasuki kamar pengantin .

Cantik.

Itu yang terlintas dibenakku saat melihat betapa ayu nya rupa kak Indira .

Tangannya saling bertaut , aku tahu dia merasa gugup sekarang.

" cantik sekali ," mataku berkaca-kaca melihatnya .

Kakak tersenyum lagi.

" kakak , !"" Aku memeluknya .

Tangis ku pecah , entah apa yang ku rasakan . Sungguh aku sangat senang melihatnya bahagia tapi di sisi lain aku merasa ingin menangis .

" kenapa kamu menangis, dek?,"" kak Indira mengelus tubuhku pelan.

Aku sesenggukan di hadapannya dan kak Indira berusaha membuatku tenang .

Terdengar suara gaduh diluar .

Ayah mengetuk pintu.

Kami berdua keluar bersama dan melihat wajah Ayah terlihat cemas.

" nak , coba kau hubungi Juan , kenapa belum juga sampai ?" Ucap Ayah pelan .

Kakak mengambil telpon dan menghubunginya.

Lama tidak ada jawaban .

" tidak aktif , yah ! Mungkin sedang di jalan . Aku akan menghubungi keluarganya !!"" Kakak mulai terlihat khawatir.

Kak Indira mencoba berkali -kali menghubungi tapi jawaban tetap sama . Nomor tidak aktif .

Aku melihat Ayah berbisik kepada pak penghulu dan dia mengangguk mengerti .

Waktu terus berputar.

Detik berganti menit , terus berputar seperti itu dan tidak ada jawaban sama sekali .

Aku melihat kegusaran kakak ku dan juga terlihat orang berbisik-bisik .

Tidak ada kabar sama sekali .

Sampai jam pun berlalu dan orang mulai pulang kerumah masing-masing dan seseorang datang ke rumah kami membawa kabar buruk itu .

Kabar yang tak pernah ingin ku dengar sama sekali dan itu awal dari kesedihan panjang keluarga kami.

Pernikahan dibatalkan.

La TahzanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang