Dulu, pernah ada, seorang gadis cantik nan jelita berparas semampai, bernama Clara Cynthia. Dia tinggal di sebuah desa pinggir kota. Desa yang sangat terpencil dan masih menggunakan teknologi terbelakang
Semua orang menyukainya karena dia suka menebar kebaikan. Bibir ranumnya tak pelit-pelit dalam memberikan nasihat dan perkataan baik
Juga senyumannya.
Semua orang menyukai lekukan lebar dari bibirnya. Semua orang suka melihat tawa indahnya. Semua orang suka melihat paras cantik nan anggunnya,
Tapi tidak selamanya.
Berita tentang kematian Clara menyebar cepat bak virus flu burung. Menyebar luas ke seluruh penjuru desa. Semua orang kini bertanya-tanya, kemana bunga desa kebanggaan mereka?
Siapa yang bisa menggantikannya?
Siapa yang bisa mengganti senyum indahnya yang bagai sinar mentari di desa ini?Hal itu kian meruak hingga akhirnya melebur bagaikan pasir putih terkena ombak malam hari. Terlupakan oleh masyarakat, terbelakang, terkucilkan, hingga akhirnya cerita tersebut dibuang.
Beberapa orang tua membuat cerita dari Clara Cynthia, menjadi sebuah dongeng tidur bagi anak perempuan mereka. Tentang larangan keluar pada malam hari bila tidak ingin bertemu dengan arwah Clara.
Tentu saja, cerita mitos ini kian meluas, menjadi dongeng malam bagi gadis kecil yang belum tahu apa-apa tentang dunia. Larangan-larangan yang sangat ketat bagi si-empu gadis.
Setelah dengan cepat mitos itu tersebar, kini mereka bertanya-tanya apakah itu benar? Kalau benar lantas siapa yang membuat mitos tersebut?
Lalu, beberapa mitos pun bertebaran, saling mengadu membela kebenaran. Saling mengunggulkan, berusaha membuat mitos yang rasional dan dapat di terima masyarakat.
Sedangkan yang bicarakan selama ini adalah 'kebohongan semata'
Clara Cynthia belum meninggalkan kita seutuhnya, dia masih ada, melihat kita dari kejauhan. Tak terasa setiap hari lidah kelu tak bisa berbicara. Air matanya menetes melihat kita yang seperti ini.
Melihat kita menjadi orang yang tidak bersaudara. Ia menangis, mengapa hanya alasan seperti ini menjadi suatu dentuman keras bagi telinganya. Mengapa mereka membuat cerita konyol tentangnya
Padahal dia selalu membaikkan kita 'disana'.
Hingga suatu hari, seluruh orang yang ikut masuk dalam membuat bagian riwayat hidupnya hilang di telan bumi mengikuti jejaknya
Disana, yang mereka lihat hanya gundukan bukit dan tebing berwarna merah menyala karena panasnya.
#Drafdrabbellomba