Kelas Sepuluh

16 1 1
                                    

"Mentari, dengarlah asa ku ini. Aku wanita periang. Dan aku hanya harus bahagia ya!gaboleh ada yang sakitin aku!!!" ucapku sendiri. Sembari terduduk di atas jok motor yg panas nya melelehkan hati yang lembut ini.

Ku langkahkan kakiku menuju sekolah tercinta ini, sekolah yang baru ku jajaki sekitar 3 hari lalu ini, membuatku terpesona dengan bergugurannya daun pohon sukun yang ditanam disepanjang tepi sekolah.

Bak nyanyian yang mengikuti alur melody nya, kaki ku berjalan tanpa tersandung menuju kelas. Harus kuakui. Sekolahku tengah di renovasi. Itu membuat jalan disekitar kelas bohak (red:Berlubang).

Tak pandai kuceritakan diriku, selain aku yang pintar dalam pelajaran sejarah(makanya gue susah moveon), yang pintar memasak, yang bisa memanage keuangan, yang selalu ceria walau badai menerpa, yang selalu tegar menghadapi kamu yang gapernah peka:') Shit:(. Udah ya cukup! Sudah kukatakan jika aku tak pandai menceritakan diriku sendiri. Titik:')

Hari ini, bulan ke 6 dan hari kesekian dimana aku telah menjadi siswi resmi di Sma favorit di kota ku. Tak banyak cerita cinta yang ku tumpahkan di sekolah ini, karena aku belum jatuh cinta sama siapa-siapa. Belum.

Aku seorang gadis pencari kebenaran sejarah, yang selalu kepo di setiap peristiwa yang terjadi.

Sambil melahap makan siangku, di bangku kantin ku duduk sendiri. Selama 6 bulan ini, aku tak banyak memiliki teman.

Teman kelas ku hanya ifi anak pak agus guru olahraga, ratna anak bu diana guru matematika, jihan anak bu yanti pedagang kantin, dan Alvian anak bu biah pedagang strawberry, si bule asal Ciwidey yang merupakan peranakan dari bu biah asal ciwidey dan pak stepeun. Eh stepen. Eh Steven yang berasal dari kota chicago. Entah dimana bu biah san pak stepen bertemu:) mungkin saat pak steven tengah liburan di kolam pemandian air panas bertubrukan dengan bu biah yang saat itu sedang berjualan, hingga butiran strawberry itu menjadi saksi cinta mereka? Ah entahlah. Kuceritakan silsilah keluarga alvian dengan detail karena aku tak ingin penelitian ku sia-sia.

Balik lagi ke aku yang lagi duduk sendiri di kantin, tanpa teman-teman. Kebetulan, mereka tengah di panggil pak dedi guru konseling karena kemarin saat waktu istirahat kuhabiskan dengan tidur, mereka menjailiku dengan menyembunyikan handphone ku, karena aku tak tau siapa yg berulah, saat itu kulaporkan pada pak dedi. Kalo tau mereka sih, yaa aku jajanin cuankie pas bangun tidur.

Saat hendak menyuapkan suapan kupat tahu yang terakhir, maklum, namanya suapan terakhir itu sisa dari makanan tadi yang jelas ku tampung semuanya hingga bumbu dalam satu sendok terisi penuh, ku lirik kanan-kiri takut ada teman menyaksikan makanku yang rewog(red:rakus) ini. Aah.. Syukurlah.

Saat hendak otw ke mulutku, tiba-tiba saja..

"Ren, kaya yang mau langsung jadi beruang yang mau hibernasi aja". Sosok pria berbadan sekitar 160cm itu duduk di sebelah kiri ku kalau tak salah. Seingat ku, dia teman sekelas ku. Pria yang menjadi panglima ekskul bela diri di sekolah.

Lalu, sambil memakan makanan yang ada di sendok ku dia pergi dan..

"Ren, lain kali berhenti sebelum kenyang yaa, sabda Rasul tuh" lalu senyum dengan menampilkan gigi gingsulnya yang membuatku..

"Neng iren, bayar ih cepet kupat tahu nya.. Lagian udah masuk. Bel udah bunyi dari tadi. Nanti ikut kena dipanggil pak dedi. Ohiya.. Iler nya tuh neng lap. Yang di meja juga ya"ucap bu yanti membuyarkan lamunanku.

Segera ku bayar makan siangku. Segera ku pacu kaki ku untuk segera berlari ke kelas.

Oh Tuhaan.. Rasa apa ini?rasa karena dia yang tak sopan memakan makanan ku? Atau dia yang terlanjur menghabiskan makanan ku? Atau dia yang menyebutku beruang yang akan hibernasi? Atau.. Senyum nya yang buat aku ingin mencerirakan kepada ke tiga sahabatku?

Saat tiba di kelas, bu Vivi guru pkn langsung meneriakiku dengan bahasa indonesia yang formal sekali. Intinya "Iren cantik masuk aja jangan di ulangi lagi"

Aku dipersilahkan duduk, syukurlah. Dengan sigap, ku perhatikan sosok pria yang duduk di meja terdepan barisan ujung kiri itu. Semakin lama, semakin aku.. Ingat senyumnya tadi. Dan aku semakin..

Apa aku jatuh cinta?

Jatuh cinta pada sosok yang menghabiskan makan siang ku?

Yah, sial. Aku jatuh cinta.

Dia Daffa. Entah, ingin segera esok pagi. Saat bu guru mengabsen. Dan menyebutkan nama lengkapnya. Sekali lagi, apa getaran itu muncul saat orang lain selain aku mengucap namanya?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 23, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

(Jangan)BAPERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang