...
"Aku yakin kau butuh aku.." terdengar bisikan yang sama seperti sebelumnya.
"Aku akan membantumu jika kau mau."
Lalu tanpa pikir panjang, aku menganggukan kepalaku. Pertanda aku menyetujui bantuannya.
Beberapa hari setelahnya, aku mendengar kabar bahwa siswa bernama Choco dari kelas sebelah menderita penyakit aneh. Orang - orang di kelas sedang ramai membicarakannya. Aku yang tidak mau repot - repot menghampiri kerumunan mereka hanya bisa memasang telingaku baik - baik. Menurut informasi yang aku dapat, Choco telah absen selama seminggu untuk merawat neneknya yang sedang sakit parah di desa. Kemudian ketika Choco kembali ke kota, entah mengapa ia mulai bertingkah aneh. Choco yang dikenal sebagai pribadi yang riang dan supel tiba - tiba saja berubah menjadi murung. Ia menghabiskan sepanjang waktunya memandangi tembok kamar.
Ya, ampun. Apa yang terjadi dengan Choco? Aku..aku...harus menemuinya. Siapa tahu aku bisa membuatnya menjadi lebih baik.
"Ehem!" aku berdehem cukup keras. Dan deheman kerasku cukup untuk membuat orang - orang itu menatap ke arahku.
"Apa berita tentang Choco itu benar?" tanyaku tegas.
"Emm..iya" jawab seorang gadis membosankan berkucir dua.
"Kalau begitu, beritahu aku dimana alamat rumah Choco." pintaku serius.
Singkat cerita, kini aku sedang berdiri di depan sebuah rumah sederhana milik keluarga Choco. Perlahan, tanganku menekan bel yang ada di pojok kanan atas pintu rumah ini.
TING..TONG!
Krieekk..
Pintu bergaya vintage itu langsung dibukakan oleh si empunya rumah. Seorang wanita paruh baya dengan mata sembab. Kurasa ia adalah ibunya Choco. Ia menatapku dari atas sampai bawah lalu tersenyum dan berkata "Kamu pasti Pie."
Aku mengangguk. Kemudian ibunya Choco melanjutkan "Choco sering sekali membicarakanmu. Ayo, masuklah."
Aku terpukau begitu aku masuk lebih dalam ke rumah ini. Desain arsitekturnya sangatlah keren dan juga pasti mahal. Tidak kusangka aku akan menemukan desain seperti ini dibalik rumah yang sederhana.
"Ini kamar Choco." ujar ibunya lirih. Lalu ia membukakan pintu yang menjadi penghalang antara kami dan Choco.
Jantungku kembali berpacu cepat. Seluruh perasaanku kembali normal saat kulihat sosok Choco yang selama ini kucari dan kutunggu. Tanpa ragu aku berjalan cepat ke arahnya.
"Hei, kemana saja kau?" tanyaku khawatir.
"..." tak ada jawaban.
"Maaf, tapi dia sudah seperti ini sejak pulang dari desa. Semua dokter telah aku hubungi namun tak ada yang mengerti dengan penyakit yang di deritanya." jelas ibunya pelan. Suaranya terdengar serak dan parau. Sudah jelas ia sedang menahan tangis di dalam sana.
Kutatap sosok Choco yang kini hanya duduk diam sambil memandangi tembok kamar. Wajahnya tidak tersenyum lagi seperti dulu. Mulutnya juga tidak berceloteh lagi. Ada apa denganmu, Choco? Padahal seharusnya kita sekarang sedang bersenang - senang. Huffftt.... tak ada pilihan lain.
Keputusanku sudah bulat. Aku berjanji tidak akan menyesalinya. Aku akan melakukan apapun demi melihat Choco tersenyum lagi. Perlahan aku menyentuh dahi Choco dan kurasakan ada aura panas dan gelap di sana. Kemudian aku mulai memejamkan mataku dan dalam sekejap hembusan angin dingin menerpa wajahku. Kubuka mataku lebar.
"Ini sekolah. Berarti pelakunya ada di sini." gumamku yakin.
🍰
KAMU SEDANG MEMBACA
Choco Pie
ParanormalGadis itu tersenyum getir. Namun langkah mungilnya terus menuntunnya meninggalkan zona nyaman. Wajah - wajah pucat tak berekpresi itu terus menjerit. Memohon minta dibebaskan. Gadis itu tidak mau tahu. Ia hanya menunduk dan menatap tajam setiap oran...