—
Sienna heran ketika dia datang membawa kue dan minuman ke ruang tamu, semua pandangan mengarah kepadanya. Ardi dan Ayahnya menatapnya lama sekali,
"Kenapa?" tanya Sienna bingung sambil meletakkan isi nampannya ke meja.
"Sini, kamu duduk dulu, ayah mau bicara."
Sienna menuruti permintaan ayahnya. Sienna tahu ada ketegangan disini, ayahnya yang biasanya santai dan humoris pun terlihat sedikit tegang.
"Kenapa yah?"
Mulut ayah Sienna sedikit terbuka, tapi belum sepatah katapun terucap dari bibirnya. Semua itu membuat Sienna lebih penasaran lagi. Sienna melirik ke arah ardi, tapi pria itu tampak sedikit menunduk, wajahnya datar tidak memberikan clue apapun.
"Ardi kesini..."
'Yes, I know. And what?'
"Dia mau melamar kamu..."
'Ardi, what? Tunggu, ini telingaku salah dengar atau...'
"Ayah tau kalian sudah sama-sama dewasa, jadi ayah serahkan semua keputusan sama kalian. Ayah tinggal ya."
Sienna sudah tidak begitu mendengarkan ayahnya. Sekarang dia tidak dapat berfikir apapun. Otaknya beku.
"Na, sebelum kamu nanya apapun ada 3 hal yang mau aku sampaikan"
"Pertama, untuk masalah empat tahun lalu, aku minta maaf. Kalau kamu mau tahu, ya, aku membatalkan pertunannganku dengan Sonya karena kamu. Karena setiap aku berdoa, setiap aku istighoro, keyakinanku semakin kuat bahwa bukan Sonya orang yang tepat. Tapi kamu."
Pandangan Sienna lurus kedepan, matanya tak sanggup jika harus menatap ke arah lawan bicaranya. Dia mencoba mencerna setiap kata yang di ucapkan pria itu. Tapi otaknya merespon terlalu lama. Dia hanya terpaku, disatu sisi dia merasa tersanjung, tapi disisi lain dia merasa tidak enak dengan Sonya.
"Kedua, kalau kamu tanya kemana aku selama ini, aku menenangkan diri karena pertunangan aku harus batal karena pilihanku sendiri. Aku berusaha mencari tahu dan meyakini apa yang benar-benar aku inginkan. Dan sekarang aku disini, aku mau kamu tahu, bahwa sekarang aku sangat yakin dengan pilihanku."
Sienna masih tidak bergerak. Bagaimana rasanya menerima pernyataan cinta dari sahabatmu? Dari orang yang tidak pernah sekalipun terbayangkan akan menjadi pesanganmu? Aneh? Ya, Sienna tidak tahu seperti apa perasaannya sekarang. Tidak ada rasa excited, bahkan meski jantungnya bergerak lebih cepat, semuanya masih dalam batas normal.
"Maaf kalau ini mendadak, aku bahkan gak tau sekarang kamu sedang menjalin hubungan dengan orang lain atau bagaimana. Cuma, aku mohon kamu mempertimbangkan lamaranku."
Sienna memberanikan diri menatap lawan bicaranya. Mereka saling memandang, entah apa yang mereka coba sampaikan dari tatapan itu.
"Kenapa sekarang?" Ujar Sienna
Ardi menyunggingkan senyum manisnya pada Sienna
"Karena sekarang aku sudah yakin Sienna, dan karena hanya diwaktu seperti ini kita bisa bertemu."
Sienna mengangguk, Ardi benar. Dalam setahun Sienna Cuma punya waktu dua minggu dirumah, dan itu hanya saat lebaran. Selebihnya, hidupnya di Bali. Ketika semua orang berduyun-duyun mencari kerja ke Ibukota, Sienna memilih menjauh dari hiruk pikuk kota itu, menjauh dari tempat lahirmnya.
"Kenapa aku?" Pertanyaan Sienna selanjutnya.
"Karena aku maunya kamu. Urusan yang lainnya, nanti aja kalau udah halal."
Jawaban Ardi mau tidak mau membuat Sienna tersenyum, dan menghancurkan ketegangan yang terjadi di antara mereka.
"Kamu pede banget ya, bakal diterima" Sienna mengerutkan keningnya dan menatap Ardi, sementara yang ditatap malah tersenyum.
"Harus yakin dong...Udah ya Na serius-seriusannya, dari tadi tangan aku udah dingin banget ini " aku Ardi jujur.
Sienna tertawa, begitu pun dengan Ardi. Ardi tampak lebih rilex dari pada saat pertama dia datang. Sienna tau sekarang dia Ardi yang sama, Ardi yang dikenal Sienna belasan tahun lalu. Ardi tak bisa berhenti menyunggingkan senyumnya. Meskipun Sienna belum mengiyakan lamarannya, dia sudah menangkap signal baik itu.
PS: — Eunoia : Beautiful thingking, a well mind–

KAMU SEDANG MEMBACA
Eunoia
Cerita PendekTentang pertemuan tiba-tiba, tentang pengakuan cinta. Mungkin benar tidak ada laki-laki dan perempuan yang murni bersahabat. Karena dua insan yang berbeda mungkin memiliki rasa yang sama. Aku yakin kalian mau mengiyakannya. Coba jujur, apa kau menyu...