PROLOG

31K 1.6K 83
                                    

Cerita ini kemarin saya unpublish kemudian satu per satu saya revisi. Ini cerita pertama saya, dan ketika saya membaca kembali. Kok kayaknya banyak sekali kalimat kalimat yang tidak penting. Dan alurnya juga bisa membuat bingung. Demi kenyamanan membaca maka saya mencoba untuk memperbaikinya. Beberapa kali saya coba update tapi sebagian teks hilang. Akhirnya saya coba untuk memulai dengan yang baru. Terima kasih atas votenya selama ini.

***

Di sebuah rumah besar di dekat perkebunan teh

Dajira masih setia menunggui putri majikannya yang baru saja melahirkan. Sambil  terus berusaha menenangkan  sang nona agar berhenti menangis. Sementara bayi baru lahir yang ada dalam gendongannya tertidur pulas. Tanpa pernah menyadari apa yang terjadi.

Ia adalah satu satunya saksi kisah cinta terlarang milik sang putri majikan. Sampai akhirnya sang nona hamil dan diungsikan kemari. Sang nona tidak ingin menggugurkan kandungannya. Karena sangat mencintai kekasihnya. Namun sesuai perjanjian dengan sang majikan. Ia hanya akan bisa melihat bayinya sampai  lahir. Setelah itu ia harus kembali meneruskan kuliahnya.

Kekasih sang putri bukan tidak mau bertanggung jawab. Tapi cinta mereka terlarang. Sehingga tidak memungkinkan bila ia menikahi sang cinta abadinya. Ia hanya tahu kalau kekasihnya hamil kemudian tak ada lagi di rumah besar karena disembunyikan keluarganya.

Tak lama nyonya besar memasuki ruangan. Tanpa menoleh pada bayi yang baru lahir, walau kenyataannya bayi merah itu merupakan cucu kandungnya. Ia menghampiri sang putri dan berkata

"Sekarang anak itu sudah lahir. Saatnya kamu kembali kepada kehidupan nyata, sesuai dengan perjanjian kita. Kembali kuliah dan lupakan masa lalu. Juga laki laki yang tidak bertanggung jawab itu. Mama sudah mengurus semuanya, minggu depan kamu akan kembali ke Jakarta" setelah mengucapkan kalimat itu, sang nyonya besar kembali keluar dari kamar meninggalkan tiga orang yang hanya mampu terdiam.

Sang nona kembali menghapus air matanya yang terus mengalir dan memandang pada bayi itu.

"Jira, bawa sini bayinya, saya mau lihat" ujarnya lemah.

Dajira segera menghampiri tempat tidur dan meletakkan sang bayi di samping ibunya. Sang nona langsung mengecup kening putranya. Mengelus kepalanya dan air mata semakin deras mengalir dipipinya. Tampan  dan berambut ikal  tebal. Seperti rambutnya. Wajah putranya sangat mirip dengan mantan kekasihnya.

Ya, gadis itu seharusnya tahu, bahwa cinta mereka tidak mungkin bersatu. Anak ini adalah kenangan akan cinta mereka. Sekeras apapun mereka pernah mencoba. Tetapi akhirnya takdir yang menentukan. Mereka tidak akan pernah bersatu. Kehamilannya tidak pernah mampu melunakkan hati orang tuanya.

Kembali dipandanginya wajah bayinya. Bayi itu tidak pernah menyusahkan. Ia tidak pernah mengalami morning sickness. Hingga hampir tidak ada yang tahu kalau ia tengah mengandung. Ketika melahirkan pun ia hanya merasa mulas sebentar. Bayi ini sangat memudahkannya.

"Jira"

"Ya non"

"Kamu yang akan merawat dia?"

"Belum tahu lagi non, dulu  nyonya memang bilang begitu"

"Saya kasih nama dia Bima Wisesa, jangan diganti ya Jira"

TAKDIRKU / Terbit di PlayBookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang