-3-

49 3 0
                                    

Kedua sejoli itu sama sama ditempatkan dalam ruang ICU, sama sama berjuang untuk hidup dari alat alat yang menopang kehidupan mereka. Hanya denyut jantung yang membentuk irama teratur dan saling bersahutan menjadi penanda bahwa keduanya masih hidup. 

Alfred duduk di samping Gabriel sahabatnya yang masih belum keluar dari masa kritisnya

"Hai, kau merindukan gadismu kan, ia ada di sampingmu saat ini, kalian ini benar benar sangat kompak ya" katanya sambil menangis. Gabriel adalah sahabatnya sejak kecil, bahkan ia sudah dianggap anak di keluarga Gabriel demikian pula sebaliknya. 

Alex yang melihat kondisi adiknya yang kritis juga tidak bisa berbuat apa apa, ia merasa gagal sebagai kakak. Ia terlambat mengetahui semuanya, ia tidak tau kalau beban yang ditanggung adiknya sangatlah berat. Ia ingin marah kepada ke dua orang tuanya yang membuat semuanya memburuk karena kerap mengatakan kalau Lizzy tidak berguna. Ia hanya bisa meratapi nasib adiknya yang ada di ujung tanduk. Ia sudah mendengar dari Alfred perihal adiknya yang setiap hari mampir ke cafe milik Gabriel hanya untuk menemui laki laki yang kini berbaring di sampingnya. Ia melangkah masuk dan duduk di samping Lizzy nya
"Kau tidak ingin bertemu dengannya, dia sudah ada di sampingmu" kata Alex

Sudah dua hari mereka berdua seperti ini, raut lelah sudah tergambar di wajah Tuan dan Nyonya Oswald. Wanita paruh baya itu menyeka tubuh anaknya yang penuh lebam akibat penyakitnya, sesekali air mata wanita itu menetes melihat penderitaan putra semata wayangnya itu.  Di sisi lain, ibu dari Allen menatap kosong ke arah putrinya yang sudah tertidur selama dua hari. Ia tidak menyangka putrinya menyembunyikan semuanya bahkan ia juga tidak berminat untuk mempertahankan hidupnya. 

Gabriel POV

Aku kembali lagi ke tempat ini, tempat yang indah dan menenangkan. Akun berjalan menyusuri padang bunga dandelion ini berharap menemukan jalan untuk kembali ke sisi keluargaku. Aku masih ingin bertemu dengan ibu dan ayahku, aku ingin meminta maaf karena tidak mampu menjadi anak laki laki yang diandalkan, aku ingin bertemu Alfred dan berterimakasih karena sudah menjadi sahabatku.

'Aku masih ingin bertemu Allen'

'Aku ingin mengatakan kalau aku mencintainya'

'Apakah masih ada kesempatan untukku bertemu dengannya?'

'Apakah aku akan segera berakhir di sini?'

Aku memandang lurus ke depan, padang dandelion ini tampak tidak berujung. Dimanakah jalan keluar yang akan membuatku keluar dari tempat ini. 

Aku melihatnya, Aku melihat gadisku ada di sini! Dia menatapku bingung, sementara aku berlari menghampirinya dan memeluknya.

"Kemana saja kau" Katanya sambil bergetar menahan tangis

"Maafkan aku"Kataku

"Aku menunggumu di cafe tapi kau tak pernah muncul" katanya terisak

"Maafkan aku, maaf karena telah membuatmu menunggu" kataku lagi
Ia tidak menjawab hanya memelukku erat sekali.

"Aku sangat bahagia bisa bertemu denganmu disini, aku pikir aku akan mati begitu saja tanpa bisa bertemu denganmu" katanya

"Kau, ya Tuhan apa yang kau lakukan hingga berada disini. Kau tidak bunuh diri karena terlalu merindukanku kan?"

ia membalasku dengan cubitan kecil di perutku

"Seenaknya, memangnya ini tempat apa?" Tanyanya

"Orang menyebutnya sebagai tempat penantian. Kita belum meninggal tetapi terlalu naif juga kalau aku mengatakan diriku masih hidup. Aku sakit sayang, leukimia. Aku sudah berusaha berjuang selama 3 tahun tetapi percuma, akhirnya untuk 5 bulan terakhir aku memohon untuk melakukan hal yang aku sukai dan bertemu dengan wanita pencuri hatiku yang bernama Allen Elisabeth Steward. Jadi apa yang kau lakukan di sini?"

DominoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang