-4-

47 2 0
                                    

Gabriel POV

Aku membuka mataku pagi ini dan bersyukur pada Nya karena masih diberi kesempatan untuk menikmati satu hari kehidupan. Bagi orang sepertiku, satu hari adalah sebuah anugrah dari Tuhan. Aku hanya berdoa pada Tuhan supaya aku diberi kesempatan untuk bisa bertahan sedikit lebih lama sampai hari pernikahan ku. Aku tau kondisiku semakin memburuk, aku bahkan kelelahan hanya karena keluar sebentar membeli cincin dan gaun pengantin. Pagi ini pun tubuhku terasa sangat lemas. Aku hanya sendirian di kamarku orang tuaku pergi untuk mengurusi persiapan pernikahanku, sementara aku hanya diam berbaring di sini. 

'Apa kabar Gadisku?' batinku merindukannya.

'Lebih baik aku mengunjungi Allen' Pikirku

Aku bangun dari tempat tidurku dan berusaha berdiri tetapi kakiku terlalu lemas hingga membuatku jatuh terduduk, dan sialnya lagi infusku terlepas. Aku terkekeh pelan mentertawakan keadaanku, ini bukan pertama kalinya aku merasakan bagian bagian tubuhku lemas karena rasa sakit yang sudah lama menyerang. Kalau aku ingin sombong aku sudah terbiasa dengan semua ini. 

 Aku"Selamat Pagi, Gabriel!!!" Dokter Arthur yang menanganiku datang dan terkejut melihatku terduduk si lantai

"Pagi Dokter" Kataku sambil tersenyum lemah padanya.

"Kau mau kemana hm?" Tanyanya

"Aku ingin bertemu Allen, tapi kakiku terasa lemas sekali" Kataku

Ia membantuku duduk di ranjangku dan measang kembali infusku.

"Kau itu selalu seenaknya sendiri, setelah aku memeriksamu kau boleh menemui kekasihmu.  Tadi Dokter Erick mengatakan kalau kekasihmu sedang demam, kau sendiri jangan sampai anval lagi, nanti siapa yang akan berdiri di alter mendampingi kekasihmu" Candanya

"Hahaha, Dokter bisa saja. Sejak Allen menerima lamaranku aku merasa lebih baik ko, walaupun tubuhku sudah menunjukkan tanda tanda menyerah, tapi hatiku tidak, terimakasih sudah merawatku tiga tahun ini dokter" Kataku

"Maafkan aku tidak bisa memberikan kesembuhan untukmu"

"Kita tidak pernah tau apa yang Tuhan rencanakan, memiliki orang tua yang luar biasa, dan juga teman teman yang sangat baik, ditambah bertemu dengan Allen adalah hal terindah dalam hidupku. Walaupun hidupku bisa di bilang singkat, tapi setidaknya aku bahagia" kataku

"Mari kita periksa kondisi tubuhmu saat ini, berbaringlah sejenak" katanya

Seperti yang dijanjikan Dokter Arthur membantuku untuk mengunjungi Allen, ia mengantarku sampai masuk ke ruangannya. Allen masih tidur, kali ini masker untuk membantu pernafasannya. Aku tau pasti sangat menyakitkan baginya, aku menyapa Alex dan mendekati tubuh ringkih itu kemudian menggenggam tangan Allen, gadisku.

"Hai, Apa kau kesakitan. Jangan khawatir aku di sini, semua orang yang kau sayangi akan menemanimu" Kataku. 

"Dia hanya istirahat Gabriel" kata Alex

"Aku tau rasanya pasti sangat sakit, aku harap dia bisa melaluinya" kataku

"Aku takut dia pergi" Kata Alex

"Semalam dia mengatakan keinginannya supaya aku merelakannya untuk pergi, bagaimana mungkin aku bisa merelakannya? Dia adikku satu satunya dan belum menggapai kebahagiaannya. Setidaknya aku ingin melihatnya bahagia dengan menikah denganmu" katanya lagi dengan mata berkaca kaca

"Apa kau tidak bisa untuk melepasnya?" tanyaku

"Seandainya kau di posisiku apa yang kau rasakan"

"Aku tau, tapi terkadang buat orang orang dalam posisiku dan Allen, kematian adalah jalan terbaik. Ketika kami sudah tidak memiliki harapan hidup lagi dan menjadi beban untuk orang orang disekitar kami, apa lagi rasa sakit yang tidak terbendung setiap harinya. Aku tau ini bodoh, aku tau kalau ragaku sudah sangat ingin menyerah terhadap takdir aku rasa Allen juga merasakan hal yang sama. Tapi satu hal, sebelum aku pergi aku ingin melihat orang orang disekitarku bahagia, bukannya larut dengan kesedihan berkepanjangan menangisi jasadku. Itu alasanku untuk membuka cafe, memberikan kebahagiaan pada orang lain selagi tubuhku masih mampu" kataku tenang 

DominoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang