Chapter 2

21 1 0
                                    


























"Woi cewek yang lagi ngumpet dibelakang temennya." Teriak seorang pria dengan suara berat, ditambah lagi suaranya terdengar seperti banteng yang sedang marah.

Sarah menghadap ke arah pria itu, tapi dia malah menemukan wajah Rachel yang tidak ikut berbalik. "Aw! Lo kenapa si Chel?"

Rachel terdengar sedang berbisik kepada sahabatnya itu. "Rok gue masih basah anjir, malu." Rachel melesat pergi ke kelas, tapi orang itu kembali memanggil nama Rachel yang membuat ia geram.

"Apaan sih?!" Dia cukup kaget, karena ada empat orang pria yang tidak lain adalah Dava, Arkan, Gio dan Nico. Wajah mereka biasa saja, tapi tidak dengan Dava. Wajahnya terlihat merah seperti udang rebus, membuat Rachel bingung setengah mati.

"Sar, ambilin sweather Keysha, cepet." Rachel berbisik kepada Sarah, dan ia langsung masuk ke dalam kelas lalu membawakan sweater hitam milik Keysha. Reflek, Keysha dan Anna bertanya mengapa Sarah terlihat buru-buru. "Itu, nanti deh gue ceritaiin! Ini si Rachel bawel banget." Sarah pergi meninggalkan mereka berdua, tapi karena penasaran Keysha dan Anna mengikuti Sarah.

"Lo." Dava maju ke arah Rachel, diikuti Nico dan Gio. "Lo, berani banget ya nyebar berita tentang gue sama Kayla? Emangnya lo siapa?" Dava menunjuk ke arah Rachel, yang membuat ia terkekeh sendiri.

Belum sempat ia jawab, Sarah membawakan sweater hitam, lalu Rachel ikatkan di pinggangnya.

"Dav, gue gak pernah nyebar berita palsu, gue selalu nyebar berita asli. Kalo lo emang gak ada hubungan sama Kayla, lo gabakal nyamperin gue kayak gini." Mereka berempat terkejut mendengar jawaban Rachel, catat, ber-empat. Itu termasuk Arkan yang dari tadi hanya bersender di tembok memperhatikan mereka.

"Kenapa kok diem?"

Rachel memang ahli dalam hal berdebat, atau mungkin adu mulut.

"Pinter juga ya lo jawab." Di sebelahnya ada Sarah yang menggoyangkan lengan tangannya juga membisikan untuk berhenti, tapi Rachel tidak merespon.

"Oh- sekarang ganti topik nih?"

Dava membuang pandangannya ke arah lain, lalu menatap Rachel tajam, sangat tajam. "Kalo lo berani nyebarin berita tentang gue sama Kayla. Lo ber-empat abis." Dava menatap ke arah Keysha dan Anna yang berdiri di belakang Rachel.

Mereka bertiga pergi dan menyisakan Arkan yang terus menatapnya. Ia maju ke arah Rachel dan berkata sesuatu. "Lain kali, lo mesti bawa rok dua." Ia melesat pergi mengikuti Dava, Gio dan Nico menuju ke lapangan basket.

"EH!" Rachel meneriaki Arkan, tapi tentu saja, Arkan tidak akan merespon.

"Lo kenapa si Chel?" Tanya Anna kebingungan, begitu juga Keysha.

"Lo udah tau kan? Ya gitu deh. Cowo lagi pms emang lebih serem, hih." Rachel pergi meninggalkan mereka, membuat ketiga sahabatnya menggeleng pasrah.

***

"Gila ya tu cewek. Berani banget natap gue kaya gitu, seumur-umur, cewek yang ketemu sama gue, pasti selalu takut atauga malu." Ujar Dava sambil memaikan bola basket.

"Ke-geeran banget lo Dav." Mendengar jawaban itu, Dava menatap jengkel ke arah Arkan, oleh karena itu, Arkan dapat merebut bola basket dan tepat memasukannya ke ring.

"Yes!"

"Ah sial, bokek gue traktir lo makan mulu, Kan." Arkan terkekeh dan mengampiri kedua temannnya yang sedang asyik dengan ponsel masing-masing. Ia mengambil air minum yang tadi ia beli, lalu meneguknya hingga menyisakan setengah. "Haus Kan?"

"Gak. Laper." Arkan melirik ke arah Dava, mengkodenya agar segera meneraktir makan siang.

"Kuy." Ajak Dava yang sudah melesat pergi diikuti Arkan.

"Mau kemana?"

"Ke jonggol!" Jawab Dava asal, yang membuat Gio dan Nico berdecak kesal.

   Mereka sampai di salah satu restoran cepat saji tepat pukul dua siang. Mereka membolos belajar Bahasa Indonesia karena menurut Nico 'yaelah ngapain belajar Bahasa. Kita kan anak lokal.' Dan Gio mengangguk setuju.

"Gue traktir."

"YOI KAN." Gio dan Nico bersorak gembira. Rezeki mah gaboleh di tolak.

"Lo mau pesen apa?"

"Kaya biasa."

"Gue nanya Gio sama Nico. Kalo lo mah gue udah hafal jir." Bagaimana Dava tidak hafal, Dava selalu kalah taruhan dan akibatnya, ia harus meneraktir Arkan dan juga teman-temannya.

Dava pergi untuk memesan makanan, Nico asyik dengan game nya, dan tentu saja, Gio sibuk nge-stalk Instagram adik kelasnya.

"Eh anjir. Cantik banget cuy." Gio menyodorkan ponselnya yang memperlihatkan foto-foto di Instagram milik adik kelas sekolah mereka.

"Eh iya. Siapa tuh?" Tanya Nico antusias.

"Nabi Muhammad mengajarkan kita untuk membaca. Iqra maka bacalah." Jawab Gio sambil melirik ke arah Nico. "Gue juga udah tau kalo itu."

"Eh Kan." Nico melirik ke Arkan yang sibuk memilah-milih lagu, lagu yang cocok untuk moodnya saat ini.

"Kan!"

"Apaan sih?"

"Gue manggil dari tadi di kacangin."

"Kenapa?" Arkan melepas earphone yang terpasang di telinganya.

"Lo sama sekali gak ada niatan pacaran gitu? Maksud gue, ya lo udah jomblo berapa abad. Masa iya mau sampe kakek-kakek?"

"Gak."

"Dih."

"Lo masih gamon dari Clara ya?" Celoteh Gio membuat Nico harus menginjak kakinya. "Aw!" Belum sempat Arkan menjawab, Dava datang dengan senampan makanan juga minuman bersoda yang ia pesan tadi.

"Lama banget dih."

"Brisik banget. Udah untung lo gue traktir."

Mereka mengambil jatah masing-masing, tapi tidak dengan Arkan, dia tidak terlihat seantusias tadi, bahkan dia hanya menatap kosong kearah cheese burgernya.

"Nih Kan." Dava memberikan cheese burger yang bisa dibilang adalah favorit Arkan dan juga minuman bersoda.

"Kan?" Arkan tersadar saat Dava memanggil namanya.

"Gue duluan. Ada urusan. Thanks Dav." Arkan pergi dengan sejuta rasa penasaran ketiga temannya itu. Ia merogoh kunci motor di saku celananya dan langsung menaiki motor hitam kesayangannya itu.















Apa gue masih gamon dari
Clara?

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 23, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Sosial Media.Where stories live. Discover now