Chapter 3

30 7 0
                                    

Sepi menyelimuti ruangan dimana seorang gadis yang sedang duduk sambil menatap keluar jendela. Melihat bintang bintang di langit. "Andaikan aku seperti bintang bintang gak kesepian selalu bersama dengan keluarganya" gumamnya lirih.

Perlahan cairan bening menggenang disudut matanya. "Tidak... Jangan menangis! Gak ada gunanya nangis. Ga akan ngerubah apa apa" katanya menyemangati dirinya sambil menyeka air mata yang hampir jatuh dengan ujung jarinya.

Tok... Tok... Tok...

Suara pintu mengalihkan perhatiannya. Dia sudah tau siapa itu. Itu pasti kakak'nya. Karna hanya ada kakak'nya dan bi Wati di rumah ini. "Iya... Ka..." sahutnya dari dalam. Nia, perlahan mulai merubah emosinya. Ia gak mau dirinya terlihat lemah di depan orang lain, meski itu adalah kakak'nya sendiri.

Pintu terbuka perlahan dan menampakan seorang pria yang berusia kurang dari duapuluh lima tahun. Wajahnya gak jauh beda dengan Nia, hanya saja dia gak pakai kacamata.

"Dek... Belum tidur? Besok sekolah kan?" tanyanya.

Tania pov

Memang. Memang aku sekolah besok dan seharusnya yang berkata begitu ibu, tapi ibu udah pergi jauh sekarang. Jauh sekali.

"Iya ka. Tapi... Belum ngantuk" jawabku kemudian.

Setelah ayah dan ibu pergi, kakak memang menaruh perhatian yang lebih padaku. Mungkin menyadari kalau aku sekarang adalah tanggung jawabnya. Tapi bukan berarti sebelumnya kaka gak peduli sama aku!

Beruntung juga orang tua kami meninggalkan warisan yang lumayan banyak. Warisan itu berupa rumah ini dan restoran coklat yang punya cabang di dalam dan luar kota. Setelah lulus kuliah kakak langsung mengambil alih semuanya. Di bantu oleh tante ku yang sekarang menjadi guruku juga.

"Dek, kakak mau keluar kota besok. Ada masalah sama restoran yang disana" kata kak Ari.

Dan aku sudah biasa ditinggal sendiri di rumah, walau gak benar benar sendiri. Karna masih ada bi wati, asisten rumah tangga yang udah lama banget kerja di sini.

"Terus?" tanyaku singkat. Karna aku gak tau lagi mesti ngomong apa.

"Kakak pulang minggu depan, kalau masalahnya ringan tiga hari juga udah selesai kok" jawab kakak dengan senyum tulusnya. Aku hanya balas tersenyum lalu menunduk menatap lantai.

"Gak apa ada kan, dek? Kamu mau oleh oleh apa dari sana?" tanya kakak.

Dia akan tau raksiku akan seperti ini, makanya kakak mengalihkannya dengan menawarkan oleh oleh. Dan kalau dulu aku akan mengatakan apa yang aku inginkan seperti jam tangan, tas, sepatu, gelang gelang dan yang lainnya, sekarang engga. Entah kenapa, aku sedang tidak menginginkan sesuatu.

"Gak apa apa kak, udah biasa kok. Kan ada bi wati, aku juga ga mau apa apa. Cuma pengen kakak pulang cepet aja" jawabku dengan senyuman di supaya kakak gak khawatir.

Kakak tertawa kecil dan mengulurkan tangannya mengelus ujung kepalaku lembut "Iya. Iya. Nanti juga kakak bakal minta kak Taea untuk liat kamu kok, dek..." kak Taea itu pacarnya kak Ari.

"...ya udah sana tidur, gih... Biar besok gak telat" sambung ka Ari.

"Kakak besok pergi jam berapa?" tanya ku penasaran.

"Jam sebelas siang..." jawab kak Ari yang hanya di balas anggukan oleh ku.

"...ya udah, kakak ke kamar dulu, ya? Kamu jangan kemaleman tidurnya!" sambungnya lagi. Aku hanya mengangguk saja dan kakak pergi membuka pintu, menatapku sebentar lalu keluar dan suara pintu tertutup pun terdengar. Meninggalkan aku kembali pada keheningan malam ini.

Ari pov

Aku berdiri bersandar pada pintu kamar Nia. Bagaiman bisa adikku itu terlihat biasa saja padahal aku tau hatinya sangat kesepian. Ditambah lagi aku yang sering keluar kota untuk mengurus restoran ayah. Apa kalian tau kenapa dia pindah sekolah?

Sejak ayah dan ibu pergi meninggalkan kami, dia sering sekali murung dan sangat sensitif. Aku tau itu dari teman dan guru.

Flashback on

Sebulan yang lalu ayah dan ibu meninggal. Mereka meninggal karna kecelakan. Waktu itu ayah ingin mengunjungi nenek kami dari ibu yang sedang sakit di luar kota. Tapi tanpa di sangka di tengah perjalanan, mobil yang di kendarai ayah dan ibu di tabrak oleh truk yang sedang melaju kencang di belakang mereka. Hingga mobil ayah terbalik dan menghancurkan mobil mereka. Ayah dan ibu meninggal saat itu juga. 

Lalu dua minggu setelahnya, Rion kekasih Nia yang seharusnya memberi semangat dan selalu ada di sampingnya, malah pergi meninggalkan Nia. Dan Rion memutuskan Nia karna teman dekat Nia yang bernama Lulu. Lulu menghianati Nia dengan menyukai Rion.

Sejak Nia pacaran dengan Rion, Ari sudah gak suka. Entah kenapa, hatinya mengatakan kalau Nia akan tersakiti nantinya. Dan itu benar terjadi. Bahkan disaat Nia sedang terpuruk

Putusnya Nia dengan Rion itu memperburuk keadaan Nia. Ia jadi gak mau sekolah, makan hanya sekali sehari. Itupun cuma beberapa suap dan kalau gak di paksa dia gak akan makan. Setiap hari mengurung diri dikamar. Dan selama ini terjadi dia gak menangis. Nia hanya menangis saat orang tua nya meninggal dan saat di putusin Rion. Setelah itu aku gak pernah lagi mendengar suara tangisan. Adikku memang hebat. Dan aku tau itu.

Selang beberapa minggu dia mengajakku berbicara. Nia bilang "Kakak... Aku ingin pindah sekolah, aku ingin sekolah lagi tapi di sekolah yang baru"

Sejenak aku terkejut dengan ucapannya, namun  aku segera tersenyum. Adikku sekarang sudah kembali(:

Aku meng'iya'kannya dengan segera dan senyum pun terlukis di wajahnya. Akhirnya aku bisa lihat senyum adikku lagi.

Apapun yang dia minta akan aku turuti asalkan dia bahagia. Dan jika dia bahagia aku pun akan ikut bahgia.

Flashback off

Tuhan... Aku ingin Nia, adikku seperti dulu lagi. Seorang gadis manis yang ceria, selalu tersenyum dan terus bahagia.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Makasih udah baca😊😘. Maaf typo😥

Sweet GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang