Chapter 2

43 8 2
                                    

Tania pov

"Aku akan menjadi tamanmu, dan kau tidak boleh menolak!"

Aku menoleh ke arahnya dengan sebelah alis terangkat. Bingung. itulah yang kurasakan sekarang.

Kenapa dia? Apa dia sudah tidak waras?

Itu juga yang ada di pikiranku saat dia mengucapkan pernyataan sepihak itu. Lagi pula siapa dia? Seenaknya saja!

"Tidak, tidak perlu repot-repot. Lagi pula siapa kamu?"

"Aku? Kamu bertanya tentang aku? Aku adalah lelaki yang paling populer di sekolah ini. Semua orang mengenalku tanpa kecuali..." aku pusing, aku jadi gak konsentrasi mengikuti pelajaran. Pria ini benar benar, dia terus saja berbicara seperti orang gila, padahal aku tidak berniat mendengarkan kisahnya.

"...dan namaku adalah Henry Gunawan, panggil saja aku..."

"Diam!" potong ku kesal

Aku mengangkat tanganku "permisi, bu..." hanya kata itu yang ku ucapkan tapi semua pandangan sekarang tertuju padaku. Apakah aku tontonan?

Guru itu menoleh dan memasang wajah bertanya. Aku berdiri dan kembali melanjutkan kata kataku yang tertunda "...apa saya boleh ke toilet?"

"Ya... Silahkan, apa kamu perlu seseorang untuk menemani?" aku tau dia berkata begitu karna aku murid baru. Tapi... Teman katanya?

"Seseorang? Menemani? Kurasa tidak, akan saya cari sendiri," jawabku jujur.

"Kalau begitu, baiklah" guru itu mengijinkan.

Sebenarnya aku bukan ingin pergi ke toilet. Apa kalian tau aku mau kemana?

Aku mau ke atap, menenangkan pikiranku. Atap juga kurasa tempat yang tempat untuk... Bersembunyi kurasa. Entahlah, yang jelas aku tidak suka keramaian.

Kring... Kring... Kring...

Belum sampai aku ke atap, bel istirahat sudah berbunyi. Bagus, setidaknya aku bisa lebih lama di sini tanpa ada yang mencari.

Di ruang kelas, Henry pov

Hah? Kenapa dia? Apa aku salah mengatakan sesuatu? Kurasa aku salah beranggapan bahwa dia gadis yang menarik.

Kring... Kring... Kring...

Semua orang bersorak ria karna bel istirahat berbunyi. Begitu juga aku. Sebenernya aku malas pergi ke kantin mengingat ramainya kantin pada jam seperti ini. Jadi tinggallah aku sendi di sini. Aku yang berencana untuk tidur merasa di panggil oleh seseorang

"Henry" Ohh ternyata guru itu.

"Iya, ada yang bisa saya bantu?" jawab ku malas, tapi berusaha sesopan mungkin.

"Kemari" dia menyuruhku ke meja guru di depan. Padahal posisi duduk ku sekarang sangat nyaman. Dengan malas aku pergi juga akhirnya.

"Iya?" tanya ku lagi.

"Tolong temani Nia keliling sekolah ini, ya?" katanya. Yang membuatku terkejut adalah kenapa harus aku?

"Tapi... Kenapa saya?" tanya ku penasaran.

"Karna kamu sudah mulai dekat dengannya, tadi saya lihat kamu sempat berbicara padanya kan? Lagi pula melihat sikap temannya tadi dia akan ada sedikit masalah, jadi bisa kau jaga dia?"

Apa? Terlihat dekat? Dekat apanya? Lalu apa katanya tadi? Menjaga gadis itu? Kenapa guru ini perhatian sekali pada gadis itu sih? Ah... Mungkin karna takut terjadi kekerasan saja.

"Henry? Apa kamu mendengarkan saya?" tanyanya menyudahi lamunanku.

"Ah... I-iya bu, saya usahakan." jawabku gak yakin.

"Ya sudah kalau begitu, saya pergi dulu" aku hanya mengangguk dan tersenyum padanya.

Sekarang, aku perlu menenangkan pikiran. Di kelas ini terlalu bising. Sepertinya... atap pilihan yang tepat.

Dan aku segera pergi ke atap. Di sepanjang koridor banyak sekali gadis yang menyapaku. Sudah kubilang pada Nia tadi kan kalau aku ini terkenal, tapi dia sepertinya gak percaya, ya sudahlah. Aku balas menyapa mereka dengan senyuman. Lihat baru di beri semyum aja udah kaya gitu senengnya. Apalagi aku peluk ya? Ahh sudahlah.

Ku buka pintu atap dan pandanganku tertuju pada yang sedang membelakangiku itu. Itu... Nia. Kebetulan sekali.

"Kebetulan sekali, kau ada di sini ya?"

Tania pov

Kebetulan sekali, kau ada di sini ya?"

Aku menoleh saat pertanyaan itu 'aku rasa' di tujukan padaku.

Dia? Kenpa dia di sini? Apa sekolah ini begitu kecilnya, sampai gak ada tempat lain yang bisa dia tuju selain atap ini?

Aku tak mempedulikannya, dan mengambil headset dari saku jas sekolahku, memakainya, dan memejamkan mata mencoba menikmati lagu kesukaanku.

Henry pov

"Anjir... Seorang henry di cuekin. Apa kata dunia?"

Aku melangkah mendekat kearahnya. Karna dia ada di sini, tadinya mau ku ajak berkeliling seperti janjiku. Tapi melihat sikapnya, aku jadi berubah pikiran.

Sekarang aku tepat di depannya. Aku mengamati gadis yang berada tepat di hadapanku. Gadis itu memiliki wajah oval yang mungil. Rambutnya berwarna pirang dengan tekstur ikal yang panjang sebahu, sangat pas dengan warna kulitnya yang putih. Walau matanya terpejam tapi tetap terlihat kalau matanya bulat besar dan bibirnya yang tipis melengkapi semuanya. Seperti wajahnya, tubuhnya pun mungil dan tergolong kurus.

Manis gumamku kemudian.

Normal pov

Saat henry sedang meperhatikan wajah Nia. Gadis itu membuka matanya. Terkejut, dia mundur kebelakang, saat langkahnya yang kedua tiba tiba kakinya terantuk batu dan...

Hap!

Dengan sigap, henry yang ada di depan Nia, menarik pinggangnya, berniat menolong supaya Nia gak sampe jatuh ke tanah. Nia sedikit terkejut, namun tetap diam saja sambil menatap tanpa ekspresi pada henry.

Henry menjauhkan tangannya saat Nia sudah berdiri seperti semula. "Sepertinya kamu gak pernah perhatikan langkahmu, ya?" tanya henry merasa kesal.

Nia hanya mengangkat sebelah alisnya, seakan berkata 'kenapa dia? Aku yang jatuh, terus kenapa harus dia yang repot?'

Menyadari raut wajah Nia yang berubah dia segera mengalihkan pembicaraan. "Ahh... Sudahlah lupakan saja, aku pergi dulu"

Nia hanya memandang kesal pada henry yang sudah berjalan menjauhinya.
Kenapa sih dia? Tanya nya dalam hati.

Dan henry? Dia bukannya menenangkan pikiran, malah tambah pusing ketika bertemu dengan gadis yang katanya manis itu. Tunggu dulu... Apa katanya tadi? Manis?
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Makasih udah baca😊😘. Maaf typo😥

Sweet GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang