Capter 6: My Nenek lampir

74 11 7
                                    


        Siang ini langit tidak secerah pagi tadi. Awan awan gelap terlihat menggantung diatas sana. Bertanda tak lama lagi langit akan mencurahkan semua isinya.

      Krisna menghembuskan nafasnya panjang. "Yah mendung kan. Lo sih kelamaan ngambek nya." Krisna menatap kearah luar.

       Keduanya memang masih berada di dalam toko, menunggu pesanan ice kream mereka yang tak kunjung datang.

      "Kok gue?! Sumpah nyesel gue ketemu sama lo hari ini. Bikin mood gue ancur aja elah." Putri melipat tangannya didada.

      Krisna berdeham, lalu membenarkan posisi duduknya. "Ekhem. Yakin nyesel?" Krisna bertingkah laku sok cool.

       Putri membulatkan matanya sebal. Dan menatap laki laki yang ada di hadapannya dengan tatapan seakan akan ingin menerkamnya. Sungguh sangat menyebalkan lelaki yang berada di hadapannya kini.

      "Awas copot matanya."

      "Bodo."

Doarr!!

      Suara petir mulai bersaut sautan. Awan pun sudah mulai menghitam, mungkin sebentar lagi langit akan mencurahkan seluruh isinya dengan derasnya. Membuat suasana semakin dingin, orang orang yang berada di dalam cafe pun satu persatu mulai pergi sebelum hujan turun. Karena suara itu cukup membuat putri bergidik ngeri. Maka ia langsung memindahkan tempat duduknya tepat di sisi kanan krisna.

      Dan membuat krisna menatap aneh tingkah putri. "Pfftt. Ngapain?" Krisna menahan tawanya.

      "Serem banget petirnya." Putri menyembunyikan dirinya di balik punggung krisna. Karena memang tempat duduk mereka tepat di depan dinding kaca.

      "Sereman juga lo kalau lagi ngambek."

      Tak tanggung tanggung Putri memukul punggung krisna yang kini berada tepat di hadapan wajahnya. "Sekali lagi lo ngomong kek gitu. Mati lo!" Putri sedikit berbisik tepat di belakang telinga krisna. Kemudian kembali menaruh wajah nya di balik punggung krisna.

      Putri menggigit bawah bibirnya dan menutup matanya rapat rapat saat suara petir kembali bersaut sautan. Karna sebenarnya Putri adalah seorang perempuan yang sangat amat penakut.

      Krisna terkekeh pelan. "Baru tau Nenek lampir takut sama petir."

      Nenek lampir.

       Disaat seperti ini masih sempat sempatnya krisna mengejeknya. Dan membuat putri tambah jengkel terhadap sikap temannya ini. Kini putri langsung mencubit lengan berjaket krisna. Mencubitnya tanpa tanggung tanggung. Tetapi entah kenapa ada rasa senang di hati putri saat krisna menyebutnya dengan sebutan Nenek lampir. Karna saat itu krisna menyebut seseorang yang ia suka dengan sebutan itu.

      "Aw." Krisna menjerit pelan saat putri mencubit lengannya.

      "Kerjaan lo selain menghina ga ada lagi apa!"

      Krisna memutar balikkan badannya. Dan kini mereka berhadapan, "Menurut lo?" Krisna menaikkan kedua alisnya sebanyak 2 kali.

      "Ish! Muji kek kali kali. Menghi__" Perkataan Putri terpotong.

      "Lo cantik."

Krisna menatap lekat lekat mata putri dan terlihat sangat serius saat ini.

      Putri seperti kehilangan udara yang seharusnya ia hirup. Kedua pipinya kembali merona dan jantungnya berdegup sangat kencang.

      Suara rintikan hujan terdengar sangat damai diluar. Dan keduanya masih terpaku, seperti terhipnotis satu sama lain.

Dreaming Out LoudTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang