Capter 10: The occupants

47 10 20
                                    


Disinilah Putri sekarang.

Di tengah lapangan luas. Menghadap ke tiang bendera dengan sikap hormatnya.

Beruntung cuaca sedang mendung.

Perkiraan Putri salah, baru saja ia ingin sujud syukur karna ia berhasil lolos dari guru Piket yang mayoritas killer. Tapi sialnya, guru killer itu malah sedang berada di dalam kelasnya. Ya kalau di ibaratkan, Putri bagaikan memasuki kandang harimau.

Sial nya Putri hari ini. Terlebih ini adalah hari pertamanya setelah libur 2 minggu kemarin. Dan ini adalah kali pertamanya ia mendapat hukuman.

Langit semakin menghitam, suara gemuruh sudah terdengar bersusulan, awan hitam pun sudah menutupi matahari yang baru saja naik. Mengiringi isak an Putri yang sesekali terdengar. Ya perasaan Putri memang sangat campur aduk sekarang. Marah. Kesal. Malu. Takut. Dan lainnya sekarang tercampur menjadi satu dan akhirnya meledak juga.

Seakan akan hati Putri dan Langit sudah sangat klop.

Dan akhirnya langit menumpahkan seluruh isi nya. Membasahi Putri di bawahnya__ Tunggu! Putri tidak basah. Kok bisa?

Ternyata seseorang datang dengan jaketnya yang ia lebarkan untuk menutupi kepala wanita yang sedang mendapat hukuman. "Hah." Putri terkejut.

"NGAPAIN MASIH DISINI. AYO NEDUH!" Ternyata seseorang itu Krisna. Suara deraian hujan yang cukup keras membuat Krisna harus lebih mengeraskan suaranya.

Krisna dan Putri berlari ke arah koridor, untuk meneduh. "Lo mikir ga sih?! Kalau hujan itu neduh! Bukannya diem aja!" Entahlah,maksud Krisna itu menasihati atau membentak. Yang jelas suaranya membuat Putri tersentak.

Putri segera menghapus dengan cepat air matanya yang masih tergenang di matanya. "Lo mikir ga sih?! Karna lo gue di hukum?! Gue nungguin lo sampe lumutan! Dan ternyata lo udah disekolah?! Punya otak ga?"

Krisna bergeming. Ya, memang itu salahnya.

"Dan satu lagi. Lo mikir ga?" Putri mendekatkan posisi dirinya ke arah Krisna.

Jangan tanyakan keadaan jantung Krisna sekarang. Plis.

Putri mengusap pelan dahi hingga pelipis Krisna yang basah karna air hujan. Lalu melanjutkan ucapannya tadi, "Lo basah, Baju lo basah. Lo ga mikir?" Ucapan Putri hampir seperti bisikan. Pelan dan lembut sekali.

Dari dekat, terlihat sekali betapa cantik nya seorang Putri. Matanya yang minimalis nan indah, bulu matanya yang lentik yang semakin mempertajam tatapan matanya, bibir nya yang tipis, kulit wajahnya yang bersih. Sempurna.

Namun, Krisna melihat pipi Putri yang masih basah akibat air mata nya tadi. Kemudian Krisna mengusap perlahan pipi Putri. Dan mengangkat kedua ujung bibirnya hingga membentuk lengkungan yang indah.

"Maaf." Hanya satu kata yang Krisna lontarkan. Namun sudah dapat menggantikan api di hati Putri dengan kelopak bunga yang indah.

Putri mati matian untuk menahan senyum nya. "Gampang ya jadi Krisna." Putri menonjok pelan lengan Krisna.

Krisna terkekeh. Dan dengan gampang nya ia terkekeh? -_-

"Tadi Nila kerumah gue, katanya dia mau nebeng.."

Seketika ekspresi Putri berubah 180°

".. Ayah nya sakit. Gue ga tega."

Putri membentuk mulutnya dengan bentuk huruf O namun tidak bersuara. Dan mengalihkan pandangannya dengan malas. Sebenarnya ia tak tahu harus bersikap apa, karna Nila adalah sahabat nya.

Dreaming Out LoudTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang