Re-F-Rain

2.2K 90 10
                                    

Judul : Re-F-Rain
Genre : Romance
Oleh : Talinaa_

Hujan. Dan perasaan itu datang lagi. Kilasan samar dan perasaan sakit tiba tiba menjalar di dada tanpa tahu malu. Aku sangat membencinya. Mendengarkan irama gemericiknya saja sudah membuatku muak. Apa yang sebenarnya orang-orang lihat dari tetesan air tidak berguna itu?

Karena dapat membawa kita mengenang masa lalu? Karena bisa menyamarkan air mata? Atau karena semua orang itu memang bodoh? Yang jelas aku benci hujan. Dia yang merenggut segalanya dariku. Cinta, kasih sayang, dan segala perhatian yang seharusnya sekarang masih bisa kurasakan telah hilang tak berbekas. Dan itu hanya karena hujan.

"Rain ...." Dan juga nama itu, aku tidak suka.

"Rain ...." Bisakah seseorang menyumpal mulutnya?

"Rain ...." Sudah kubilang aku membencinya.

"Rain, aku memanggilmu 3 kali." Sentuhan hangat yang berada di pundak kananku terasa menjengkelkan.

"Jangan panggil aku Rain," desisku tajam penuh perhitungan. Kemudian sosok tegap menjulang tinggi berdiri di depanku, membuat pandangan mataku teralihkan dari rintikan air di luar sana.

Mata itu, mata biru yang juga sangat tidak kusukai, yang penuh belas kasihan. "Ayo masuk, kau bisa kedinginan."

"Jangan ganggu aku." Terdengar decakan samar yang keluar dari bibirnya, tapi kemudian dia menunduk dan tiba tiba saja mengangkat tubuhku. Menumpukan kaki dan belakang leherku di kedua tangannya.

"Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku sialan."

"Sepertinya kata-katamu harus diperbaiki." Aku tidak peduli, bahkan jika kata-kataku memang menusuk, itu memang pantas untuknya. Kejam sekali bukan?

Aku memang terlalu sombong, lagipula apa yang bisa aku lakukan? Kakiku tidak bisa berjalan, hanya kursi roda penunjang untuk bergerak kesana kemari. Jika benar pria ini melepaskan gendongannya, pasti aku akan jatuh tersungkur ke tanah dengan sangat menyedihkan.

Tanpa memedulikan semua sumpah serapah yang sangat kasar dari mulutku, dia mulai berjalan kemudian meletakkan tubuhku dengan pelan di kasur single berwarna putih pucat.

"Jangan kembali ke dalam hidupku. Berhenti saja. Jangan perhatikan aku." Aku mengucapkannya lagi, serentetan kata yang dari dulu terus terucap dari bibirku hanya untuk cowok itu.

"Tapi aku ingin selalu ada di sisimu Rain." Kemudian dia keluar, menghilang dari balik pintu.

Dia, Renaldi Ariwiwaha atau yang lebih sering dipanggil Re. Cowok berambut hitam legam yang usianya dua tahun di atasku. Perpaduan antara barat dan timur terlihat sangat mencolok dalam darahnya. Mata terang yang berkebalikan dengan rambut gelapnya merupakan komponen utama yang membuat banyak perempuan bersorak ria jika mendapat sekali saja perhatian darinya.

Aku juga seperti semua perempuan itu, dulu.

Aku juga sangat mengaguminya, dulu.

Aku juga ingin mendapat perhatiannya, dulu.

Dulu, sebelum aku kehilangan kedua kakiku dan alasanku tetap ingin memperjuangkannya. Tanganku perlahan mengambil cermin di bawah bantal. Aku tidak pernah bisa melihat wajahku, lebih tepatnya ketakutan. Rasa jijik dan malu merasuk menjadi satu, membuat mataku sangat sulit untuk tetap mempertahankan pandangan ke arah wajahku.

Aku, Rainy Farinka. Gadis malang yang mempunyai luka bakar di sebagian besar permukaan wajahnya. Dahi kanan, pipi kanan kemudian menjalar ke dagu, dan leher. Kulit putih pucat yang mengelupas sangat tidak cocok dengan wajah bagian kiriku yang masih tetap berwarna kecoklatan.

Goresan PenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang