4

28 2 0
                                    

Setelah kejadian kemaren adel tidak abis pikir dengan Daniel, kenapa dia begitu tega dengan sahabatnya. Adel tahu sepertinya Ferin sudah cinta sekali dengan Daniel. Tetapi Adel juga tidak menuduh Daniel siapa tau cewe itu sahabatnya atau saudaranya?

Sebenarnya hati Adel juga sakit mendengarnya sama halnya dengan Ferin tetapi dia tau diri untuk itu kalau adel ikut sedih siapa yang akan menghiburnya sahabatnya itu?

Hari ini Ferin tidak masuk sekolah, sahabatnya butuh menenangkan diri katanya. Terlalu sakit hati tidak membuatnya tidak mampu untuk melihat Daniel di sekolah. Dan Adel bete tidak ada Ferin di sampingnya karena adanya Ferin yang tipikal orangnya yang ceria membuat adel merasa senang.

Di kelas tanpa adanya ferin dia merasa sendiri, dia tidak terlalu dekat dengan teman-temannya. Padahal temannya tidak masalah kalau seandainya Adel bergabung bersama mereka. Adel tidak mau kejadian dulu terulang. Tidak lagi. Tidak akan.

Untuk saat ini cukup hanya Ferin yang menjadi temannya, sahabatnya.

Adel sedang mengerjakan tugas matematika dengan seriusnya seorang memanggilnya ternyata teman belakang bangkunya. Siapa lagi kalau bukan Dimas.

"Heyyy" panggil dimas sambil berbisik

"Kenapa sih" Adel menjawabnya pelan tapi ketus. Tidak tau kenapa Adel kesal selalu dengan seorang cowo bernama Dimas dari awal dia masuk ke kelas ini sampe sekarang.
 
"Temen lo ga masuk? Kenapa?" Tanya dimas kepo

"Kepo amat sih lo nanya2" jawab Adel ketus

" ya kan gue cuma nanya" ucap Dimas. Dimas kadang heran kenapa adel selalu kesal kepadanya padahal dia merasa tidak mempunyai salah apa-apa dengannya.

Adel tidak membalas obrolan Dimas lagi. Menurutnya ga penting dan ia lebih memilih melanjutkan mengerjakan tugas matematikanya dengan serius. Tetapi sudah banyak coretan yang dia tulis tidak menemukan hasil jawaban. Sebenarnya Adel tidak suka dengan pelajaran matematika karena pelajaran itu membuatnya pusing.

 "Coba saja Ferin masuk gue gak usah-usah ngerjain dan ngitung begini" batin adel

Adel pintar tapi tidak sepintar Ferin yang bisa semua pelajaran. Hanya satu yang Adel tidak bisa yaitu Matematika.

Adel terkadang pengen seperti ferin yang bisa segala hal, bisa nyanyi, bisa gambar, menari apalagi dan dia juga orangnya supel mudah berbaur dengan orang oleh karena itu Ferin mempunyai teman banyak. Adel juga suka mudah berbaur dengan orang lain tetapi tidak semudah Ferin. Adel tipikal orang yang  tidak percaya diri. Tetapi Adel tidak iri dengan Ferin dia malah sangat beruntung mempunyai sahabat seperti Ferin yang bisa melengkapi kekurangannya.

Tersadar dengan lamunannya tentang Ferin, Adel buru - buru mengerjakan tugasnya karena waktunya tinggal sebentar lagi. Apalagi guru matematikanya tidak suka kata telat kalau waktunya sudah habis harus dikumpulkan tidak ada perpanjang waktu kalau  lama mengumpulkan sudah pasti tidak ada nilai.

"Aduh mampus gimana ini kerjaan gue belom selesai"  ucap adel panik

Bisa saja Adel tinggal nyontek dengan temen yang lainnya tetapi dia ingin berusaha sendiri dahulu. Nyatanya adel tidak akan pernah bisa mengerjakan soal matematikanya sendiri. Padahal ujian nasional tinggal beberapa bulan dan dia belom sepenuhnya mengusai pelajaran itu.

Dimas mendengar ucapan Adel dan Dimas tidak berpikir dua kali untuk menolongnya. Lagi pula dia bukan orang yang pelit terhadap tugas meskipun pintar dia tidak enggan untuk menolong temannya yang kesusahan.

"Gue udah selesai nih liat gue ajaa" ucap Dimas sambil memberikan kertas jawabannya

Tanpa berpikir lama adel mengambil kertas jawaban dimas dan menyalinnya. Kali ini adel menurunkan gengsinya lagi pula dia lebih takut  tidak mendapat nilai karena guru matematikanya ini terkenal dengan tidak punya hati.

Dengan cepat dia menyalin dan akhirnya selesai bersamaan dengan habisnya waktu pelajaran itu lalu adel mengembalikan kertas itu kepada dimas.

"Makasih ya atas bantuannya"ucap Adel

"Sama-sama" jawab Dimas dengan tersenyum tipis

Adel tidak menyangka dimas masih baik denganya padahal dia selalu ketus kepadanya. Tetapi menurutnya Dimas itu tetap saja peganggu.

"Waktu habis dan kumpulkan tidak ada waktu toleransi" ucap Pak Eko tegas

Dengan segera keduanya mengumpulkan tugasnya ke depan meja guru. Sama halnya dengan murid-murid lainnya.

.

.

.

Adel POV

Aku masih disekolah padahal bel pulang sekolah sudah berbunyi dari beberapa menit yang lalu.

Karena hari ini Daniel sedang eskul, eskul basket kesayangannya. Melihatnya aja sudah senang luar biasa apalagi bisa menjadi temannya bisa-bisa aku jungkir balik tiap hari karena senangnya haha. Biasanya aku melihatnya dengan Ferin, dia ga pernah absen sama sekali ketika Daniel sedang bermain basket. Dia terlalu menyemangati Daniel dan Daniel tidak terganggu olehnya. Sangatlah banyak perempuan yang menyukai Daniel dan banyak juga yang perempuan yang berterus terang berkata kepadanya kalau dia menyukainya.

Ah andai aku bisa bilang kepadanya kalau aku juga menyukainya agar perasaan aku lega tidak terbebani seperti ini karena aku cuma ingin dia tau perasaan aku. Aku menyadari waktu melihat Daniel tinggal beberapa bulan lagi  sebab sebentar lagi akan ujian nasional. Masa SMP akan berakhir, aku tidak tahu Daniel melanjutkan SMA nya dimana. Aku berharap satu SMA lagi dengannya tetapi harapan yang sangat mustahil di wujudkan.

Ahh lelah sekali rasanya cinta diam -diam.

Aku ingin sekali melupakan Daniel, tetapi rasanya sulit. Banyangkan saja aku sudah menyukainya selama 3 tahun. 3 tahun itu aku memendam rasa itu. hanya kakaku Bagas yang mengetahuinya.

Semenjak mengetahui Fe menyukainya juga perlahan aku akan mencoba melupakannya. Karena aku tidak mungkin bilang kepada Fe kalau aku menyukainya, Fe sangat bahagia ketika dengan Rael. Aku tidak akan merusak kebahagiaanya.

Panggilan Daniel sebenernya Rael, tetapi aku lebih suka memanggilnya Daniel. Jadi kalian tidak usah bingung haha  Sedangkan Ferin sesuka dia memanggilnya apa, karena Daniel dan Rael orang yang sama.

Masih beberapa bulan kedepan hingga SMP berakhir, aku akan memuskan diriku melihat Danel. Aku benar-benar akan melupakannya setelah lulus.

Aku jadi lupa Ferin, sedang apa ya dia? Ketika sedang galau Ferin selalu butuh waktu sendiri dan selalu bercerita kepadaku kalau sudah siap. Aku rasa dia salah faham. Aku mengirim pesan kepadanya ingin tau keadaanya.

To: Ferin

Lo gapapa fe?

Tidak butuh lama sedetik kemudian Fe langsung membalas pesanku

From: Ferin

Gapapa lahh, gue sudah luar biasa baik karena ternyata gue salah paham del!

Aku membaca pesan dari Fe dan berucap syukur, aku senang karena dugaanku benar semua ini salah paham.

To: Ferin

Lo utang penjelasan sama gue pokoknya! Gue kepo haha

From: Ferin
 
Bisa kepo juga lu haha, bsk gue ceritain okeee

Aku melanjutkan melihat Daniel latihan basket, kenapa Daniel selalu ganteng? Haha. Aku tersenyum-senyum sendiri melihatnya sedang mendrible bola basket dan memasukan bolanya kedalam jaring dengan sempurna. Aku duduk di paling pojok lapangan untungnya tidak ada yang memperhatikanku bisa di kata gila aku senyum-senyum sendiri.

"Lo kenapa senyum-senyum sendiri?"

Sedang asiknya melihat Daniel aku kaget dengan suara di sampingku dan aku menoleh dan ternyata.. Dimas!! Ah kenapa dia selalu mengangguku di setiap ketenanganku.

"Gapapa! Kenapa lo selalu pengen tau?" Jawabku dengan sangat ketus

Aku langsung berdiri dan meninggalkannya tanpa melihat kearahnya. Aku benar - benar kesal kali ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 28, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Look at Me Like you Look at HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang