#2 tetangga

247 46 25
                                    

Setelah pulang sekolah, hal yang selalu Nata lakukan yaitu main handphone. Stalking orang-orang. Baginya stalking itu sudah menjadi prioritas, karena tidak ada kegiatan lain lagi yang bisa Nata lakukan jika sudah nyantai begini.

Tapi untuk sekarang ini Nata tidak sesantai itu, karena dia harus nganterin Mamanya entah kemana.

"Natalia!!" Teriak Mama Arum dari lantai bawah.

"Iya Ma bentar lagi." Jawab Nata. Nata gak bisa nolak untuk tidak nganterin Mamanya. Karena jika dia nolak akan ada sanksinya, yaitu uang jajannya dipotong,dia gak mau, karena jika dipotong nanti penghasilan sama pengeluarannya tidak stabil.

Nata pergi dengan penampilan yang sangat sederhana, hanya menggunakan celana jeans selutut, kaos pendek dan sandal jepit, dia juga gak pake make up, hanya dengan olesan bedak bayi sedikit saja, dan gaya rambut yang selalu dikucir kuda. Dia emang gak suka yang ribet-ribet, dia sukanya yang simple-simple. Dia juga kadang heran sama orang lain yang harus pake inilah itulah, yang bikin dirinya susah, padahal itu semua gak terlalu penting.

"Mau kemana sih Ma?" Tanya Nata saat menemui Mamanya.

Mama Arum melihat penampilan anaknya dari atas sampai bawah sambil geleng-geleng kepala.

"Penampilan kamu simple banget sih, gak dandan sama sekali ya?" Tanya Mama Arum balik.

"Dandan kok, udah pake bedak ini juga." Jawab Nata sambil nunjuk pipinya dan nyegir manja.

"Ya ampun Natalia anak Mama gak tau berdandan ya? udah gede juga masih aja kayak anak kecil. Kalau mau pergi itu dandan yang cantik, gak hanya pake bedak aja." Jelas Mamanya.

"Emang mau pergi ke mana?"

"Ke rumah tante Dian, kemarin mereka baru pindah rumah ke deket rumah kita, dia sahabat Mama waktu SMA, dan sekarang kita jadi tetanggaan, Mama seneng."

"Cuma pergi ke rumah tetangga aja harus ngomel-ngomel nyuruh dandan, gak penting Ma."

"Dia punya anak laki-laki lho, sebaya sama kamu lagi, kemarin dia baru pindah ke sekolah kamu. Karena itu kamu harus dandan yang cantik, siapa tau aja nanti jadi pacar kamu." Goda Mama Arum pada Nata.

"Ih apaan sih Ma, gak penting juga. Ayo katanya mau pergi." Jawab Nata ketus.

"Ya udah."

__

Setelah kembali lagi ke rumah, Nata langsung pergi ke kamarnya untuk mengecek handphonenya. Karena tadi waktu pergi dia lupa membawanya. Banyak notifikasi yang muncul di layar lock screen handphonenya.

Dari Rania:
Nat lo gak tau kan tadi gue pulang bareng siapa?

Dari Rania:
Nat tadi ka Malin nyapa gue😱

Dari Rania:
Ih lo lama banget sih balesnya, gue kan mau curhat sama lo.

Dari Rania:
Natalia Syarifa read cepetan!!

Dari Rania:
Read kambing!!!

Dari Rania:
Read onta!!!

Dari Rania:
Read kebo!!!😠

Untuk Rania:
"Sorry, Ran, tadi hp gue ketinggalan, hhe:d"

Dan semua notifikasi yang bermunculan itu semuanya pesan yang dikirim oleh Rania, tapi ada satu notifikasi yang bikin Nata heran dan bingung. Disitu tertera ' 1 teman baru '. Dan nama yang tertera di situ adalah 'Natan Pramuda Wijaya'.

Dia mengirim satu pesan.

"Hai, cewek jutek:p"

Nata hanya me-read saja, gak ada niatan untuk membalasnya, toh gak penting juga, pikirnya.

"Darimana si tetangga tau id Line gue? Setau gue sih yang punya id Line gue cuma keluarga sama temen deket gue, emangnya dia kenal sama Rania? Dia kan murid baru. Bodo ah." Batin Nata.

Omong-omong, Natan itu ternyata tetangga barunya Nata.

.

..

"Kamu anaknya Arum? Kelas berapa?"tanya tante Dian.

"Hah? Aku? Oh, iya tante, aku kelas XI." Jawab Nata terkesiap karena dari tadi dia hanya ngelamun.

"Sama kayak anak tante, tapi anak tante itu laki-laki, kemarin dia baru pindah."

"Oh, iya tan."

"Natan!!Natan!! Cepat turun!" Panggil tante Dian pada seseorang, yang Nata curigai itu pasti anaknya.

'sebentar, Natan? Natan yang duduk sebangku dengan gue? Yang baru kenal udah nyebelin itu?' tanya Nata pada dirinya sendiri, membatin.

Gak lama kemudian, Natan turun dari lantai dua, yang diyakini itu berasal dari kamarnya.

Benar saja, dia adalah Natan yang sebangku dengan Nata.

Natan melirik Nata dengan senyuman jahilnya dan alis matanya yang dinaik turunkan. Nata yang melihat itu semua, langsung mengerlingkan matanya, sinis.

"Ada apa Ma?" tanya Natan.

"Kenalin, ini Nata, anaknya tante Arum. Dia sebaya sama kamu."

"Nama gue Natan." Ucap Natan lembut sambil menjulurkan tangannya. Ini yang kedua kalinya Natan ngajak kenalan.

"Gue, Nata." Balas Nata dengan cepatnya.

Untuk kali ini, Nata membalas uluran tangannya Natan. Ya, karena disitu ada Mamanya dan Mamanya Natan.

..

.

Merasa di read saja, Natan kembali mengirim pesan pada Nata. Natan nyepam.

Dari Natan Pramuda Wijaya:
"Hai, tetangga."

Read.

Dari Natan Pramuda Wijaya:
"Hai, tetangga baru."

Read.

Dari Natan Pramuda Wijaya:
"Hai, tetangga jutek."

Read.

Dari Natan Pramuda Wijaya:
"Hai, tetangga baru, teman sebangku."

Untuk Natan Pramuda Wijaya:
"Ya."

Satu kata, dan itu sangat singkat. Begitulah Nata kalo ke orang yang menurutnya masih asing.

Dari Natan Pramuda Wijaya:
"Gue dan lo tetanggaan ternyata 😄 gak nyangka."

Untuk Natan Pramuda Wijaya:
"Tau."

Dari Natan Pramuda Wijaya:
"Lo gak asik."

Read.

Setelah Nata baca pesan yang terakhir di kirim Natan, dia menggerutu.
"Emangnya kalo gue gak asik bakal ada bencana gitu? Emangnya kalo gue gak asik bikin dia susah?nggak kan? Dia belum tau gue aja." Nata komat Kamit sendiri di kamarnya.

.
.
.

***

Hai, readers, maaf ceritanya kurang bagus. Tapi tetap di baca ya..dan jangan lupa vote.

Salam gula:
ASF ;))

Rasa Itu Mulai AdaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang