I might want it all back
But I know I can't go back to you─Black (G.D).
Koo Junhoe. Lelaki itu masih sama. Wajahnya tidak berubah. Tawanya sama saja. Senyum miringnya begitu-begitu terus. Kami masih saling bertegur sapa seadanya jika tak sengaja bertemu di koridor. Namun selebihnya tak pernah lagi melontar canda.
Candaan di antara aku dan Junhoe tidak selucu dulu. Tak lagi terasa menggelitik perut sampai kaku. Kami hanya mencoba berhenti untuk tertawa bersama lagi. Hubungan yang berakhir menjadikan kami mengambil keputusan untuk sama-sama memperbaiki hati.
Aku hampir sepenuhnya bersyukur tak perlu memandang wajahnya sesering mungkin. Sekadar memberitahu saja, hanya membuatku merasa lebih buruk. Buruk karena tak ada lagi Junhoe yang memandangku sayang dengan wajah kakunya.
"Seungyeon! Lemparkan bolanya!"
Lihat, tatapan Junhoe berbeda. Dia menatapku seolah seorang Jung Seungyeon hanyalah gadis biasa yang tak berarti apa-apa.
Berhubung aku yang paling dekat dengan bangku tempat bola basket terjatuh, kutundukkan sedikit kepala. Bolanya agak menggelinding ke bawah bangku rupanya. Bersyukurlah aku karena yang melekat di tubuhku adalah baju olahraga. Jadi aku tak perlu khawatir celana dalamku akan terliat sekalipun hampir di posisi tiarap.
Ah, sedikit lagi dan bolanya akan bisa kuraih.
DAK!
"Aduh!" Sial. Giliran mendapat bola, kepalaku justru tak sengaja mencium pinggiran bangku penonton. Baiklah, ambil sisi positifnya. Setidaknya aku berhasil mendapatkan bola untuk─hei, apa ini lelucon? Bagaimana bisa aku mau mengambilkan bola susah payah sampai terbentur bangku hanya untuk Koo Junhoe? Benar-benar sial yang kedua.
"Apa kepalamu benjol?" Nah, sial yang ketiga cepat sekali datang. Kenapa Junhoe sudah ada di sini? Mungkinkah aku terlalu lelet membantunya? Entahlah.
"Tidak kok. Ini," ucapku seraya mengulungkan bola basket oranye yang mulai pudar─penyebab kekacauan ini terjadi. Dia mengambilnya, "Terima kasih ya?" Dan aku hanya menggumam saja. Membiarkan dia pergi menuju kelompoknya yang masih berseru menggoda.
"Baikan saja sana!" seruan Hanbin yang paling mengganggu. Tapi yang kulihat adalah Junhoe sama sekali tak terusik. Memilih kembali memulai permainan tanpa melirik sedikit pun padaku. Benar-benar deh aku bisa mendapat sial-sial yang lain jika terus memaksakan menonton pertandingan mereka sekarang.
Kuputuskan untuk meraih botol minumku sebelum beranjak. Aku butuh ruangan lain untuk menyegarkan pikiran. Mengenyahkan segala jenis ekspresi Junhoe yang justru terasa sebagai beban.
Sebelum menghilang sempurna dari pandangan, kutatap sebentar lelaki itu di sana.
Yah, aku akui terkadang aku ingin kembali padanya. Bergandengan tangan dan bernyanyi bersama. Menghabiskan waktu dengan lelucon garing atau jajanan kaki lima.
Tapi nyatanya itu tidak akan terjadi. Karena seberapa ingin pun aku─atau justru Junhoe sendiri─untuk kembali seperti dulu, semuanya terlanjur berbeda. Kami memang lebih baik jika berjalan sendiri-sendiri. Ada beberapa hal yang tidak bisa dipaksakan di dunia, kan? Salah satunya hubunganku dengan Junhoe. Biarlah kami seperti ini, saling mendiamkan dan melupakan masing-masing kenangan.
Yah, sepertinya Jang Seungyeon harus serius move on dari Koo Junhoe setelah ini.
.
.
. Seungyeon-Junhoe version [end]
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Series
Novela JuvenilBeberapa perpisahan dihadapi dengan cara dan hati yang berbeda. Tapi terkadang, saat berdiri di pintu keluar dari masa lalu beberapa orang justru digenggam dilema. Mari sapa sang mantan, kawan.