Baru

18 3 1
                                    


Bab 2


   Detak jarum jam nampak tak bergerak.
Hembusan angin terasa sangat membosankan.
Hariku di dalam kampus ini sangatlah monoton dan memaksa aku untuk menikmati walaupun tak pantas dinikmati.

     Hari ini aku harus melalui tahap ospek. Sebuah tahap yang paling dinbenci seluruh mahasiswa. Karena menurut mereka, itu adalah suatu hal konyol yang merupakan rasa pelampiasan dan bentuk ungkapan kekreativan senior yang udah capek dengan mata kuliah yang rumit itu.

"Hii.. Siapa namamu?? Namaku Refda"

Perempuan yang tak kukenal tiba-tiba duduk di sampingku.

"oh iya saya Fradisa, salam kenal"
Aku tersenyum kepada perempuan sawo matang berhidung mancung itu.

"Dari SMA mana ??"
Perempuan bernama Refda itu bertanya kembali. Sungguh dia merupakan pribadi yang ramah.

"SMA Indah Bakti" pekikku singkat. Lalu dia mengajakku jalan keliling kampus.
Melihat lingkungan baru dan merupakan tempat yang akan menahanku disini selama bertahun tahun.

     Setelah lama berjalan jalan hingga kelelahan, akhirnya aku menemuka tempat duduk yang nyaman. Aku dan Refda duduk disana, dibawah pohon belimbing tepat menghadap fakultas ekonomi. Aku duduk menghadap tepat lurus lorong tempat para anak fakultas Ekonomi berlalu lalang.
Dengan berbagai macam aktivitas mereka yang nampaknya sangat menyibukan.

  "Hy ref, apa kabar"
Tampak laki-laki berlari kecil menuju ke arahku dan Refda.
Lelaki yang indah itu menyapa Refda dengan penuh kehangatan, matanya yang teduh membuatnya semakin terlihat berbeda. Aku sangat kagum dengan paras indahnya saat pertama kali aku menatapnya.
 
   Aku terpana, siapakah lelaki itu. Aku merasa Refda adalah wanita yang sangat beruntung karena dia dapat berpelukan dengan lelaki itu untuk melepas kerinduan mereka.
 
"Hy Di, lama gak pernah ketemu kamu tambah ganteng aja"
Refda mengatakan dengan sedikit malu.

  "Apaan sih, udah dapat teman baru aja kamu, dan aku lihat kamu juga makin cantik, oh hy teman kamu itu juga cantik. Yaudahya aku ada kelas" Laki-laki itu menjawab dan menunjukan bahwa mereka memang sangatlah dekat. Dan kata katanya yang menjelaskan bahwa aku cantik membuatku merasa tersambar petir disaat langit cerah.

                              ***

"Selamat pagi Fradisa ku sayang"
Mama tersenyum padaku saat aku masih menuruni tangga.

Aku adalah anak tertua di keluarga ini, tetapi akulah anak yang paling disayang. Entah mengapa aku pun tidak tahu, tapi yang pasti aku suka hal itu. Aku memiliki 1 adik perempuan yang sangat cantik. Dia masih duduk di bangku SMP, dia memang cantik tapi semua anggota keluarga lebih tertarik kepadaku. Aku juga memiliki seorang adik laki-laki yang sangat jahil. Dia masih kecil, Masih duduk di bangku kelas 2 sekolah dasar.

Adik perempuan ku bernama Fracilla dia biasa aku panggil cilla. Sedangkan adik laki laki ku biasa aku panggil dinan, ya karena namanya adalah Fradinan. Keluargaku adalah keluarga yang hangat, aku dan semua adik adikku dibesarkan dengan penuh kasih sayang dan kelembutan.

"Ma kayaknya klo buat sarapan keburu telat deh, jadi kakak langsung berangkat aja ya ma... " aku berjalan mengambil sepotong roti dan berpamitan langsung ke mama dan papa.

"kamu udah semangat banget kuliah di hari kedua ini kak"
Mama dengan cepat bertanya saat melihat aku terburu-buru.

"iya ma soalnya kakak seneng kuliahnya lagi pula ada kelas pagi dengan guru killer"
Aku menjawab dan tampak mama dan papa saling berhadapan dan tersenyum.

Aku sedikit berlari saat keluar rumah. Lalu memasuki mobil matic kuning favoritku dan bergegas karena ada kelas pagi dengan dosen yang killer. Jika jam 7 aku belum sampai maka aku tidak bisa mengikuti mata kuliahnya.

     Di tengah perjalanan menuju kampus handphone berdering, dan ternyata ada pesan masuk.

' Hii dis selamat pagi... Good luck ya buat kuliah pagi ini ☺️'
From:Luccy

Luccy memang selalu bisa buat aku tersenyum.

'iya luccy trimakasih.. Good luck juga buat kuliah kamu hari ini'
To:Luccy

***

Jam 6:57
Aku berlari dari tempat parkir menuju kelas, dan aku harus cepat. Jarak tempat parkir dengan kelas sungguh jauh. Aku berjalan terburu buru hingga pada akhirnya.... Yah itu kelasku dan disana ternyata sudah ada bu Nani dan aku tidak berharap bisa masuk.

Aku sedih dan hanya bisa duduk dikantin sendirian sambil melihat lingkungan baruku ini. Dengan ditemani lemon tea aku merasa semangatku pagi ini sia-sia.

"Hiii... Boleh saya duduk?"
Lelaki itu tersenyum dan langsung duduk sebelum aku mengiyakanya.

"kamu teman Refda kemarin bukan ?"
Dia bertanya sambik meletakan tas punggungnya diatas meja.
Aku hanya menjawab dengan  tersenyum dan sedikit mengangguk.

"Refda itu anak yang baik banget ya.. Dia ramah, sopan, manis juga"
Dia berbicara dengan tersenyum. Dan entah mengapa aku tidak terima mendengar perkataannya, padahal apa yang dia katakan itu semua benar. Refda adalah pribadi yang patut dipuji. Maka dari itu aku hanya tersenyum mendengar perkataannya.

"Oh ya... Kenapa kamu gak masuk kelas ??" Dia bertanya keheranan.
"Aku terlambat datang" aku menjawab dengan singkat.

"Oh yasudah tidak apa apa.. aku akan temenin kamu disini. Kelas aku masih nanti jam 10. Oh ya kamu itu temen sekolahnya Refda atau bukan ??"
Lagi lagi dia bertanya untuk memecahkan keheningan. Tapi aku risih karena setiap di berbicara dia selalu menatap ke arah mata ku dengan sangat tajam. Ya matanya yang hangat dan tajam itu sangat membuatku gugup.

"Tidak ... Emm.. bukan ... Aku bukan teman sekolah Refda, aku baru saja mengenalnya kemarin."

Aku menjawabnya dengan gugup dan aku memalingkan wajahku karena aku tidak ingin kontak mata langsung dengannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 22, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LIARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang