Goblin: Mundur ke Masa Depan

34 0 0
                                    

Terpaksa saya akui, Goblin, salah satu drama Korea yang sedang digandrungi saat ini tidak se-wow yang saya harapkan. Ekspektasi saya ketika pertama nonton drama ini adalah; ketagihan sampai akhir episode. Namun, nyatanya kalau bukan karena akting para pemain yang mumpuni, saya tidak akan sanggup bertahan.

Lewat drama ini, mata dan telinga saya benar-benar dimanjakan. Lewat para pemain yang rupawan dan soundtrack-soundtracknya yang sangat pas, drama ini berhasil menyisakan kenangan di mata penontonnya.

 Lewat para pemain yang rupawan dan soundtrack-soundtracknya yang sangat pas, drama ini berhasil menyisakan kenangan di mata penontonnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akting Gong Yoo memang tidak diragukan lagi melihat jam terbangnya yang menggunung. Sayangnya, di mata saya karakter yang dimainkan di drama ini terlalu 'biasa' bagi aktor sekelas Gong Yoo. Menurut saya, kemampuan akting mumpuni Gong Yoo kurang terekspos dalam karakter ini. Kim Shin, karakter yang dimainkan Gong Yoo, saya rasa terlalu lembek untuk seorang panglima perang yang pernah membunuh ratusan orang di medan tempur. Saya mencoba berpikiran positif dengan berasumsi, barangkali Kim Shin ini memang aslinya lemah lembut. Sifat ingin melindungi yang dimilikinyalah yang menjadi sisi ksatrianya.

Performa Kim Go Eun pun saya rasa tidak mengecewakan. Fakta bahwa dia pemain utama dalam drama Cheese in The Trap membuat saya tercengang. Ini betul cewek misterius yang ada di drama Cheese in The Trap? Kesurupan kali, dia?

Belum lagi pilihan warna dalam drama ini yang saya rasa jarang digunakan di drama-drama lainnya. Kalau boleh saya katakan, film ini cenderung vintage semi pastel, tetapi tetap hangat. Saya begitu nyaman menonton tiap shotnya yang cantik.

Namun, di saat mata dan telinga saya merasa nyaman, kepala saya sakit. Kalau boleh saya meminta maaf pada penggemar berat Goblin, sebab menurut saya drama ini buruk dari segi cerita. Terlepas dari rasa tidak percaya saya terhadap reinkarnasi, saya merasa drama ini memiliki plot yang sedikit dipaksakan dimulai dari episode belasan.

Barangkali, memang topik utama dalam drama ini adalah 'takdir'. Drama ini menceritakan kisah seorang panglima perang yang dikutuk menjadi Goblin oleh Tuhan dan hidup abadi dengan pedang kesayangan tertancap di dadanya. Untuk membuat Goblin mati, pedang itu harus dicabut dan hanya pengantinnyalah yang bisa mencabutnya.

Sembilan ratus tahun setelah Goblin dikutuk, akhirnya sang pengantin datang. Takdir telah mempertemukan mereka. Takdir pulalah yang mempertemukan Goblin dengan orang-orang dari masa lalunya. Sang Goblin, pada akhirnya punya kesempatan untuk mengakhiri kehidupan abadinya.

Kata kunci 'takdir' dalam drama ini menjadi bumerang yang menurut saya bisa menjadi kenyamanan maupun ketidaknyamanan bagi penonton

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kata kunci 'takdir' dalam drama ini menjadi bumerang yang menurut saya bisa menjadi kenyamanan maupun ketidaknyamanan bagi penonton. Saya termasuk penonton yang kurang nyaman dengan begitu banyaknya takdir dalam drama ini. Bayangkan, bagaimana bisa di negara Korea yang sebegitu luasnya, orang-orang dari masa lalu Sang Goblin berkumpul dalam satu wilayah yang sama di kehidupan setelah reinkarnasinya. Belum lagi, hubungan mereka satu sama lain begitu lekat dengan hubungan mereka di kehidupan sebelum reinkarnasi. Ini terlalu kebetulan, men. Korea itu luas, kan?

Mulai dari episode sebelas hingga akhir, saya benar-benar terganggu dengan perasaan yang terhalang hanya karena orang yang dicintai merupakan reinkarnasi dari seseorang di masa lalu. Belum lagi, fakta bahwa Sang Goblin ternyata tidak benar-benar mati dan bisa kembali ke dunia merupakan sesuatu yang terlalu dipaksakan. Apakah Tuhan sebegitu plin-plannya di dalam drama ini? Saya mencoba berpikiran positif dan membatin, Tuhan itu maha pengampun.

Puncak dari kekecewaan saya adalah akhir dari cerita yang membingungkan. Bagaimana saya tidak bingung, kok bisa si tokoh bahagia gara-gara bisa bersama dengan hasil reinkarnasi dari orang yang kita cintai? Tetap saja dia bukan orang yang kita cintai, toh? Seolah-olah drama ini memberi pesan, "Tak apalah orang yang kaucintai mati. Nanti juga ketemu lagi kalau dia reinkarnasi". Lewat pesan itu, tokoh-tokoh dalam drama ini seolah tak akan pernah maju ke masa depan, sebab selalu dibayangi oleh kehidupan sebelum reinkarnasinya. Dalam drama ini, semua Ingatan tokohnya selalu mundur. Mundur ke masa depan.

Kesimpulannya, di mata saya drama ini agaknya memang diciptakan untuk membahagiakan penonton. Rata-rata penonton drama akan bahagia dengan akhir cerita yang bahagia, bukan?

Sumber foto:
allkpop.com
asianwiki.com

oketekno.com


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 31, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Catatan DramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang