Prolog

16.3K 347 10
                                    

Samantha Florensia Pratama

                 Gadis tomboy sedang asyik duduk di atas genteng rumah, menikmati sinar bulan, dan bintang-bintang yang sedang bersinar dilngit gelap.

" Masih belum hilang juga salah satu hobi lo, dek ..." kata Ken, yang menyentuh bahu adiknya.

" Kak, bisa bilang ke mama gak?" Tanya Sam, tiba-tiba.

" Apaan tuch Sam?" Tanya Ken balik, serius.

" Bilang ke mama, balik ke Bali lagi. Gw gak suka pindah ke Jakarta." Jawab Sam,

" atau kalau gak bisa, ya pindah ke kota lain aja dech, kan mama sudah biasa pindah-pindah." Sambung Sam lagi, dia berharap salah satu permintaannya bisa di kabulkan.

" Sam, lo tau sendiri, kalau mama dipindah tugas disini, kaka juga gak bisa bilang apa-apa." Kata Ken, yang mengerti arah pembicaraan Sam.

" Tapi kak Ken, aku gak suka di kota ini, apalagi dirumah ini. Kakak tau sendiri, kalau rumah ini banyak kenangan." Kata Sam.

" iya kakak tau, tapi kan lo tau sendiri, ini satu-satunya rumah peninggalan papa. Dan untuk sekarang, gaji sebagai hakim belum bias beli rumah." kata Ken, lesu.

" hufffttt... susah juga ya punya kakak yang jujur!" kata Sam, lesu.

" Jangan bilang lo nyuruh gw jadi hakim korup?" marah Ken.

" yeee gitu aja marah, cape dech!" kata Sam, nyengir.

" Gak mungkinlah kak, justru aku senang kakak mirip sama papa, jadi hakim yang jujur." Kata Sam, bangga. Ken mencubit kedua pipi adiknya, Sam cuma bisa meringis kesakitan aja, tapi dia senang.

                   Aku adalah Samantha Florensia Pratama, umurku baru 17 tahun. Anak dari Pak Pras Pratama dan Ibu Arini Putri. Aku tinggal sama mama dan kakakku bernama Kenneth Agung Pratama. Papaku meninggal, saat umurku baru 7 tahun. Papa meninggal karena ditembak oleh orang tidak dikenal. Sebagai seorang hakim yang jujur, dan sedang menghadapi kasus, sudah menjadi resiko pekerjaannya.

                Karena mama yang mengurusi kami berdua, pekerjaan mama sebagai seorang konsultan kontraktor, mengharuskan kami berpindah-pindah tempat tinggal. Tapi sejak kakak Ken kuliah di Jakarta, dan diangkat sebagai hakim disalah satu kantor pengadilan negeri Jakarta, kakak Ken menetap di Jakarta. Karena itu kami berpisah, terakhir aku tinggal di Bali, sudah merasa senang di Bali. Mama dipindahkan lagi di Jakarta, padahal aku sudah tidak mau tinggal di Jakarta. Banyak kenangan disini, selain itu harus belajar beradaptasi.

" Ken, Sam turun!" perintah mama dari bawa,

" mama tunggu diruang keluarga!" sambung mama, setengah teriak.

" oke ma!" teriak Ken.

" kak, ada apa?" Tanya Sam, yang bingung tiba-tiba di panggil mamanya di ruang keluarga.

" udach ikut mau mama saja, nanti lo pasti juga tau." Kata Ken, sok serius.

               Ken dan Sam segera turun, takut nanti mama mereka marah. Setelah turun, segera mereka berdua ke ruang keluarga. Diruang keluarga, mama mereka sudah menunggu.

" Sam, mama mau bicara tentang wasiat papa, atau permintaan terakhir, sebelum papa meninggal." Kata mama

Sam sangat terkejut, karena sebelumnya mamanya tidak pernah membicarakan wasiat papa. Sam melirik ke Ken, tapi kakaknya itu terlihat tenang.

Perjodohan WasiatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang