2

15 2 0
                                    

Hari ini Eufeul mencoba untuk menjalani hidupku dengan sebaik mungkin tanpa harus menghiraukan orang-orang disekitarku yang hanya membuatku harus membawa emosinya.

Eufeul bersekolah di SMA National High. Entah mengapa Eufeul bisa bersekolah disana padahal isi otakku pas-pas an. Mungkin karena dia bisa memenangkan lomba sains yang aku ikuti hanya iseng doang agar tidak mengikuti pelajaran. Ehhh malah bisa menang peringkat ke 2.

"Eufeul!!!" kata seseorang dari belakang tubuhnya saat sedang berjalan dikoridor sekolah. Sosok itu ternyata ketua osis yang eksis di SMA NH.

"Ada apa ya kak?" kata Eufeul yang sama sekali tidak niat menjawabnya.

"Ntar pulang sekolah kamu ke ruang osis yaa. Pak Deri ingin berbicara denganmu." pintanya

"Hmm." Eufeul hanya bergumam dan tidak menanyakan lebih lanjut mengapa aku dipaggil pak Deri. *paduli bagong*

*

Saat waktu telah menunjukan jam pulang sekolah, semua siswa berhamburan berlari keluar sekolah dengan riang dan muka berseri-seri. Sudah pasti lahhh. Sayangnya dia tidak bisa langsung pulang karena si ketua osis memanggilku untuk menemui pak Deri.

"Van, Eufeul udah kamu kasih tau kan?" kata pak Deri kepada Vankiel.
Yaa Vankiel Christinus si ketua osis yang sangat teramat alim.

Tok!! Tok!! Tok!!

Suara ketukan pintu yang dibuat oleh Eufeul. Kenapa harus ada si ketua osis juga sih, emangnya ada hubungan apa dia di sini? Batin Eufeul.

"Nah ini dia orangnya akhirnya muncul juga." ucap pak Deri

"Ada apa yaa pak saya dipanggil" jawab Eufeul

"Kamu ini kan yang memenangkan lomba sains itu kan. Dan kamu aka diikut sertakan lagi untuk mengikuti lomba bersama Vankiel. Yaa... kurang lebih 3 bulan lagi lahh akan dilaksanakan." kata pak Deri

Dengan refleks kaget aku membulatkan mataku dan mulutku ternyata sudah terbuka membentuk o. "What!!! Kenapa aku??? Aku sama sekali tidak mempunyai kemampuan dalam sains pakk!" jawabku dengan nada yang tinggi.

"Ck." Vankiel berdesis. " Heh, gimana ceritanya kamu bisa menang peringkat ke 2 kalo otak lo gak punya kemampuan untuk itu? Suka ngelucu lo." sambungnya

"Tapi emang kenyataannya kayak gitu!!"

"Udah-udah kalian gak usah berantem! Eufel nanti kamu minta bantuan ajarin Vankiel aja untuk mempermantap dan bisa lebih mendalami sains." urai pak Deri

"Sudi banget diajarin sama ketua osis kayak gini." balas Eufeul

"Gini gimana, hah??" tanya Vankiel
"Yaaa gitu."
"Gitu gimana??"
"Ahhhkkk tau ah, gelap!"
"Heiii, ini siang bolong malah dibilang gelap. Katarak lo?"
"Nyebelin banget lo."
"Tapi ngangenin kan."
"Najisss banget."

"Ehhh Ehhh malah berantem. Inget disini masih ada saya, masa kalian tega sih bikin bapak jadi nyamuk yang gak jelas terbang kemana?"

"Alay pakk!!" ucap Eufel dan Vankiel serentak

"Lo ngapain ngikutin gue ngomong?" tanya Eufeul
"Enak aja, yang ada lo yang ngikutin. Dasar plagiat." balas Vankiel

"Awas sampe kalian berantem lagi! Tangan bapa gak bakalan segan-segan buat ngambil golok."
"Yaa ampun pakk buat apa golok, tapi kalo mau kakek saya punya kok pak." kata Vankiel

" Ya ampun, pusing dehh pala barbie!! Memang kalian ini minta di bacok sama bapak yaa."

"Hahaha" hanya ketawa yang Eufeul berikan karena ucapan pak Deri yang terasa geli di telinganya. "Yasudah saya permisi ya pak mau ke belakang sekolah." sambungnya

"Hemh yaaa silahkan." kata pak Deri
"Ngapain lo kesana?" sekarang Vankiel yang bertanya
"Kepo banget sih lo"
"Ya udah sih, gak usah nyolot."
"Bhay." Eufeul langsung membuang muka dan berjalan pergi.

"Ngapain dia pak dia ke belakang sekolah?" Vankiel bertanya kepada pak Deri saat Eufel telah keluar dari ruang itu.
"Gak tau deh dia memang sering kesana." ucap pak Deri asal ceplos.
"Gak ada kerjaan banget tuh anak."

"WOIII GAK USAH KEPO NAPA SIHH, PINGIN TAU BANGET URUSAN ORANG!!!"
teriak Eufeul dari luar ruangan yang masih bisa mendengar perbincangan mereka.

Vankiel terlonjak kaget karena teriakan Eufel yang sangat menggelegar. Ternyata dia masih denger omonganku, batin Vankiel.

*

Eufeul Pov

Aku berjalan menuju belakang sekolah. Sekarang masih jam 15.15 dan aku akan pulang jam 17.00, jadi aku masih punya banyak waktu untuk menyendiri disana. Aku paling suka menyendiri disana dengan memainkan HP ku atau melanjutkan membaca novelku. Yaa... Itu adalah hobiku yang kulakukan di belakang sekolah.

Banyak kegiatan yang bisa kulakukan disekolah daripada dirumah. Rumah menurutku tidak seindah yang dibayangkan. Yang ada aku tersiksa dan bisa mati disana. Itu semua cuma karena gak adanya kasih sayang orang tua. Aku cuma butuh mereka bersama dan saling menyayangi. Kenapa mereka harus bersama kalo ujungnya bakalan pisah dan malah merepotkan orang lain, batinku.

Aku ini memang diciptakan didunia bukan untuk bahagia. Aku lelah jika harus seperti ini yang hanya bisa berjuang sendiri untuk mendapatkan kebahagiaan.

"MALAIKAT KEBAHAGIAAN!! KEMANA ENGKAU, KESINILAH BERSAMAKU UNTUK TERSENYUM BERSAMA. APAKAH KAMU TERLALU SIBUK MEMBERIKAN KEBAHAGIAAN KEPADA ORANG LAIN SAMPE-SAMPE ENGKAU LUPA DENGANKU??" teriakku karena saking emosinya yang harus terus tersiksa.

Aku tidak menangis dan merengek, tapi aku cuma mengeluh kepada malaikat. Aku hanya bisa tersenyum sinis meratapi nasibku yang begitu malang.

"Eufeul!!" tiba-tiba seseorang dari belakang memanggil namaku.

Dengan refleks aku menolehkan kepalaku ke belakang dan mendapatkan Vankiel yang sedang berdiri dibelakangku.

"Lo bikin gue kanget mulu!"
"Lahhh, gue cuma manggil nama lo ngapain kaget coba. Lo kira gue jurig apa?"
"Hmm." gumamku pelan yang tidak niat menjawabnya.

"Lo ngapain sih teriak-teriak gak jelas kayak gitu?" tanyanya.
"Hah, lo ngedenger gue teriak tadi?" balasku.
" Iyaa lahhh, suaranya aja kayak toa gitu."
"Suka-suka gue dong. Kok lo yang jadi masalah sih?"
"Yaelah cuma nanya doang."

"Ahhkkk berisik lo, ngeganggu gue mulu."
"Suka-suka gue dong. Kok lo yang jadi masalah sih?" ucapnya yang mengikuti kata-kataku.
"Ihhh gak usah ngikutik kata-kata gue, dasar plagiat." balasku.
"Lo yang ngikutin yeee..."
"Tau ahh, gue mau pergi aja!!"

Aku langsung bangkit dari dudukku, mengambil tasku, dan berjalan pergi. Tetapi niatanku untuk pergi terhenti oleh Vankiel yang menahan tanganku. "Apa lagi sihh?" dengan kesal kubertanya dan melepas pegangan tangannya.

"Lo mau kemana?" tanyanya bingung
"Kepo." jawabku singkat

Aku langsung berlari pergi meninggalkannya tanpa menghiraukannya lagi, walaupun aku masih bisa mendengar dia berteriak kepadaku. Paduli bagong lah.

Itu si ketua osis memang selalu bikin orang kesel banget, yang ada malah darah tinggi nanggepin dia mulu, batinku.

Kayaknya itu si ketua osis minta dibabok atau gak dibacok. Ngeselin banget sih!!

~

Haeeeeeeee
Udah lama gak publis biasalah orang sibuk hehehe

Vote and comment yaaa
Lope Lope
DECH



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 01, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tired With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang