Suasana sedang hening. Hanya ada suara lembaran kertas yang dibolak balik, suara goresan pensil dan juga suara bisik membaca huruf yang tercetak di atas kertas. Aku hanya menghela napas panjang, tidak tahan dengan keheningan seperti ini.
"Aaaahhh! Ingatkan aku kenapa kita harus belajar seperti ini?!" Keluhku sambil mengacak-ngacak rambutku.
"Karena kita akan menghadapi ujian semester, [Name]. Kau tahu itu kan?" jawab Amatsuki-kun tanpa mengalihkan pandangannya dari buku cetak yang tebalnya bukan main.
Aku dan Amatsuki-kun memang sudah sepakat untuk belajar bersama, untuk menghadapi ujian semester. Asal kalian tahu saja, isi otakku ini pas-pasan, pastinya tidak mungkin aku bisa lulus dengan mudah. Maka dari itu, Amatsuki-kun mengajakku untuk belajar bersama. Aku sih mau saja, berhubung Amatsuki-kun adalah orang terpintar di kelasku. Sudah hampir seminggu kami belajar bersama, dan hampir seminggu jugalah otakku sudah melebihi kapasitasnya.
Dan sekarang, kami berada di kamarku. Amatsuki-kun adalah tetangga sekaligus teman masa kecilku. Jadi kami sudah biasa berdua di kamar seperti ini.
Ya, kembali lagi ke keadaan sekarang. Aku benar-benar tidak mengerti sama sekali dengan pelajaran ini. Aku hanya merebahkan kepalaku di atas tumpukan buku, tidak kuat lagi. Amatsuki-kun melihatku dengan senyuman.
"Ayolah [Name], aku tahu kau pasti bisa." Katanya memberiku semangat sambil mengelus kepalaku.
"Mudah bagimu mengatakan itu."
Dia tampak berpikir, "Hmmm... Begini saja. Jika kau lulus dalam ujian, aku akan mengajakmu jalan-jalan, bagaimana?"
Mendengar tawarannya, aku langsung menegakkan kepalaku dan menatapnya dengan mata berbinar-binar.
"Benarkah? Janji ya?!"
"Iya... Aku janji. Sekarang kita belajar dulu, oke?"
"Hai!"
Mungkin disini kalian melihatku sebagai anak kecil, yang mudah sekali disogok hal semacam itu. Tapi apa daya, itulah sifatku.
Akhirnya dengan penuh sabar, Amatsuki-kun mengajariku Matematika. Sedikit demi sedikit, aku mulai paham, meskipun belum sepenuhnya.
.
.
.
.
"Baik, kita sudahi dulu belajarnya." Kami pun menggusur buku-buku di atas meja, lalu menggantinya menjadi macam-macam cemilan.
Kami hanya sibuk mengunyah cemilan tanpa berkata apa-apa. Aku diam-diam melirik ke arah Amatsuki-kun. Terkadang aku kepikiran, ternyata teman kecilku ini sudah berubah menjadi pria yang tampan. Rambut coklat dan ditambah dengan kacamatanya.
Kacamata? Oh iya ya... Sejak kapan dia memakai kacamata?
"Amatsuki-kun" panggilku.
"Ya?"
"Aku lupa, kapan kau pertama kali memakai kacamata?"
Dia berhenti mengambil cemilan lalu menutup matanya, sedang mengingat-ingat, "ohh, aku baru ingat. Pertama kali aku memakai ini saat kelas 6 SD"
"Ahh, memang sudah lama sekali ya"
"Meskipun sudah lama memakainya, aku tidak suka kacamata sampai sekarang"
"Ehh?! Memangnya kenapa? Padahal menurutku orang berkacamata itu keren lho"
Dia hanya terkekeh, "banyak masalah saat menjadi orang berkacamata. Contohnya, pangkal hidungku jadi terasa pegal, kacamata akan berembun jika aku memakai masker, tidak bisa bergerak bebas jika tidak ingin kacamataku rusak, tidak bisa terlalu lama melihat layar jika tidak ingin minus mataku bertambah"
Aku hanya meringis mendengar semua itu. Sepertinya menjadi orang berkacamata tidak sekeren yang kuduga.
"Dan masalah terbesarku menjadi orang berkacamata adalah..."
Dia melepaskan kacamatanya lalu mendekatkan wajahnya ke arahku, dan menciumku dengan tiba-tiba. Aku terpaku, tidak tahu harus melakukan apa. Akhirnya dia menjauh beberapa senti, dan memandangku dengan senyuman lembut.
"...aku tidak bisa melakukan ini tanpa melepas kacamataku"
Wajahku sudah sangat memerah. Masih shock dengan perbuatan Amatsuki-kun yang tiba-tiba. Dia mengarahkan wajahnya ke samping dekat telingaku dan berbisik,
"Aku menyukaimu, [Name]."
.
.
.
.
.
.
.
End
Ini contohnya ya '-' udah ga bingung lagi kan bentuknya kek apa? Wkwkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
Suki Desu! [Utaite x Reader]
FanfictionApa jadinya jika karakter utaite menyukai dirimu? Disini mereka akan menyatakan perasaannya dengan caranya masing-masing! FF Oneshot! Utaite x Reader . . Cover: Hiirora Edit: rekomochii