Bunga (SILVANA)

779 56 2
                                    

"Silvana-kun, pot ini diletakkan dimana?"

"Ahh, letakkan di situ saja"

Aku langsung meletakkan pot berisi bunga matahari berukuran sedang ke pojok rak. Fiuh! Peluhku rasanya diperas disini. Bagaimana tidak? Kami sedang ada di rumah kaca milik Silvana-kun. SAAT TENGAH HARI DI MUSIM PANAS!

Aku juga tidak akan mau kalau saja bukan karena permintaan Silvana-kun. Dia memintaku untuk membantu mengurus bunga-bunganya di rumah kaca. Tadinya aku menolak, tapi dia mengiming-imingiku sebuah voucher buku favoritku. Kalau soal buku, aku sudah tidak bisa mempertahankan egoku. Akhirnya, disinilah aku, berada di ruangan 'sauna' ini bersama Silvana-kun.

Aku melirik ke arahnya, dia sedang merapihkan bunga krisan dalam pot, sambil sesekali bersenandung kecil. Peluh di wajahnya sudah mengalir jatuh beberapa kali, tapi dia seolah tidak merasa kegerahan. Aku heran kenapa dia senang berpanas ria seperti ini.

"[Name]-san, bagaimana yang disebelah sana?! Apa raknya sudah terisi semua?! Tiba-tiba Silvana-kun berteriak padaku dari kejauhan, membuatku kaget dari lamunanku.

"Ehh, i-iya! Semuanya sudah terisi!" jawabku.

Dia menaruh pot krisan itu dan menghampiriku, "wahh... Lihat ini. [Name]-san sangat kreatif menyusun bunganya ya" ujarnya sambil tersenyum memandangi deretan bunga yang kususun.

"Ahh... Tidak, ini biasa saja" kataku sambil terkekeh, agak malu karena dipuji hanya karena menyusun bunga.

Aku ikut memandangi deretan bunga. Entah kenapa melihatnya menjadi sejuk dimataku, meskipun suasananya sangat panas disini. Rasanya tidak buruk juga.

"Ya ampun..."

Aku menoleh, "ehh kenapa?"

"Lihat dirimu. Aku tidak tahu kau berkeringat sebanyak ini" dia menunjuk wajahku.

"Yaa~ disini memang agak panas" kataku sambil mengibas-ngibas tanganku.

"Sepertinya kau sudah lelah. Lebih baik kita ke dalam saja." dia mendorongku pelan keluar dari rumah kaca lalu masuk ke rumahnya.

Rumahnya memang terbilang besar, mengingat dia punya rumah kaca yang cukup luas. Disini dia hanya tinggal sendirian, orang tuanya sering dinas ke luar negeri. Makanya dia sering mengajakku ke rumahnya, mengerjakan tugas, sekedar bermain, atau kegiatan baruku sekarang, yaitu membantu mengurus kebunnya di rumah kaca. Aku baru tahu kalau dia mempunyai hobi berkebun. Kami memang belum lama berteman, karena baru tahun ini aku sekelas dengan Silvana-kun. Karena kami sering mengobrol, akhirnya kami menjadi teman dekat.

Dan sekarang, aku duduk di ruang tamu, menunggu Silvana-kun yang sedang membersihkan diri. Memang, tadi dia belepotan tanah di wajah dan bajunya.

"Ini [Name]-san, silakan diminum" katanya sambil menghidangkan dua gelas es limun.

"Terima kasih, Silvana-kun" aku tersenyum dan langsung mengambil gelas itu lalu meminumnya dengan terburu-buru.

"Hahaha... Sepertinya [Name]-san kehausan ya" ujarnya sambil memperhatikanku.

"Ehh?" aku melihat ke gelasku, dan tiba-tiba saja limunnya sudah berkurang setengah.

Wajahku sontak memerah, malu karena banyak minum hanya dalam waktu singkat. "Ha-habisnya, tadi sangat panas... A-aku ja-jadi banyak berkeringat, ma-makanya...e-etto"

Tiba-tiba, ada tangan yang mengelus kepalaku dengan lembut. Aku menoleh pada pemilik tangan tersebut, Silvana-kun.

"[Name]-san sangat manis jika sedang malu seperti ini" katanya sambil terus mengelus kepalaku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 12, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Suki Desu! [Utaite x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang