00:05

86.1K 12.1K 3.1K
                                    


Selgie mencuatkan bibir, berjalan keluar dari area sekolah dengan malas-malasan. Baru saja adiknya mengatakan supir tak bisa menjemput, dan Selgie harus pulang sendiri lagi senja itu. Biasanya sih ia bisa menebeng Jelo, tapi teman sekelasnya tersebut sedang cedera dan tak menghadiri latihan futsal hari ini.

"Woi kak!"

Panggilan dan tepukan di bahunya membuat gadis itu menoleh, menemukan sosok Seno datang bersama Cakra.

"Jangan ngelamun maghrib-maghrib gini, ati-ati lo!" celetuk Seno menakuti.

Selgie mendelik, mencibir sebal. "Eh, lo pulang sama siapa?" tanyanya begitu saja tanpa basa-basi.

"Caka," jawab Seno menunjuk Cakra yang asyik menoleh ke arah belakang sedang saling melempar ejekan pada beberapa anak futsal. Ya biasalah, si Cakra memang dimanapun kapanpun selalu punya musuh.

Selgie mendesah, jadi manyun sebal.

"Emang rumah lo dimana?" tanya Seno, "gue cariin deh yang bisa anter."

Cakra jadi menoleh, memandang Selgie. "Elah, kak. Dah gede masa nggak bisa pulang sendiri. Kan jomblo harusnya mandiri dong!"

Selgie dengan sebal langsung menunjuk lengan pemuda bongsor itu. Rasanya ingin mengulek kepala cowok itu kesal. Tapi ia jadi mendengus mencoba sabar dan mengucapkan alamatnya pada Seno.

Cakra melebarkan mata, "lah searah sama Jevon tuh!" pekiknya nyaring, membuat Selgie mendelik. Begitupula Seno yang jadi tersentak.

Cakra tanpa menunggu sudah berbalik ke belakang, "WOI JEVON! PULANG SAMA SIAPA LO?"

Selgie mengumpat, benar-benar ingin mencakar Cakra. Walau jadi terdiam dan membeku melirik Jevon mendekat dengan Hanbin dan Hoshi bersamanya.

"Paan?" tanya Jevon menentang jaket merahnya. "Mau nebeng? Ogah. Rumah lo jauh," tolaknya begitu saja, melewati mereka bertiga ingin menyusul Hanbin dan Hoshi yang sudah sempat pamit pada Selgie dan yang lain mendahuluinya.

"Bukan, ler," kata Cakra menahan lengan Jevon hingga Jevon berhenti. "Nih, Kak Selgie pulang sendirian."

Jevon jadi tersentak, melebarkan mata dan tertegun. Pemuda itu jadi diam, lalu berdehem tiba-tiba menjadi kaku dan menoleh pada Selgie yang sedari tadi sudah tak nyaman. "Pulang sendiri, Gi?" tanyanya dengan perubahan jelas.

Selgie melirik, mau tak mau mengangguk jujur. Seno yang menangkap ekspresi itu merasa kasihan juga, merutuki Cakra yang kadang tingkat kepintaran dan kepekaan terhadap lingkungan sekitar memang nol besar.

Jevon merapatkan bibir sejenak, melirik ke arah parkiran. Melihat bayang Hanbin mulai mendekati motornya. Cowok itu menunggu, memastikan Hanbin sudah memakai helm dan menyalakan mesin motornya.

"Yaudah, bareng aja. Gue juga sendiri," ajak Jevon membuat Selgie tersentak.

Cakra dengan tenang memandang keduanya bergantian. "Ya dah, gue sama Seno duluan ya!" pamitnya yang agak mengernyit melihat Selgie menatapnya tajam seakan ingin mencincang-cincang daging pemuda itu.

"Duluan kak," pamti Seno lebih kalem, langsung beranjak segera diekori Cakra.

Meninggalkan Selgie dan Jevon di lobi depan gedung sekolah.

Selgie mendesah pelan, "Jev..." panggilnya membuat Jevon menoleh seutuhnya. "Nggak papa nganter gue pulang?" tanyanya dengan tak enak.

"Nggak papa lah. Emang napa?" balas Jevon tenang. "Yuk, keburu maghrib," ajaknya ingin beranjak. Walau Jevon jadi berhenti dan mengernyit, memandang Selgie yang masih berdiri ragu.

2A3: 11.11 ✔ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang