Sedih tak berujung

2 4 2
                                    

30 september 2015

"Lebih baik kamu lupain aja dia,dia aja nggak peka terus mau kamu pertahanin berapa lama perasaan kamu. Laki-laki masih banyak,enggak dia aja. Digantungin orang itu sakit banget loh." Ucap seorang gadis pada gadis yang seumuran yang sedang tertunduk lesu dan menitikkan air mata.

"Aku tau itu,tapi aku nggak bisa lupain dia begitu aja. Perasaan ini susah hilang." Jawab gadis dengan suara serak karna menangis.

"Tapi kalo kamu ada niat,kamu pasti bisa. Kami cuma nggak mau kamu sedih mikirin orang yang nggak baik buat kamu."

Sambil menatap langit yang mendung,berharap langit kan turun hujan. Seakan ikut berkabung dengan keadaan hati ku sekarang.

Perkataan itu terus terngiang ditelinga. Perkataan yang terekam jelas itu sungguh menyayat hati. Semudah itukah aku akan melupakannya,yang bahkan tak pernah ku miliki.

Ya Allah apalagi yang kau berikan padaku,kenapa Engkau malah menjadikannya seperti ini. Hatiku dirundung pilu,akankah nanti aku harus melupakannya atau tetap memperjuangkan perasaan ini walau ku tak tau akhirnya seperti apa.

Aku mencoba tegar menghadapi masalah ini. Kenapa aku harus berhadapan dengan namanya CINTA. Mencintai makhlukNya yang jelas-jelas tak pernah tau hatinya untuk siapa. Berharap untukku. Entah.

Air mataku terus bercucuran. Tak kuasa menahannya. Aku harus bagaimana? Melupakannya kah? Tapi itu tak mudah,perlu hati yang kuat.

"Syifa.." Panggilnya yang memanggilku Syifa dari luar pintu kamarku. Sepertinya itu suara Umi
"Masuk." Sahutku. Langsung saja aku membersihkan air mata di pipi dan membenarkan hijabku.
"Makan yuk,Umi udah bikinin nasi goreng kesukaan kamu." Ujar wanita paruh baya yang ku panggil Umi. Dia berjalan mendekatiku dan mengusap puncak kepala ku.
"Iya,Mi." Jawabku.

Kami pun turun tangga dan langsung menuju meja makan. Semua tertata rapi disana. Masakan yang aromanya harum membuat seisi rumah mabuk dibuatnya. Umi ku ini hebat,dia wanita terhebat dihidup ku. Aku harus sepertinya.

"Sayang,kamu kenapa kok matanya merah?" Tanya Abi.
"Nggak kenapa kok,Bi. Syifa cuma ngantuk." Jawabku
"Beneran?" Tanya Abi meyakinkan ku. Aku berdeham dan melanjutkan menyuapkan sesendok nasi ke mulut.
"Paling habis nangis." Sahut Angga,kakakku yang biasa ku panggil Abang,ia duduk bersebelahan dengan Abi. Aku mengacuhkan omongannya,malas saja meladeni ucapannya itu.

Setelah selesai,aku membantu Umi membereskan piring dan gelas yang dipakai. Sedangkan Abi dan Angga menonton acara kesayangan mereka yaitu bola.

"Umi,semua udah selesai. Syifa masuk ke kamar dulu ya,mau tidur."
"Ya sudah. Terima kasih ya sudah membantu Umi. Tidur yang nyenyak ya,jangan lupa berdoa."
"Iya,Mi."

                          ••••

Aku dan kakakku berjalan menelusuri koridor sekolah,suasana masih sepi mungkin ini terlalu pagi. Aku berangkat kesekolah bersama Angga,kakakku dia juga sekolah disini. Hanya saja dia kelas 12 dan aku kelas 11. Umur kami tak beda jauh kok,cuma beda 1,5 tahun hehhe.Kami bersekolah di MAN 1 di Bandung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 06, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Love JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang