One

155 16 3
                                    

Perkenalkan, Aku Yoongi. Min Yoongi. Lahir di Daegu,  9 Maret 2000. Aku bersekolah di Hanguk Geongjul High School. Duduk di bangku kelas 11 semester akhir. Hidup sederhana diantara orang glamour, mungkin itu yang terjadi padaku. Aku sekolah disini karena beasiswa yang diberikan almarhum pamanku yang dulunya merupakan kepala sekolah disini. Sekarang kepala sekolah di gantikan oleh adik pamanku. Yah,, aku merasa..
Hidupku hanyalah mengemis pasrah...
Entah itu pada Tuhan atau manusia
Aku tak mengerti...

Untuk apa hidup itu sebenarnya..?

Aku...

Aku...

Aku...

Aku Muak....

Kau tau....

Aku benci sebenarnya bersekolah disini....
Tapi mau bagaimana lagi....
Semenjak orang tuaku meninggal karena kecelakaan pesawat 3 tahun lalu, aku terpaksa sekolah disini. Di rawat mendiang pamanku di Seoul.

Aku dihina.....

Aku benci mereka semua....

Jika bukan karena Almarhum Pamanku, aku tak akan mau sekolah disini. Dan aku lebih memilih mati, menyusul kedua orang tuaku.

Semakin aku bertumbuh dewasa, aku semakin pendiam dan sedikit bandel. Yah bisa dibilang begitu. Aku pendiam di sekolah. Syukurlah, nilaiku tak pernah turun dan selalu peringkat 1.
'Paman tak akan kecewa padaku. Nado Appa to Eomma.' Batinku tiap kali aku mendapat peringkat 1.
Tapi, aku selalu terhina dengan peringkat sialan itu. Teman-temanku, ah..ani. mereka bukan temanku. Mereka hanyalah makhluk yang suka menindas orang lain. Mereka selalu menindasku, membully, bahkan mereka pernah menyiramku dengan air got dan bekas cucian piring milik Jaeun ahjumma, penjaga kantin. Setiap kali aku mendapat peringkat satu, mereka selalu memperlakukanku seperti itu.

Cih.. seperti halnya parasit, hama, atau apapun sebutan mereka untukku. Tak hanya saat aku mendapat peringkat 1. Tapi,, setiap hari.

Aku benci mereka.

Mereka tak pernah menganggapku ada. Bagiku, mereka hanyalah sampah. Setiap kali aku mendapat peringkat 1, aku selalu berpikir. Tak ada gunanya aku mendapat peringkat 1. Tak akan ada yang memberikan ucapan selamat, dorongan penyemangat, kecupan kasih sayang, dan pelukan yang sangat..sangat erat seperti mereka, yang ada hanya bullyan dan hinaan dari mereka semua. Aku ingin menyerah, namun itu dapat mengecewakan orang tuaku dan paman diatas sana. Terutama paman yang banyak berkorban untukku. Jika tidak ada beliau, aku tak akan bisa bersekolah disini.

Mereka tidak tahu latar belakangku yang asli. Yang mereka tahu, aku hanyalah murid hasil beasiswa yang miskin dan jauh dibawah mereka. Aku memang seperti itu. Aku memang tak memiliki segalanya. Termasuk kasih sayang orang tua seperti mereka.

Aku tinggal di apartemen sendirian. Dan menghidupi diri dengan bekerja paruh waktu di salah satu kedai café yang berjarak 3 blok dari apartemen, meskipun adik dari pamanku itu selalu mengirimiku uang sesuai dengan wasiat pamanku untuk menghidupiku sampai aku bisa menghidupi diriku sendiri. Tapi,, aku tak pernah menggunakannya, uang itu hanya akan tersimpan didalam rekeningku yang entah sudah terkumpul berapa. Lagipula, aku hanya hidup sendiri.

Jujur, aku iri pada mereka karena sedari aku kecil aku jarang diberi kasih sayang dari orang tua.
Orang tuaku terlalu sibuk dengan pekerjaan kantor mereka. Jarang sekali aku diberi kasih sayang. Sedari aku sekolah dasar, aku selalu mendapat peringkat 1. Nilaiku tak pernah turun sekalipun, tapi orang tuaku tak pernah meluangkan waktu mereka untukku. Mereka selalu memprioritaskan pekerjaan mereka. Mereka tak pernah memberikan kata kata penyemangat atau ucapan selamat, tau setidaknya kecupan hangat didahi sebagai gambaran rasa bangga seperti anak anak lain.

It's My WishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang