Delapan

16.7K 958 7
                                    


Haaiii gayss..

Makasih atas vote nyaa.. Hihihi..

Happy reading guys!!!

****

Author Pov

Andai saja waktu beputar kembali membalikan waktu terindah dan memanfaatkan waktu itu sebaik-baiknya, namun Wanita yang kini menatap Ali dan Prilly yang asik tertawa didepannya tak tahan menangis. Ia rindu.. Ia rindu saat Ali memeluknya dulu. Mengecup kedua bola matanya saat ia menangis. Saat itu Ali adalah bagian hidup nya.

"Maaf li." guman wanita itu berjalan kearah Ali dan Prilly.

"Prilly.." sapa wanita itu menampilkan senyum manisnya

Seketika tubuh Prilly kaku. Ia melihat wanita di sampingnya,

"Tante Mona?" gumam Prilly ia memandang Wanita itu dari bawah sampai atas. Sedangkan Ali tersentak saat Prilly menyebut Nama ibunya Ali.

Mereka kini saling berhadapan. Mama Ali tak hentinya menangis melihat Ali dan Prilly bersama.

"Prilly.. Maaf kan tante nak.." lirih Mama Ali memeluk Prilly dengan perasaan rindu.

"Kalau sudah mari kita pulang Pril.."Ali kini mulai bersuara, sedangkan Prilly kaget apa yang Ali katakan.

"Ali, ini kan ibu kamu. Setidaknya kita bisa main kerumah ibu kamu, kamu gak kangen ya?" tanya Prilly ke Ali. Sedangkan Ali memasak wajah datarnya sedatar tembok ck:v

"Kangen aku terlalu mahal untuk itu, ayo Prilly kita pulang. Balik ke indo." Ali menarik lengan Prilly.

"Eh..ehh.. Kamu ngapain sih, kok balik lagi. Padahal kita baru nyampe," elak Prilly melepaskan tarikan Ali.

"Jangan Pergi lagi nak.." Mama Ali mengenggam tangan Prilly dengan memohon

Ali merasa tak iba dengan ibunya. Empat tahun lamanya mereka tidak saling bertatap wajah. Meski ia sering melihat di akun medsos.

"Ayo pulang, aku sudah menyuruh orang untuk menyiapkan perlengkapan terbang kita ke negara dubai. Disana kita akan berlibur," Ali menarik tangan Prilly kali ini dengan perasaan menggebu gebu.

"Sayang.. Jangan pergi mama mohon.". Mona kali ini benar-benar depresi. Ia menjambak rambutnya sendiri saat Ali dan Prilly benar-benar pergi dari nya.

"Jangan tingalkan mama li!!!," Teriak histeris mona saat Ali berusaha menarik tangan Prilly

Prilly yang melihat ibunya Ali merasa iba. Ia mengambil secarik kertas dan melemparkan nya di depan ibunya Ali.

Seketika bayangan Ali dan Prilly hilang dari pandangan mona. Ia mengambil kertas kecil yang dilempar Prilly tadi.

"Simpan nomor ini dengan baik. Kita akan mengobrol di lain waktu."

Mona mengecup kertas kecil itu. Hatinya terasa lega saat Prilly masih peduli dengannya

Flashback on

Gadis kecil manis. Terduduk lemas di bawah pohon. Ia menangis.

She Is Mine My Little Girls (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang