Untuk yang dibawah umur, Jangan baca! Ane engga mau tambah dosa >.< tapi terah si, dosa tanggung ndiri hehe😌
*****
Sekarang ditempat restaurant yang sedikit remang lampunya, Jiyeon terdiam dan merasa kesal dengan perilaku Sehun yang seenaknya membawanya pergi.
Jiyeon mengambil gelas Jus lemonnya, hendak meminumnya.
“Apa kau tinggal dengan keluargamu?”
Jiyeon tertegun dan mengurungkan niatnya untuk minum.
“Tidak. Aku tinggal sendirian” gumamnya
Dan Jiyeon hendak minum jus lemonnya lagi seraya menatap Sehun yang sedang meneguk birnya dengan sekali tegukan.
“Permisi” Sehun memanggil pelayan
“Iya Tuan?” Pelayan langsung mengampiri Sehun
“Tolong, satu bir lagi. dan kau ingin bir, Jiyeon?”
“Tidak, terima kasih”
Sehun mengangguk sekali, dan memberikan gelasnya kepada pelayan. Dan pelayan pun pergi.
“Oh iya aku lupa, kau benci baunya kan? Bau rokok juga”
“Iya, aku tidak menyukai aroma keduanya” ujar Jiyeon dan melihat Sehun yang sedang membakar ujung rokoknya.
“Kalau begitu, ayo kita beli pembersih udara”
Sehun mulai mengisap rokonya dan mengeluarkan dengan pelan.
Jiyeon menghindari uap rokok dengan cara menyerderkan punggungnya kesandaran kursi kayu jati ini.
“Perusahaan melarang merokok, bukan?”
“Iya.. aku tahu” jawab Sehun dan sibuk dengan panggangan daging didepan mejanya.
Jiyeon menatap tangan kiri Sehun yang memainkan rokoknya.
Jiyeon berpikir bagaimana kalau tangan itu menyentuh tubuhnya.
Sehun melihat Jiyeon yang sedang memperhatikan tangannya. Sehun tersenyum miring.
“Apa ada sesuatu ditanganku?”
Jiyeon terkesiap dan menggeleng pelan. Merutuki pikirannya yang tiba-tiba mesum.
“Tidak, maaf. Aku hanya termerenung” Jiyeon menunduk.
“Kau.. kau tidak pernah menatap mataku disaat kau berbicara denganku. Tapi kau selalu menatapku disaat aku tidak melihatmu”
Jiyeon mengulum bibirnya, dia merasa malu karena ulahnya yang memang suka menatap Sehun diam-diam.
“A-aku tidak melihat kearahmu” sanggah Jiyeon
“Benarkah?” Sehun menghembuskan uap rokoknya lagi
“Kau terlalu percaya diri”
Sehun terkekeh pelan “Jika aku terlalu percaya diri, maka kau terlalu peduli”
Jiyeon memainkan kedua tangannya dibawah meja.
“Aku tidak pernah peduli”
Sehun mengunyah dagingnya seraya menyerderkan punggungnya, dan sesekali menggoyangkan rokoknya untuk sekedar menjatuhkan abu rokoknya.
“Benarkah? Tidak peduli sama sekali?” bisik Sehun dan menatap Jiyeon yang masih asik menunduk.
“Ah. Dagingnya gosong”
Jiyeon langsung menatap dagingnya dan mulai membalikan daging sapi tipis itu. Sehun tersenyum simpul.
Berdebat dengan Jiyeon memang menyenangkan batin Sehun.

KAMU SEDANG MEMBACA
SHELTER
Fanfiction⇨Oh Sehun ⇨Park Jiyeon [NO COPAS! DIADAPTASI] Perempuan dingin yang mempunyai masa lalu yang buruk, bertemu dengan pria yang menyukai Alkohol dan pencandu rokok. Apakah mereka bisa bersatu dan melengkapi satu sama lain? [Warning! Alur ini maju-mun...