Enjoy xx
"Lengka, ketua kelasnya nggak masuk."Gadis yang sedang membaca buku tebal-entah itu buku apa, yang jelas berbahasa inggris-menoleh karena merasa terpanggil. Dia menaikkan sebelah alisnya, seolah-olah berkata, apa-hubungannya-sama-gue-?
"Ambilin buku paket di perpustakaan dong? Sepuluh menit lagi masuk nih," pinta seseorang yang berbicara sebelumnya.
Gadis itu menormalkan lagi wajahnya, menjadi datar.
"Please, Lengka Ratu Veralda yang cantik."
Yup, Lengka Ratu Veralda atau yang biasa dipanggil Lengka. Gadis 16 tahun yang cenderung pendiam dan dingin, namun cukup baik hati sehingga terkadang dimanfaatkan oleh temannya.
Tanpa menjawab permintaan temannya, ia menutup bukunya dan beranjak dari bangkunya.
Perpustakaan cukup jauh dari kelasnya, mau tak mau ia harus berjalan lebih cepat.
Sesampainya di perpustakaan, ia berbincang singkat dengan penjaga perpustakaan. Tak lama kemudian, tumpukan buku tebal berada di hadapannya.
Bodohnya, Lengka tidak mengajak temannya sama sekali untuk membantu membawa buku-buku tersebut. Ia celingukan, berharap ada siswa yang berminat membantunya.
Perpustakaan masih sepi, pikir Lengka. Namun, sedetik kemudian terdengar buku jatuh tak jauh dari tempat Lengka berdiri.
Pemuda membelakangi Lengka sibuk mengembalikan buku yang sempat jatuh itu. "Mbak Ranti, udah beres nih," teriak pemuda itu cukup keras pada penjaga perpustakaan ini.
Deg! Lengka mengenali suara itu. Itu suara pemuda yang telah mengisi hatinya setahun belakangan.
"Jangan telat mulu, Win. Apa nggak bosen beresin buku di perpustakaan mulu?" Pemuda yang dipanggilnya 'Win' hanya tertawa. "Tugas tambahan, ya? Bantuin dia nih, kasihan," tambah Mbak Ranti.
Sepersekian detik selanjutnya, Lengka menyadari ucapan Mbak Ranti, lalu menoleh. Lengka tak tahu harus menyebut ini keberuntungan atau kesialan.
Lengka memang menyukai Adelwin Anwar-pemuda itu. Tapi, ia merasa ada hal yang cukup aneh pada diri Elwin.
"Sini," ucap Elwin seraya mengambil lebih dari setengah buku yang bertumpuk tinggi. "Cewek bawa dikit aja, nanti jatuh."
Mereka berjalan beriringan hingga kelas Lengka dengan keheningan yang menyelimuti.
"Terima kasih, El," ucap Lengka setelah Elwin menaruh buku yang dibawanya di salah satu bangku depan.
Elwin tidak menjawab, hanya terlihat wajahnya yang menyeringai. Kemudian, ia meninggalkan kelas Lengka untuk menuju ke kelasnya sendiri. Meninggalkan Lengka yang bergetar melihat seringai itu.
*
Bel istirahat belum berbunyi, namun Lengka telah berada di taman belakang sekolah. Gurunya keluar dari kelas karena ada kepentingan tanpa meninggalkan tugas. Kebahagiaan tersendiri bagi Lengka dan teman sekelasnya.
Lengka tidak terlalu suka berada di dalam ruang kelas yang ramai. Ia tidak menyukai keramaian. Itulah sebabnya ia berada di sini sekarang.
Taman belakang sekolah memang indah, rapi dan terawat. Namun, banyak siswa yang merasa ketakutan berada di taman seindah ini.
Mitosnya, taman ini dulunya adalah tempat para tahanan pada masa penjajahan. Dan tahanan itu dibiarkan saja mati membusuk di sana.
Oh, satu lagi, taman ini berdekatan dengan ruang OSIS yang baru-baru ini digunakan kembali, setelah satu tahun ruangan itu kosong. Konon katanya, di ruangan itu ada seseorang yang bunuh diri pada tahun lalu, seminggu sebelum Masa Orientasi Siswa dimulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent
HorrorLengka Ratu Veralda. Cewek. 16 tahun. 2 SMA. Entah kenapa dia terlihat pendiam dibanding anak-anak seumurannya. Bukan, dia bukan jutek atau semacamnya. Karena satu hal yang membuat dia seperti itu. Kematian. Adelwin Anwar. Cowok. 17 tahun. 2 SMA. La...