you have to say

17 4 0
                                    

Hai, namaku Rani. Rani Anjani.

Aku ingin memperkenalkan temanku, Delina. Dia adalah gadis yang cantik, baik dan tulus. Dia adalah gadis yang kuat, bahkan saat dia sedihpun dia akan menyimpan semuanya sendiri.

Aku tidak ingat, kapan kita mulai berteman, karena mungkin bagiku itu bukan hal yang penting.

Suatu hari, dia memutuskan untuk pergi jauh. Pergi dariku, dan pergi dari tanah kelahirannya ini. Dan hal itu membuatku sakit untuk beberapa hari.

Flashback

"Aku lelah, aku akan pergi." ucap Delina dengan suara tertahan.

Tidak. Ini salah, aku pasti salah dengar. Apa maksudnya, dia ingin pergi?

"Ke-na-pa? A--pa maksudmu?" Tanyaku berusaha mencerna kemana arah pembicaraan kita.

"Aku tidak suka dengan keluargaku, kau tahu kan, apa pekerjaan ibu dan ayahku?"

Aku hanya menatapnya dengan tatapan sendu, aku memang tahu, ya, sangat tahu. Orangtua Delina menjual minuman keras, dan semua orangpun tahu itu.

"Aku lelah, aku tidak suka. Aku ingin bekerja keluar negeri, supaya ibu tidak perlu lagi bekerja seperti itu. Aku malu, Ran."

Delina menitikkan airmatanya, ini pertama kalinya aku melihat dia menangis. Aku terdiam, aku hanya bisa memeluknya, membiarkannya menangis.

"Tidak apa, semuanya akan baik-baik saja."

Aku membohongi diriku sendiri, jelas-jelas ini tidak baik. Untuknya dan bahkan untukku. Rasanya begitu perih, hingga airmata ini mengalir seketika. Aku tahu, keluar negeri itu bukan hal yang mudah, apalagi kita hanya bekerja sebagai pengasuh padahal usia kita baru 19 tahun.

"Banyak-banyaklah berdoa, aku yakin, tuhan pasti akan mengabulkan doa-doamu. Jadi tetaplah kuat."

Hanya kata-kata itu yang bisa ku ucapkan, hingga dia berhenti menangis.

Flashback off

Di sini, ruangan yang dulunya selalu ramai dengan canda tawa, kini terasa begitu sepi. Aku duduk sendiri, membuka jendela sambil menatap langit. Ku biarkan angin menerpa wajahku perlahan, sesekali aku menutup mataku mengingat kejadian itu.

Aku merindukanmu, kau baik-baik saja kan? Del, apa kau tidak merindukanku?

Flashback

Minggu, 9 Oktober 2016

Hari yang sangat panas membuatku malas untuk main keluar rumah. Jadi, aku memutuskan untuk tinggal di kamarku, memasang earphone sambil bernyanyi mengikuti musik yang mengalun memenuhi telingaku.

Ulgoissneun seulpeun nege
(Untukmu, yang bersedih dan menangis)

himdeureossdeon nege
(Untukmu, yang sedang berjuang)

gaseumeuro bulleojuneun neorwihan norae
(Aku menyanyikan lagu ini untukmu dengan sepenuh hatiku)

honjaran saenggagi deulttae gapjagi nunmuri nalttae
(Ketika kau berfikir bahwa kau sendirian, ketika kau tiba-tiba mulai menangis)

Amudo neoui gyeote eopsdago neukkilttae
(Ketika kau merasa tidak ada satu orang pun disampingmu)

gieokhae honjaga aningeol sesangi neul apeugehaedo
( Ingatlah bahwa kau tidak sendirian
Bahkan jika dunia selalu menyakitimu)

Song by: yoon mirae
I'll listen to what you have to say

Tok tok tok

Sebuah ketukan di jendela menghentikan acara bernyanyiku. Delina menatapku dari balik jendela menahan tawa, membuatku tersenyum malu. Bukan apa-apa, hanya saja suaraku terlalu jelek untuk didengar. Bahkan mungkin, bisa mengundang tsunami atau angin puting beliung.  :p

Aku segera berlari keluar kamar, membukakan pintu dan mempersilahkan Delina masuk.

"Lagi ngapain?" ejek Delina sambil tertawa begitu aku membuka pintu.

"Lagi merintih," jawabku ketus, membuat kami tertawa. Mungkin terdengar aneh, tapi seperti inilah kami. Kadang kami pura-pura bertengkar, karena merasa bosan tidak pernah bertengkar.

Tanpa ku persilakan masuk Delina langsung menerobos sambil mengacungkan DVD drama korea, sementara aku mengambil beberapa cemilan. Yah, setiap libur kami selalu menghabiskan waktu bersama,  bercanda bersama, bergosip, mengobrol, atau sekedar menonton drama.

Flashback off

Aku tersenyum saat mengingat kenangan-kenangan membahagiakan bersamanya. Dia satu-satunya sahabatku yang tidak pernah bertengkar, meskipun kita tidak sependapat.

Dan kini aku hanya sendiri, aku hanya akan menunggu tiga tahun lagi. Meskipun mungkin tidak sama lagi, tidak bisa melakukan hal gila lagi, karena nanti kita sudah benar-benar menjadi dewasa.

I'll Listen To What You Have To SayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang