promise

12 4 0
                                    


Ini sudah beberapa bulan sejak Delina pergi, aku merindukannya, tapi dia sulit ku hubungi, kuharap dia baik-baik saja.

Flashback

Oktober 2011

"Del, sst Del, maju. Di panggil pak Gun tuh." ujar Sandi menghentikan aktivitas kami yang sedang fokus mengobrol.

Aku dan Delina saling bertukar pandang, karena kami merasa tidak percaya dengan ucapan Sandi. Sementara kelas yang begitu ramai mendadak sepi, sebagian murid menengok kearah kami, dan sebagian lagi ada yang tidur atau sibuk bermain hp.

"Bohong lo, ya?" Delina menatap Sandi tidak percaya, begitu pula denganku.

"Beneran." ujar Sandi berusaha meyakinkan Delina.

Karena semua siswa hanya diam menatap kami, jadi kami pikir yang dikatakan Sandi itu sungguhan. Akhirnya Delina pun beranjak ke depan kelas menghampiri pak Gun.

"Ada apa?" Kata pak Gun tersenyum.

"Katanya, bapak manggil tadi?"

"Tidak kok, bapak gak manggil siapapun, bapak dari tadi hanya menerangkan bait-bait puisi." ucap pak Gun yang diiringi gelak tawa dari para siswa. Sementara Delina hanya menggaruk kepala yang sama sekali tidak gatal.

"Oh, gitu ya pak." Delina kembali duduk di sampingku. Sementara aku hanya menatap Sandi sinis, tuh anak bener-bener deh, pengen gue rontokin aja rambutnya. Awas aja begitu pelajaran ini selesai!

Berbeda dengan Delina yang selalu sabar dan ramah, aku justru kebalikannya, galak dan pemarah. maka dari itu tidak ada yang berani padaku. Meskipun begitu, kami selalu saling melengkapi.

Delina selalu ada untukku, begitu pun sebaliknya. Sejak kecil kami selalu bersama, sekolah yang sama, kelas yang sama, dan menyukai orang yang sama(?). Benar. Aku menyukai orang yang sama saat kami duduk di bangku SD. Tapi Delina tidak tahu akan hal itu.

Flashback off

Del, aku pikir kita lucu ya. Selalu kekanakkan bahkan saat usia kita sudah dewasa.

Aku membuka sebuah buku yang ku letakkan diatas meja dekat jendela. Membaca beberapa lembar yang sudah tergores dengan pena. Aku tersenyum sesekali, dan kadang mengerutkan kening berusaha mengingat kenangan-kenangan kita. Hingga bagian terakhir aku menuliskan beberapa kata.

Hai Del, bagaimana kabarmu sekarang?
Jangan bilang, kalau kau sedang merindukanku. Karena aku tidak merindukanmu,
Hehe becanda

O iya, mengenai menikmati musim gugur bersama kita di Eropa nanti, sepertinya aku tidak bisa menepati janjiku padamu. Karena aku harus pergi, pergi lebih jauh dari tempat kau berada sekarang.

Aku pendusta, ya? Ya, kau benar, aku memang selalu ingkar dan tidak pernah menepati janjiku padamu. Aku tidak berharap kau akan memaafkanku, tapi aku sungguh minta maaf.
Sepertinya aku tidak akan ada saat kau kembali nanti.

Del, selalu jaga kesehatan ya, jangan lupa selalu pakai pakaian yang hangat saat musim dingin. Ku harap kau selalu tersenyum dan bahagia. :)

Selamat tinggal

Setetes darah segar jatuh dari hidung kecilku, aku yang baru menyadarinya segera mengusapnya dengan punggung tangan kiriku. Sementara tangan kananku dengan segera menutup buku pink bersampul bunga sakura itu.

Selamat tinggal, my bestfriend, little Delina.

I'll Listen To What You Have To SayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang