04.

184 11 4
                                    

Hening. Hanya dentingan musik klasik yang kini menemani Jisoo dan Jimin serta supir yang mengantar mereka. Sesekali Jimin melirik Jisoo yang sedari tadi menatap keluar kaca. Sejak masuk ke dalam mobil Jimin gadis itu bahkan belum mengucapkan sepatah katapun. Sedangkan Jimin sendiri merasa gengsi sekaligus bingung harus bertindak seperti apa.

" Jisoo "

Seketika Jisoo menolehkan kepalanya ke arah Jimin, menampilkan Jimin yang kini justru menggaruk tengkuknya yang Jisoo rasa tidak gatal sama sekali.

" Apa ? " Tanya Jisoo melihat Jimin yang justru bungkam setelah memanggil namanya.

" Kita lakukan kencan di akhir pekan, ingat kau tidak boleh dekat dengan pria manapun. Dan kabari aku jika kau akan pulang dari kerja, aku akan menjemputmu. "

" Tuan Jimin bolehkan aku bertanya sesuatu padamu ? " kini Jisoo menampilkan wajah yang serius, Jimin yang ditatap intens oleh Jisoo meneguk ludahnya kasar. Apa yang akan gadis itu tanyakan dan kenapa Jantung Jimin berdetak sangat kencang.

" Oh. Tanyakan saja " jawab jimin yang mati – matian menjaga imagenya Di depan Jisoo.

" Apa alasanmu menjadikanku pacar kontrakmu ? Tuan Jimin aku- "

" Jimin "

" Apa ? "

" Panggil aku Jimin. Kita seumuran, aku hanya lebih tua darimu 2 bulan jadi berhenti memanggilku tuan. "

" Baiklah tu- Jimin. Jadi bisa jelaskan alasanmu ?"

" Bagus. Biasakan. akan kucerikan nanti."



***

Jisoo meregangkan otot – otot tangannya, ditutupnya laptop yang seharian sudah menemaninya itu. Jisoo mengambil ponsel yang sejak tadi dia hiraukan, ternyata banyak sekali pesan dan panggilan masuk, salah satunya adalah dari jimin. Beberapa kali si direktur sialan itu menelfonnya dan mengiriminya pesan untuk makan siang bersama. Huft ~ Jisoo bahkan seharian ini tidak bisa makan siang mengingat banyaknya berkas yang harus ia selesaikan, bahkan Jisoo tidak sempat menyentuh ponselnya dan pria silaan itu mengajaknya makan siang dengan seenak jidat. Bagi Jisoo waktunya jauh lebih berharga ketimbang makan siang tidak penting bersama pria yang baru dikenalnya 3 hari yang lalu.

" Nona Jisoo anda sudah ditunggu client sejak tadi sore. Client itu mengatakan akan menunggu anda selesai, bukankah kita akan segera menutup toko ini ? " Tanya salah satu pegawai Jisoo dan Jisoo hanya menganggukkan kepalanya sembari memberikan seulas senyum. Client ? Client yang mana ? seingat Jisoo dia free hari ini sehingga ia benar – benar tidak menyentuh handphonenya.

Jisoo kini menyisir rambut panjanganya itu dengan tangan untuk membenarkan tatanan rambut yang beberapa kali diusapnya kasar karna terlalu stress dengan berkas yang ia kerjakan. Dan pergerakannya terhenti ketika melihat pria yang tengah duduk di sofa berwarna hitam yang terletak di depan pintu utama tempat kerjanya tengah mengulas sebuah senyum padanya.

" Aku sudah menunggumu Nona Jeon " kata Jimin sembari berdiri dari duduknya.



***

Kini jisoo dan Jimin kembali hening di dalam mobil. Jisoo masih tidak mengerti jalan pikiran pria disebelahnya ini yang sudah menunggunya 3 jam lebih, apa tuan direktur itu tidak punya kerjaan sehingga menyia – nyiakan waktunya.

" Pak Lee berhentilah di restoran depan, aku lapar. "

" Ya. Kau tidak bisa seenakmu seperti itu. Aku harus pulang. " Protes Jisoo seketika.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 06, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ma BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang